Pagi hari dengan cuaca mendung, sehingga aku sedikit malas untuk beranjak dari ranjang tidur. Terlebih AC nya yang dingin membuat ku menggeliat kecil saat Bi Mimin membangun kan Ku.
"Bangun non, udah siang." Ujar Bi Mimin menepuk pipi ku.
Aku menguap, lalu memposisikan diri menjadi duduk, "Bi Mimin siapin bekel aja, Naizila sarapan di sekolah."
"Iya non, udah siap. Sekarang buru mandi, udah di tungguin temen nya." Ujar Bi Mimin.
"Siapa Bi? Freya?" Tanya ku terkejut.
Bi Mimin menggeleng, "Bibi juga nggak tau, mending non cepet siap-siap aja."
Aku meloncat dari ranjang tidur, menyambar handuk di cantolan pintu dan berlari kecil menuju kamar mandi. 15 menit berselang, aku sudah siap dengan pakaian ku yang rapi. Di tambah parfum yang baru aku beli kemarin, membuat ku terasa fresh pagi ini. Meskipun cuaca nya sangat-sangat tidak mendukung.
Setelah berpamitan dan mengambil kotak bekal untuk ku bawa ke sekolah, aku berjalan santai menuju teras. Sejujurnya, aku benar-benar ingin tahu orang yang datang menjemput ku pagi-pagi. Rasa penasaran yang sedari tadi menguasai pikiran ku, malah membuat ku gugup.
"Rion!" Ujar ku terhenyak, ku kira orang yang menjemput ku Freya, atau Delvin paling tidak.
"Udah siap kan?" Tanya Rion tersenyum hangat.
Ah, sepertinya cuaca mendung pagi ini berbanding balik dengan Rion yang wajah nya cerah berseri-seri.
Aku mengangguk, "Udah kok, tumben jemput gue?"
Rion menyerahkan helm nya kepadaku, "Emang nggak boleh?"
Aku tersenyum kikuk, "Boleh aja sih, tapi tumben banget. Biasanya kan bareng Nesya."
"Buruan naik." Titah Rion mengalihkan perbincangan.
Motor yang kami tumpangi melesat jauh menembus rintikan hujan yang makin lama semakin deras, karena waktu yang mepet. Tak ada jalan lain, kita berdua harus sampai di sekolah tepat waktu. Meskipun rintik kecil nya berubah menjadi rintikan besar.
"Pake hoodie di dalem tas gue!" Kata Rion terdengar seperti perintah.
Tanpa menjawab, aku membuka resleting tas dan merogoh Hoodie di dalam tas nya. Hingga aku menemukan sebuah Hoodie hitam yang terlipat rapi, aku segera menutup kembali resleting tas Rion sebelum buku-buku di dalam nya terkena air hujan. Mataku terbelalak tak percaya, saat mengetahui Hoodie itu persis seperti Hoodie seorang laki-laki misterius itu. Namun aku tersadar sesuatu, Delvin bilang Hoodie itu menjadi Hoodie yang tengah marak akhir-akhir ini.
Apa mungkin Rion seseorang misterius itu?
Beberapa menit kemudian, akhirnya kami sudah sampai di sekolah. Aku sengaja meminta untuk turun di pintu gerbang, sedangkan Rion harus memarkirkan motor nya lebih dulu. Tanpa berlama-lama menunggu Rion, aku bergegas ke dalam kelas lebih dulu.
"Freya, Freya!" Panggil ku heboh sebelum Rion memasuki kelas.
"Apaan sih?" Tanya Freya yang tengah asik melahap roti isi nya.
"Ini Hoodie, mirip banget sama Hoodie yang orang misterius itu pake." Tukas ku Serius.
Freya terbelalak, "Hah, serius lo? Terus lo dapet hoodie itu dari mana?"
"Punya Rion, tadi dia jemput gue." Jawab ku santai.
"Rion jemput lo? Tumben."
"Ke sambet apaan?"
"Nggak tau, tiba-tiba aja Rion dateng." Jawab ku.
Freya tampak memikirkan sesuatu, "Jangan-jangan, orang itu Rion lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua cangkir, dua rasa
Teen FictionCerita ini hanya sepenggal kisah cinta putih biru. Sebuah perkenalan dalam kelas, dan waktu yang berjalan. Mendekatkan kita, seolah saling melengkapi. Tak ada kata pisah, cerita demi cerita terajut membentuk kenangan yang tak dapat di gantikan oleh...