Chapter 7 : Pantai

93 19 6
                                    

Plan melototkan matanya lucu pada Mean, merasa bahwa semua beban menceritakan kutukan Mean itu dilimpahkan padanya. Plan menarik nafasnya sebelum memulai ceritanya. Perth mendengarkan cerita Plan tanpa menjeda membuat Plan curiga akan banyaknya pertanyaan yang akan dilontarkan Perth padanya. Tetapi diakhir ceritanya Perth hanya berdeham, sepertinya masih mencerna cerita Plan.

"Apa susahnya sih menceritakannya? Sekarang kan aku jadi tidak curiga. Dan silahkan saja bawa Plan, aku tidak ada urusan dengannya" Plan memberengut mendngar reaksi Perth setelah mendengar ceritanya. Dengan cepat ia menggamit tangan Perth yang hendak pergi ke ruang makan.

"Perth bantu aku lepas dari orang ini" Plan berbisik pada Perth agar Mean tidak mendengarnya. Perth bertanya kenapa dan Plan hanya membalas dengan gelengan kepala.

"Aku tidak mau Yang Mulia, sudah aku bilang kan, kenapa masih memaksa?"

Perth yang mendengar adiknya yang dramatis itu melengos pergi menuju ke ruang makan tanpa menghiraukan tatapan memelas Plan padanya.

"Plan" Mean menurunkan nada suaranya untuk mengintimidasi Plan hingga membuatnya merinding.

"Apalagi? Kenapa Yang Mulia kekeuh banget sih?" Mean memutar bola matanya malas.

"Kalo bukan karna kutukan juga gak bakal minta minta begini"

Plan meringis mendengar perkataan Mean barusan yang ada benarnya juga. Tapi tetap saja Plan tidak bisa mengiyakan ajakan Mean itu. Karena seumur hidupnya bahkan ia belum pernah jatuh cinta. Walaupun rasanya mustahil tapi I juga ingin menikah dengan orang yang dia sukai. Ia tidak bisa asal menikah dengan pangeran Hedestad di depannya itu hanya dengan alasan kasihan.

"Beri aku waktu"

"Jadi, sekarang pergi lah denganku"

Plan mendecak mendengar ajakan Mean yang sepertinya tidak mengerti dengan perkataan Plan.

"Aku akan mentraktirmu" Mean melontarkan kata traktir sebelum Plan menyanggah ajakannya.

Jujur saja awalnya Plan tergiur untuk mengiyakan ajakan Mean tapi teringat akan kejadian beberapa hari lalu dimana setelah Mean mentraktirnya pria itu meminta balasan, sehingga membuat Plan berpikir sejenak untuk mengiyakan atau menolak ajakan Mean.

"Ck aku tidak akan meminta imbalan padamu, jadi kau ikuti saja aku hari ini" Plan memicingkan mata sipitnya sebelum menampilkan wajah sumringah.

"Okay kalau begitu aku ikut" Mean berpikir kalau orang ini diculik dengan kata traktir makan pun akan sangat mudah.

Plan menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk melihat mau diajak kemana kah dia untuk makan pagi pagi begini. Dan tak terasa sudah 30 menit ia duduk di kursi penumpang mobil Mean tetapi belum ada tanda tanda mereka akan sampai di tempat tujuan membuat Plan sedikit curiga.

"Kita mau kemana Yang Mulia? Kenapa jauh sekali?"

"Kita akan ke pantai" Plan melotot.

"Astaga jam segini mau cari apa ke pantai Yang Mulia?" Mean menghembuskan nafasnya kasar.

"Ya makan lah, sudah kubilang aku akan mentraktirmu" Plan hanya ber oh ria dan kembali memandangi kaca mobil tanpa ada niatan bertanya kembali, terlalu malas karena jawaban yang diberikan Mean tidak spesifik dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Plan.

"Sudah sam-" Mean menghentikkan perkataannya setelah mendengar dengkuran halus yang keluar dari bibir Plan yang duduk disebelahnya, ya Plan tertidur sesaat setelah ia bertanya mereka akan kemana.

Bisa bisa nya Plan tertidur di pagi hari seperti ini, begitu pikir Mean. Mean yang hendak membuka pintu mobilnya mengurungkan niatnya. Mean berniat untuk melepaskan seatbelt yang dipakai Plan agar Plan tidak terganggu akan seatbelt yang ia pakai.

Be My Husband [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang