Chapter 13: Persiapan

77 19 4
                                    


"Plan, Yang Mulia sudah datang" Plan yang sedang terpekur pada ponselnya menengokan kepalanya ke luar kamar. Semua barangnya sudah dikemas, kini tinggal memindahkannya ke mansion Mean. Sehari setelah Mean mengesahkan undang undangnya, Mean menghubungi Plan untuk berkemas karena akan mempersiapkan pernikahan mereka berdua. Rencananya Plan akan tinggal di mansion Mean untuk beradaptasi sebelum akhirnya mereka menikah dan Plan menetap di mansion Mean.

"Barangmu akan dibawa oleh pengawal. Dan sekarang aku akan mengajak keluargamu untuk makan siang sebentar di restoran" Plan mengangguk. Setelah memberikan semua bawaannya pada pengawal yang Mean maksud, ia berjalan masuk kembali ke rumahnya untuk memanggil ibu Han dan Perth.

"Hari ini saya akan mengajak kalian ke pertemuan dua keluarga semi formal. Karena saya belum sempat melamar Plan secara resmi" Plan menampilkan wajah pasrah membuat Mean yang melihatnya sedikit mengernyit, tetapi berusaha untuk mengabaikan respon yang diberikan oleh Plan.

+++

"Ayahanda, ibunda, ini Plan dan ini orangtua serta saudaranya" Mean membuka waktu perkenalan untuk menekan suasana canggung diantara dua keluarga tersebut.

"Salam kenal Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Raja, Kenalkan saya Ibu Han, ibu asuh dari Plan dan ini anak saya Perth, saudara angkat dari Plan" Kedua orangtua Mean mengangguk sembari memberikan senyuman anggun layaknya keluarga kerajaan. Sementara Plan tersenyum kikuk disamping Mean. Melihat muka masam yang ditampilkan Plan membuat Mean ingin sekali menertawainya, tetapi ia harus mengontrolnya.

Tanpa memberi peringatan apapun Mean tiba tiba mengubah posisinya menjadi berlutut disamping Plan. Di tangan kanannya, Mean membawa sebuah kotak cincin beludru berwarna biru malam. "Plan maukah kamu menjadi suamiku?" Walau agak aneh saat mengucapkannya, Mean menghiraukannya, ia membuka kotak cincin yang sudah ia siapkan dan menyodorkannya pada Plan yang agak terkesiap.

Plan terdiam, entah apa yang dipikirkannya. Dengan gerakan lambat, Plan memberikan jari manisnya pada Mean. Mean tanpa sadar tersenyum, dengan senang ia memakaikan cincin tersebut di jari manis Plan, sangat pas. Entah bisikan dari mana, atau hanya sebuah ungkapan rasa senang. Mean menangkup kedua pipi Plan kemudian mengecup bilah bibir Plan lembut.

Plan terkaget, ia membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Mean. Hanya beberapa detik setelah kedua bibir mereka menyatu, Mean menjauhkan kepalanya dari Plan yang wajahnya kini sudah berwarna merah semerah tomat, Plan malu.

Plan berusaha untuk mencubit perut Mean tapi ditangkis oleh Mean, Mean menggenggam erat tangan Plan kemudian berbisik pada Plan. "Itu hanya kecupan, kau jangan berlebihan" Bukannya membuat Plan tenang, malahan rasanya Plan ingin mengamuk saat itu juga kalau ia tidak ingat didepannya sedang duduk Raja dan Ratu pemimpin kerajaan Hedestad.

Dalam hati Plan sudah menyumpah serapahi kelakuan Mean padanya. Mean tidak menghiraukan tatapan ingin membunuh yang Plan berikan padanya dan hanya tertawa dalam hati karena berhasil membalas kekacauan yang Plan pernah lakukan. Sementara Perth yang menonton semua itu hanya bertepuk tangan di tempatnya duduk. Ibu Han tertawa melihat wajah Plan yang memerah, Ibu Han tahu itu adalah ciuman pertama anak asuhnya Plan.

+++

"Kenapa kau sangat berlebihan sekali tadi?" Plan masih berusaha untuk menutupi bibirnya. Kini hanya dirinya dan Mean yang ada di dalam mobil.

"Itu hanya sebuah perayaan kecil Plan"

Plan memalingkan mukanya dari wajah Mean yang hanya mengingatkannnya pada ciuman yang sempat terjadi tanpa aba aba. Plan hanya berkomat kamit sendiri membiarkan Mean yang terbahak bahak di kursi kemudi. Puas sekali tertawanya, Plan misuh misuh mendengar suara tawa Mean yang masih terdengar olehnya.

Be My Husband [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang