Mean membelalakan matanya setelah mendengar perkataan ibundanya, membuatnya bingung untuk menjawab apa. Mean mengalihkan pandangannya dari Plan dan mencoba untuk menetralisir degup jantungnya yang entah kenapa tiba tiba berpacu seperti saat ia akan berlari di lapangan.
"Ao kenapa kalian tidak ada yang menjawabku?"
"Ibunda, bahkan kita belum menikah. Lagipula-" Mean tidak melanjutkan perkataannya. Ia memandang Plan dari tempatnya duduk. Pria manis itu menundukkan kepalanya entah apa yang dipikirkan oleh Plan sehingga pria itu menunduk begitu dalam.
"Ah perkataanku jangan terlalu kalian pikirkan, aku hanya bercanda" Ratu tertawa ringan untuk mencairkan suasana meja makan yang terasa agak dingin akibat dari perkataannya.
"Oh ya Plan. Karena kau akan menjadi menantuku panggil saja Mean dengan namanya, panggil aku dengan Ibunda Ratu, begitu pula dengan Ayah Mean. Berhenti memanggil kami dengan Yang Mulia, okay Plan?"
"Baik, Ibunda Ratu" Plan menampilkan senyuman kecil yang membuat Ratu menghela nafas lega, untunglah Plan tidak canggung lagi dengannya, ia tidak enak hati kalau anggota keluarga barunya itu akan merasa semakin segan dengan keluarga kerajaan setelah perkataan yang baru saja ia lontarkan.
+++
Plan menghempaskan tubuhnya dikasur, menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Mean yang mendengar hembusan nafas Plan yang berat membalikkan tubuhnya untuk melihat kondisi Plan, baik baik saja, begitu pikirnya.
"Ada yang mengganggumu Plan?" Plan mengedarkan pandangannya pada langit langit kamar Mean.
"Kalau kau menikah denganku. Apakah kamu akan membuat anak bersama wanita lain?" Plan menggigit bagian atas dan bawah bibirnya gugup. Entah kenapa ia merasa agak berlebihan untuk menanyakan hal tersebut. Lagipula apa haknya untuk menanyakan hal tersebut pada Mean yang hanya akan berstatus suaminya tanpa didasari oleh rasa cinta.
Mean mengangguk membenarkan. Mungkin terdengar seperti orang yang dengan mudah mencampakkan orang yang telah membantunya menghilangkan kutukannya. Tetapi sebenarnya Mean sudah memikirkan hal tersebut jauh jauh hari. Merasa Plan tidak memberikan tanggapan pada jawabannya, Mean mendekati Plan yang rupanya menutup wajahnya menggunakan bantal yang ada di kasurnya.
"Apa lagi yang membuatmu terganggu?" Mean mencoba untuk mengambil bantal yang dipakai Plan untuk menutupi wajahnya, tetapi Plan dengan sekuat tenaga menahan bantal yang dipakainya.
"Kau akan menjadikan wanita itu istri mu?" Mean berdecak mendengar pertanyaan Plan. Rupanya pemikiran Plan masih tradisional. Sekarang adalah zamannya teknologi, beberapa hal yang dulunya mustahil bisa menjadi mungkin untuk saat ini.
Mean memegang kedua tangan Plan yang masih saja menggenggam bantal sebagai tameng perlindungannya. Mean menarik kedua tangan Plan agar bantal yang menutupi wajah Plan tersingkir dan memperlihatkan rambut Plan yang agak berantakan akibat penyingkiran bantal dengan paksa itu.
"Plan, kau tahu apa itu bayi tabung?" Plan menggeleng pelan menandakan bahwa ia tidak tahu apa yang dikatakan oleh Mean.
Dan berakhir dengan Mean menjelaskan apa itu bayi tabung pada Plan. Menjelaskan bagaimana bayi tabung bisa menghasilkan anak tanpa adanya hubungan seksual diantara kedua pihak. Mean juga merekomendasikan untuk merencanakan anak kembar dari mereka berdua. Plan sedikit menganga tidak percaya. Tetapi sekarang ia mengerti apa itu bayi tabung, yang entah kenapa membuatnya menghembuskan nafas lega.
"Kenapa memangnya kalau aku mempunyai istri?"
"Tidak tahu" Plan bangkit dari kasur dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan mencuci kaki kemudian tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Husband [DISCONTINUED]
FanficAku mohon jadilah obat ku. Selamatkan aku dari penderitaan ini, akan ku berikan tanda terima kasih terbesar untukmu. Bukan hanya menjadi obat ku, tapi tetaplah ada di sampingku, temani hari-hariku yang suram dengan senyum manismu. Terima kasih. Beca...