Chapter 8 : Makan Malam

89 19 5
                                    

Saat melihat air pantai yang berwarna hijau tosca seketika kekesalan yang menghampiri Plan sebelumnya langsung sirna. Mean yang melihat wajah Plan berubah menjadi senang hanya bisa terkekeh tanpa suara.

Plan berjalan mendekati bibir pantai untuk menyentuh air laut yang bisa ia lihat sangat jernih. Sesaat setelah kakinya menyentuh air laut Plan terkikik senang. Baru saja ingin berjalan menjauhi pantai Plan teringat bahwa ia tidak membawa baju ganti. Kalau ia berenang disini, maka ia akan pulang dengan keadaan basah. Maka diurungkanlah niatnya untuk menyebur ke laut dan memilih untuk duduk menjauh dari laut.

Mean yang melihat gelagat Plan itu tak mau ambil pusing dan merebahkan badannya di kursi pantai yang sudah tersedia, dengan payung yang sudah bertengger cantik disampingnya untuk menghalau cahaya matahari yang tidak begitu terik karena cuaca sedikit mendung saat ini.

Tak lama Mean pun terlelap dalam tidurnya. Plan yang merasa Mean tidak ada keinginan untuk mendekati pantai terheran, maka ia putuskan untuk berjalan mendekati Mean yang merebahkan tubuhnya.

"Apa kau adalah pangeran tidur, disetiap kau berdiam diri, aku selalu melihatmu tertidur" Bisa Plan lihat didepannya terpahat sosok nyaris sempurna dengan kedua kelopak mata tertutup bernaungkan bulu mata yang indah. Plan merasa iri dengan ketampanan yang Mean miliki. Plan menoel pipi Mean pelan agar si empunya tidak terganggu, sembari mengomel betapa menyebalkannya Mean saat pria itu membuka matanya. Tetapi disaat seperti ini Plan hanya melihat sosok tampan seperti tanpa dosa.

"Coba saja kau hanya memintaku untuk menjadi temanmu, tanpa pikir panjangpun aku akan mengiyakannya. Tapi menikah? Aku bahkan tidak tahu apa itu cinta" Plan menumpukan dagunya sambil tetap memerhatikan wajah Mean dari tempat ia berjongkok.

Karena bosan, Plan mendudukan dirinya di sebelah kursi Mean sambil memainkan pasir putih yang ia duduki. Ia membuat istana pasir kecil dan juga membentuk sungai, ia menggali pasir pantai untuk menghilangkan kebosanannya karena istana pasir yang ia buat telah runtuh karena memiliki pondasi yang buruk. Bagaimana bisa berdiri tegak kalau ia hanya membuat istana pasir dengan kedua tangan kecilnya. Tak lama Plan tenggelam dengan dunia sungai pasirnya tanpa memedulikan Mean yang agak terganggu dengan senandung kecil yang keluar dari bibir Plan.

"Kenapa kau kesini?"

"Apa aku tidak boleh kesini? Lagipula kau yang mengajakku kesini dan malah tertidur disini, aku bosan main sendiri di pantai yang sepi ini" Plan mengerucutkan bibirnya melihat ekspresi Mean yang terlihat seperti ingin mengusir Plan jauh jauh.

Mean berdecak mendengar Plan berbicara tanpa jeda dan tidak menghiraukan perkataan Plan yang menurutnya tidak penting. Ya bagaimana pantai ini tidak sepi, Mean lah dalang dibalik sepinya pantai yang mereka datangi. Mean menyewa pantai yang mereka kunjungi di pagi hari sebelum ia datang ke rumah Plan, ia sudah sangat yakin Plan akan mau pergi dengannya dengan iming iming traktir yang ia tawarkan.

"Kalau bosan kenapa kau tidak berenang saja?" Mean memakai kacamata hitam yang sebelumnya tersedia di meja sebelah kursinya.

"Aku tidak mau mengotori mobilmu kalau aku pulang dalam keadaan basah basahan."

"Kenapa harus basah basahan? Kau bisa mengganti bajumu" Plan menaikkan alisnya bingung.

"Kau kira aku sepertimu yang dengan mudah menghamburkan uang?" Mean menganggukkan kepalanya menyetujui membuat Plan melongo melihat Mean yang dengan santainya mengangguk.

"Jangan bercanda Yang Mulia" Plan bangkit dari duduknya, ia menepuk nepuk celananya yang terkena pasir dan berancang ancang untuk beranjak dari tempatnya diam.

"Plan, jangan suka pergi tanpa bilang bilang begitu, katakan kau mau kemana?"

"Ya pulang lah, udah mau sore ini" Plan menatap garang pada genggaman Mean di tangannya.

Be My Husband [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang