Sore itu aku dan Freya sedang berada di pusat perbelanjaan. Alasan mengapa Freya mengajakku ke pusat perbelanjaan? Masih menyangkut masalah kemarin. Freya ingin aku pergi bersama Delvin tampil dengan gaya yang berbeda.
Bermacam-macam dress Freya rekomendasi kan, namun ku tolak. Karena menurut ku, pilihan dress Freya terlalu terbuka di tambah warna nya yang terang. Satu dress yang terpasang di manekin menarik perhatian ku.
"Kayak nya yang ini bagus deh." Ucap ku sembari meraba-raba kain nya yang halus.
"Tapi itu terlalu biasa naizila." Protes Freya.
"Fre, denger ya. Gue nggak bisa pakai dress yang ketat kayak pilihan lo tadi." Jelas ku.
"Yang ini bagus kok, nggak ketat, gue suka warna nya, pernak-pernik nya juga nggak rame." Lanjut ku tersenyum bangga menatap dress tersebut.
Akhirnya Freya mengalah, maka langsung saja aku peluk Freya sambil jingkrak-jingkrak. Beberapa pengunjung toko tampak memperhatikan kami dengan tatapan aneh, beberapa juga ada yang mencibir lewat gerutu nya yang masih bisa ku dengar jelas.
**
Ratusan bahkan ribuan bujukan, sampai aku mohon-mohon. Agar Delvin bersedia ku ajak jalan-jalan malam ini, tetapi Delvin tetaplah Delvin. Ia menolak ku mentah-mentah dengan berbagai alasan.
Pertama, Delvin bilang sibuk. Kedua, Delvin bilang malu jika jalan dengan ku. Dan ketiga, Delvin juga bilang jika aku merepotkan. Aku tidak menyerah begitu saja, aku tetap mendesak nya agar ia bersedia. Lagi-lagi Delvin menolak nya.
Padahal aku sudah siap dengan balutan dress yang kupilih tadi, di tambah tas selempang yang hanya cukup di isi dengan ponsel ku. Jangan kira aku akan memakai sepatu hak tinggi, tentu tidak. Sepatu sneakers putih polos sangat cocok di padukan dengan dress warna biru dongker.
Tok...tok...tok...!!
Mama mengetuk pintu, aku pun beranjak untuk membuka nya.
"Ada apa Ma?" Tanya ku.
"Ada Delvin di bawah." Jawab Mama.
Aku terperangah tak pernah, "Serius Ma."
Mama mengangguk mantap.
"Assalamu'alaikum Ma, Naizila mau jalan." Pamit ku seraya mencium punggung tangan Mama.
"Waalaikumsalam." Jawab Mama menggeleng melihat tingkah ku.
Sesampai nya di bawah, tanpa basa-basi aku langsung menarik tangan Delvin agar segera berangkat. Sang empu yang ku tarik paksa meronta-ronta minta di lepaskan, tetapi aku tak mengindahkan nya.
"Pasangin helm nya!" Perintah ku pada Delvin sembari mengulum senyum manis. Sejujurnya aku geli jika harus bertingkat layak nya perempuan centil, tapi ini semua rencana Freya.
"Pasang aja sendiri." Balas Delvin sewot.
"Percobaan pertama, gagal." Batin ku.
"KITA MAU KE MANA?" Tanya ku dengan Suara lantang.
Saat ini kami berdua tengah dalam perjalanan, Delvin mengendari motor nya cukup kencang. Tak ada jawaban dari Delvin, maka aku putuskan untuk diam. Sampailah kami berdua di sebuah cafe yang lumayan terkenal. Aku turun untuk melepas helm, lalu memberikan nya pada Delvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua cangkir, dua rasa
Teen FictionCerita ini hanya sepenggal kisah cinta putih biru. Sebuah perkenalan dalam kelas, dan waktu yang berjalan. Mendekatkan kita, seolah saling melengkapi. Tak ada kata pisah, cerita demi cerita terajut membentuk kenangan yang tak dapat di gantikan oleh...