Be My Husband [DISCONTINUED]

Chapter 10 : Kidnapper

Beberapa kali Mean mengalihkan pandangannya pada layar ponsel, ia melihat layar ponsel dan jalan didepannya secara bergantian, memastikan jalan yang ia lewati sudah benar. Kini ia sudah berdiri di depan bangunan tidak terpakai. Tanpa Mean sadari ia mengkhawatirkan pria kecil yang baru saja masuk ke dalam kehidupannya tidak lebih dari seminggu itu.

Sejak tadi ia sedang berkutat dengan ponselnya, mengecek keberadaan Plan meggunakan GPS yang terpasang pada ponsel Plan, Mean memasang GPS tersebut karena takut Plan berbuat yang tidak tidak saat pria itu tidak bersamanya. Dan benar saja, Plan menghilang, sebelumnya sudah ia hubungi nomor Plan, tetapi hanya operator yang menjawab sehingga Mean langsung menggunakan GPS untuk mencari keberadaan Plan.

Perasaan Mean tidak enak, hawa yang terasa di dalam bangunan tersebut sangat tidak bagus. Awalnya Mean ragu untuk masuk sendiri ke dalam bangunan tak terpakai itu, tetapi mengingat ia sudah menyuruh beberapa pengawal untuk berjaga di depan bangunan membuat ketakutannya sedikit berkurang. Mean naik ke lantai dua bangunan tersebut tanpa menghasilkan suara setelah mengecek seluruh ruangan pada lantai dasar bangunan tersebut kosong.

Bisa Mean lihat jejak kaki yang tertinggal di lantai bangunan yang tertutup oleh debu. Jejak kaki tersebut lumayan banyak, sekitar 3 sampai 4 orang membuat Mean berpikir apa yang mereka lakukan di bangunan kosong tersebut, tetapi Mean tetap berfokus untuk mencari Plan karena GPS nya mengatakan bahwa Plan ada didekat bangunan tersebut.

Perasaan curiga Mean menghalanginya untuk memanggil Plan, instingnya mengatakan bahwa hal tersebut akan berdampak buruk. Dan entah hanya instingnya atau apa, tetapi Mean sudah mengira bahwa Plan telah diculik, karena sebenci apapun Plan dengannya apalagi kakaknya, Perth, pria itu tidak akan mengabaikan panggilan ponselnya. Walaupun Mean tahu terkadang pemikiran Plan tidak bisa ia tebak, tapi kali ini Mean merasa firasatnya benar, dan terbukti saat ia mencoba membuka pintu sebuah ruangan yang terkunci.

Mean agak panik, ia tidak bisa membuka pintu kayu tersebut karena terkunci, percaya atau tidak tetapi Mean benar benar tidak pernah mengunci pintunya dimanapun ia berada, aneh memang kebiasaan Mean satu itu, tetapi kebiasaan itu sudah dilakukan Mean dari umurnya kecil dan sangat susah untuk dihilangkan dan sekarang Mean berusaha menghubungi beberapa pengawalnya untuk membuka pintu ruangan tersebut. Untung otaknya masih bisa berjalan disaat saat genting.

Tetapi sebelum pengawalnya sampai ke tempat Mean berada, pengawal tersebut bertemu dengan orang yang telah menyekap Plan sebelumnya. Pengawal tersebut tidak tinggal diam, ia memberi aba aba pada salah satu rekannya untuk menghubungi bala bantuan. Tidak menunggu lama bala bantuan dari kerajaan datang membantu untuk meringkus penculik penculik tersebut.

Mean masuk kedalam ruangan tempat Plan disekap. Ia bergegas membuka ikatan pada mulut dan tangan Plan. Mean menggendong Plan untuk segera dibawa ke rumah sakit terdekat karena saat ditemukan Plan tidak sadarkan diri.

"Gimana keadaannya Plan Yang Mulia?" Perth yang baru saja datang bersama ibu Han langsung menyerbu Mean dengan pertanyaan.

"Plan baik baik saja, dia hanya mengalami cidera di kepalanya tetapi tidak terlalu parah, jadi kalian tidak perlu khawatir" Mean menenangkan ibu Han yang matanya sudah berkaca kaca, ia sangat kaget saat Perth mengatakan bahwa Plan diculik. Setelah mendengar Mean yang mengatakan bahwa Plan baik baik saja membuatnya bisa menghela nafas lega.

"Jangan jangan sekutu yang menculik Plan" Ibu Han membuka suara membuat Mean maupun Perth menoleh padanya.

"Aku tidak tahu tante, penculik yang menculik Plan sedang diinvestigasi oleh polisi dan hasilnya belum keluar"

"Bu, sekutu itu masih ada?" ibu Han menganggguk membenarkan.

"Astaga kenapa ibu tidak mengatakannya, tahu begitu aku tidak akan membiarkan Plan sendirian. Ibu Han menggeleng pelan, tidak setuju dengan perkataan Perth.