"Bosan sekali"
Plan bergumam, ia sedang berbaring tidak melakukan satupun kegiatan semenjak ia menginjakan kakinya di mansion milik keluarga kerajaan Hedestad. Ia teringat akan pesan yang Mean katakan padanya untuk menganggap mansion raksasa ini sebagai rumah barunya. Plan mengetuk ngetukan dagunya, berpikir apa yang harus ia lakukan di mansion tersebut. Kemudian ide cemerlang terlintas di otaknya. Buru buru Plan memakai sandal rumah dan berjalan keluar dari kamar Mean.
Ah ternyata ada Yang Mulia Ratu di dapur mansion yang membuat Plan tiba tiba gugup dan ragu untuk meneruskan langkahnya menuju dapur. Awalnya ia berencana untuk memasak sesuatu dengan bahan bahan yang ada di dapur Mean. Tetapi hal tersebut sepertinya akan diurungkan oleh Plan saat melihat Yang Mulia Ratu sedang menikmati tehnya di meja pantry yang berada tepat didepan dapur mansion.
Ratu yang menyadari keberadaan Plan di tangga mansionnya langsung saja memanggil pria itu untuk duduk di sebelahnya. Plan tanpa persiapan apapun mengangguk mengiyakan, ia berjalan pelan menuju meja pantry mendekati Ratu yang sedang menyuruh seorang pelayan untuk membuatkan teh seperti yang diminumnya untuk Plan.
"Jangan sungkan begitu Plan. Tidak lama lagi kamu akan menjadi menantuku dan kita akan bertemu setiap hari" Ratu mengakhiri perkataannya dengan senyuman manis yang membuat Plan mau tak mau ikut tersenyum.
"Saya hanya sedikit malu Yang Mulia" Plan berkata jujur sambil menggaruk kepalanya. Ratu yang mendengar jawaban Plan tertawa anggun.
"Pantas saja, kita baru bertemu hari ini. Oh ya kamu ada keperluan apa ke dapur? Kamu lapar Plan?" Ratu meletakkan cangkir tehnya hati hati.
"Sedikit Yang Mulia" Plan terkekeh pelan menjawab pertanyaan Ratu.
"Ao kenapa tidak bilang diawal, Pelayan" Plan yang mendengar Ratu memanggil salah satu pelayannya melambaikan tangannya, Ratu menaikkan kedua alisnya bertanya kenapa.
"Anu Yang Mulia, saya berencana untuk memasak sendiri saja"
"Wah, kamu akan memasak apa Plan?" Ratu bertanya pada Plan setelah meminta pelayan yang dipanggilnya untuk kembali ketempatnya.
"Tergantung apa yang ada disini saja Yang Mulia" Plan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Oh tenang saja Plan, para pelayan selalu menyiapkan bahan makanan, jadi kulkas disini selalu penuh. Jangan sungkan untuk mengambilnya ya Plan, kalau ada yang kurang kau bisa meminta para pelayan untuk membelikannya"
"Tak apa Yang Mulia, saya bisa menggunakan apa yang ada disini" Plan menunjukkan bahan makanan yang sudah tersedia di dalam kulkas yang sebelumnya sudah dibuka oleh Ratu.
"Kalau ada hal lain yang kamu inginkan panggil saja pelayannya oke? aku akan beristirahat di kamarku" Ratu menepuk bahu Plan singkat dan berjalan meninggalkan Plan sendirian di dapurnya.
"Baik Yang Mulia" Setelah kepergian Ratu, seorang pelayan mendekati Plan untuk bertanya apa saja yang dibutuhkan oleh Plan, Plan menggeleng sopan dan mengatakan ia akan menghandle masakannya sendiri. Setelah berpesan untuk memanggilnya apabila membutuhkan bantuan, pelayan tersebut ikut meninggalkan Plan.
Plan berpikir ternyata ribet juga tinggal di rumah orang lain apalagi orang tersebut adalah seorang bangsawan yang pastinya memiliki banyak pelayan yang siap sedia 24 jam membantu kebutuhan keluarga bangsawan tersebut. Plan yang biasanya hanya mengandalkan dirinya sendiri atau Ibu Han dan Perth malah kebingungan saat beberapa orang menawarkan bantuan Cuma cuma padanya.
Plan menghela nafas berat sambil memakai apron hitamnya dipinggang. Ia mengambil bahan seperlunya dari kulkas, mengambil beberapa perabot dari tempat penyimpanan perabot untuk memasak. Tak berselang lama masakan Plan sudah terhidang di meja makan. Aroma yang dikeluarkan oleh masakan buatannya sendiri itu mampu membangkitkan selera makannya. Perut Plan sudah mendemo untuk diisi, mengingat ia hanya makan sekali di restoran dimana keluarganya dan keluarga Mean bertemu, sementara jam sudah menunjukan pukul enam sore, sudah sangat sore ternyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Husband [DISCONTINUED]
Hayran KurguAku mohon jadilah obat ku. Selamatkan aku dari penderitaan ini, akan ku berikan tanda terima kasih terbesar untukmu. Bukan hanya menjadi obat ku, tapi tetaplah ada di sampingku, temani hari-hariku yang suram dengan senyum manismu. Terima kasih. Beca...