Siswi lain akan senang jika naik kelas, kecuali aku. Tapi, bukan berarti aku tidak senang juga bila naik kelas. Masalah nya, aku dan Reli masuk dalam kelas yang berbeda. Dan parah nya, Dinar bisa mendapat kelas yang sama dengan Reli.
Sisi beruntung nya, dari kelas yang ku tempati saat ini. Aku mendapat teman baru, nama lengkap nya Freya Maulidya Assyifa. Gadis tomboy yang gemar mengunyah permen karet setiap istirahat tiba. Sifat nya berbalik banding dengan Dinar, jika Dinar cenderung tertutup, pendiam, dan irit bicara. Justru Freya lebih ramah, blak-blakan, dan hiperaktif tentu nya.
**
"WOI!! Diem-diem baek." Teriak Freya tepat di telingaku dan berhasil membuat ku terkejut.
"Eh, iya." Jawabku gelagapan.
Kami berdua pun berjalan beriringan menuju kantin. Sambil sesekali menyapa adik kelas yang berkeliaran di koridor kelas VIII. Tak sengaja, aku melihat Reli yang tengah duduk di kursi kantin bersama gerombolan teman-temannya. Dari sini bisa ku simpulkan Reli sangat 'bahagia'.
Terlalu lama nya aku diam mematung memperhatikan Reli dari kejauhan, membuat langkah Freya terhenti dan berbalik menyusul ku yang tertinggal lima langkah dari nya.
"Ngeliatin apa sih lo." Tanya Freya penasaran sambil mengikuti arah pandang ku.
"Oh, Reli. Emang Reli kenapa? Oh iya gue inget dulu lo pernah di kabarin deket sama Reli ya pas kelas tujuh." Lanjut Freya terang-terangan.
Aku mengernyitkan dahi. "Kok lo tau?"
Freya malah tertawa renyah. "Yaelah, siapa yang nggak tau sih. Anak-anak seangkatan kita tau semua Nai."
Aku berpikir, berarti dulu secara tak di sadari aku pernah di bicarakan atau bisa di sebut pernah menjadi hot news di sekolah. Tetapi, mengapa aku tidak pernah menyadari nya?
Tiba-tiba, Freya menarik tangan ku dan membawaku ke kursi kantin. Selama beberapa menit, aku hanya melamun. Entah ke mana jalan pikiran ku saat ini, aku sendiri bingung dengan isi pikiran ku yang tak tentu dan pasti.
"Nai, lo pesen apa?" Tanya Freya membuyarkan lamunan ku.
"Samain aja deh." Jawab ku antusias sembari memberikan selembar uang.
Setelah mendengar jawaban ku Freya bangkit dan berlalu memesan makanan. Berselang beberapa menit, Freya kembali membawa nampan yang berisi dua es teh dan dua mangkuk bakso. Lagi-lagi Freya mendapati ku tengah melamun. Saking jengah nya ia menggebrak meja, alhasil aku kembali ter lonjak kaget.
"Lo ngelamunin siapa sih?" Freya bertanya dengan nada kesal.
Secepat nya aku menggeleng.
Freya tersenyum miring. "Bohong, gue tebak lo ngelamunin Reli kan."
Aku terbelalak.
"Enggak kok, siapa juga yang ngelamun." Sarkas ku.
"YANG NAMANYA RELINDO HAFIZAN ADHITAMA, ANGKAT TANGAN." Teriak Freya berhasil membuat seisi kantin memperhatikan Freya. Namun yang di perhatikan tak mengindahkan segala cibiran yang rata-rata keluar dari mulut kakak kelas.
Sebenarnya aku hendak protes, namun ku urungkan karena tiba-tiba ada salah seorang siswi yang menduduki kelas IX. Terlebih siswi tersebut terkenal dengan kegarangan nya yang gemar menindas adik kelas. Terutama yang menurut nya mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua cangkir, dua rasa
Teen FictionCerita ini hanya sepenggal kisah cinta putih biru. Sebuah perkenalan dalam kelas, dan waktu yang berjalan. Mendekatkan kita, seolah saling melengkapi. Tak ada kata pisah, cerita demi cerita terajut membentuk kenangan yang tak dapat di gantikan oleh...