Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di sekolah, begitu pun dengan Freya yang sekarang tengah asik bercanda ria dengan Alfa di kursi taman sekolah. Aku sengaja datang tiba-tiba, hingga membuat mereka terkejut bukan main saat seru-serunya tertawa.
"Berdua aja nih." Goda ku tersenyum jahil ke arah Freya dan Alfa.
Alfa melirik ku sinis, "Ganggu aja lu jomblo."
"Iri bilang sahabat." Damprat ku sembari menjulurkan lidah.
Freya yang mendengar cekcok kami hanya ikut terkekeh geli.
"Btw, kemaren gimana? Sukses?" Tanya ku mengenai momen mereka berdua kemarin sore.
Freya memasang ekspresi cemberut, begitu pun dengan Alfa yang memasang ekspresi lesu. Seolah pertanyaan dari ku, adalah pertanyaan berat yang harus mereka jawab.
"Gagal total." Jawab Alfa menghela nafas gusar.
"Kemaren, pas baru nyampek di restoran nya Tante gue. Ternyata di sana ada bokap sama nyokap yang nungguin gue, rencana nya ada reuni keluarga." Jelas Freya dengan nada putus asa.
"Hahahaaa, mampus! Itu karma buat lo berdua." Ucap ku tertawa girang.
"Karma apaan Nai?" Tanya Freya heran.
Aku memutar bola mataku malas, "Kemaren, lo berdua nipu gue ya? Alfa bilang Delvin nungguin gue, katanya mau nganter gue balik. Eh ternyata, lo berdua bohongin gue."
"Malu banget gua, di ketawain Delvin sama temen-temen nya." Lanjut ku ber sungut sebal.
Freya dan Alfa semakin terbahak, seolah kejadian yang ku alami adalah lelucon bagi mereka.
**
Saat ini, siswa-siswi di dalam kelas XI IPA 2 duduk rapi di bangku masing-masing. Ada yang memasang raut santai dan ada pula yang tegang. Lantaran hari ini Bu Riri membagikan kertas ulangan matematika. Guru cantik dengan kaca mata kotak dan gaya fashion hijab nya yang mengalahkan kalangan anak muda. Beliau seumuran dengan mama ku, kebetulan beliau tengah mengajar mata pelajaran matematika.
Jika guru matematika yang kalian kenal memiliki sifat yang keras, atau pun pemarah. Berbeda dengan Bu Riri yang memiliki sifat lemah lembut. Sehingga saat datang pelajaran matematika, tak ada keluh kesah yang keluar dari para mulut siswa-siswi.
"Mampus, semalem gue nggak belajar." Monolog Freya dengan raut gelisah.
"Santai aja, lagian Bu Riri nggak bakal marah. Bu Riri udah hafal, kalo nilai ulangan matematika lo itu jelek." Ejek ku puas.
Freya melirik ku sengit, "Nggak jelek-jelek amat ya, gue juga harus berusaha biar nilai matematika gue lebih bagus."
"Santai aja lah." Kata ku enteng.
Di tengah-tengah waktu mengerjakan ulangan, aku menggerutu sebal. Sebab ada tiga soal yang belum terpecahkan. Kali ini aku merasa otak ku berhenti total, seolah rumus-rumus yang semalam ku hafalkan sekarang hilang mendadak.
Mataku tak henti-hentinya melirik ke kanan kiri, namun tak ada satu pun siswa ataupun siswi yang menoleh ke arah ku. Semua nya fokus mengerjakan ulangan. Bola mataku menangkap sosok Delvin yang tengah berjalan beriringan bersama Alfa. Tampak nya mereka selesai melaksanakan praktek olahraga.
Delvin, ia juga tak kalah intens menatap ku lekat. Entah dorongan dari mana dia berani menatap ku selama beberapa detik tanpa berkedip sekali pun. Buru-buru aku memalingkan wajah saat tatapan mata Bu Riri dari balik kacamata nya jatuh ke arah ku.
**
Sepulang sekolah, keluarga kecil ku menghabiskan waktu di depan ruang keluarga. Kebetulan hari ini Papa cuti kerja, begitu pun dengan Mama yang juga ikut serta cuti selama sehari. Kedua orang tuaku bilang, nanti malam mereka akan mengadakan acara dinner di sebuah restoran
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua cangkir, dua rasa
Teen FictionCerita ini hanya sepenggal kisah cinta putih biru. Sebuah perkenalan dalam kelas, dan waktu yang berjalan. Mendekatkan kita, seolah saling melengkapi. Tak ada kata pisah, cerita demi cerita terajut membentuk kenangan yang tak dapat di gantikan oleh...