Happy birthday

2 0 0
                                    

"Non Naizila bangun non, udah siang." Pekik Bu Mimin.

Akan tetapi, rasa kantuk ku yang berlebihan sama sekali tidak membuat ku beranjak sedikit pun. Tubuh ku sudah terguling nyaman di atas ranjang tidur, inilah yang di sebut kenikmatan duniawi.

"Orang tua non Naizila telfon." Pekik Bi Mimin lagi.

Indra pendengaran ku yang tajam, membuat ku terhenyak dan bangkit dari atas ranjang kala mendengar sebutan orang tua. Mata ku melirik Bi Mimin yang cekikikan melihat respon ku, terlihat sedikit syok mungkin.

"Maaf non, tadi Bibi bohong." Ujar Bi Mimin sambil cekikikan.

Dengan malas aku menggaruk puncak rambut ku yang awut-awutan, sekilas aku melirik jam Weker digital ku, menunjuk ke Angka delapan. Kali ini aku kelabakan, ingin cepat-cepat mandi dan segera pergi ke sekolah pun percuma. Pelajaran susah berlangsung satu jam yang lalu, tak ada pilihan lagi selain membolos.

Masih dengan piyama lengkap, aku menuruni anak tangga lesu. Derap langkah ku saja lemas, entahlah. Seperti nya pagi ini energi ku merosot. Bi Mimin sibuk berkutat dengan alat-alat dapur nya, aku menepuk bahu beliau. Hingga Bi Mimin menoleh, sedikit tersentak kala Bi Mimin terkejut atas kehadiran ku.

"Ngagetin aja non Naizila." Ujar Bi Mimin.

Aku cengengesan, "Bi...Naizila bolos aja ya."

Bi Mimin memandang ku sejenak, sedetik beliau menghela nafas, "Jangan atuh non, nanti kalo orang tua non Naizila tau gimana?"

"Ya jangan di kasih tau Bi, pokok nya harus bisa jaga rahasia. Bilangin Pak Deden juga." Balas ku jengkel.

Setelah berdebat dengan Bi Mimin, dan pada akhirnya mendapat persetujuan dari beliau. Aku berjalan kembali ke dalam kamar, lalu aku meraih ponsel. Dan melihat adanya notifikasi panggil tak terjawab. Dari situ lah, aku melihat nama seorang Freya tercantum. Tanpa berpikir panjang, aku menghubungi Freya balik. Beberapa menit setelah nya, panggilan tersambung.

"Heh, ini masih jam pelajaran Nai. Untung Pak Dandang lagi ke toilet." Omel Freya, sebelum aku mengucapkan salam.

"Santai dong." Pinta ku terkekeh geli.

"Lo kok nggak masuk sekolah sih Nai? Tadi Rion nyariin." Tanya Freya di sebera.

"Telat bangun, jadi nya bolos deh." Jawab ku cengengesan.

Terdengar suara Freya yang bergumam sebal, "Enak banget idup lo."

"Pasti dong...eh izinin ke bapak Dandang yang terhormat, gue sakit." Ujar ku pada Freya.

"Hadeh, iya deh iya. Dasar, hidup lo tuh penuh kebohongan. Dosa lu!" Damprat Freya, seperti nya ia tengah jengkel saat ini.

"Ya udah, semangat belajar nya. Bye-bye, assalamu'alaikum." Tanpa menjawab respon dari Freya lagi, aku langsung mematikan sambungan tersebut.

"Enak nya ngapain ya? Ke keluar juga nggak mungkin, di rumah bosen." Monolog ku tengkurap di atas ranjang tidur.

**

Pukul 3 sore, Freya dan Alfa berkunjung ke rumah ku. Mereka berdua baru saja pulang dari sekolah, dan berniat mampir ke rumah ku. Selepas mempersilahkan masuk, Bi Mimin datang membawa nampan yang berisi minuman dingin.

"Nih, jus mangga. Di jamin manis." Tukas Bu Mimin tersenyum sumringah.

"Makasih Bi." Balas ku.

Freya mengambil segelas jus mangga, dan meminum nya hingga tersisa separuh. "Ahk, lega. Akhirnya rasa haus gue terbalas juga, manis lagi kayak Bi Mimin."

Dua cangkir, dua rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang