🌵 S i x t e e n 🌵

643 116 76
                                        

Sesekali memeriksa jam yang tertera di layar ponselnya dengan kedua mata yang suntuk, Jungwoo sedang berbelanja ke supermarket namun rasanya tak nyaman karena harus menghindari seseorang. Niatnya ingin membeli cadangan cemilan yang ternyata sudah Jaehyun habiskan sendirian, sudah patah hati, cemilan pun habis, rusak sudah mood Pemuda itu.

Beberapa kali mendapatkan terror pesan dan panggilan dari seseorang yang sangat ia hindari saat ini. Ya, Jungwoo datang bersama Jaehyun, Pemuda itu yang memaksanya dan jika tidak diajak, Jaehyun mengancam akan menghancurkan rumahnya. Tentu saja, Jungwoo mengizinkan Jaehyun ikut meski pada akhirnya Jungwoo selalu bersembunyi di rak lain ketika Jaehyun mencarinya.

Kejadian tadi sore membekas dalam ingatannya, membuat Jungwoo ingin menyerah dalam memperjuangkan perasaannya. Jaehyun telah menjadi milik yang lain, dan jika Jungwoo tetap meneruskan perasaannya untuk terus mencintai, maka dirinya yang akan terluka, sendirian.

Jungwoo ingin sekali egois, merebut Jaehyun agar menjadi miliknya saja, memaksa Jaehyun untuk membalas mencintainya juga. Tetapi, Jungwoo tidak mau melakukannya, Pemuda itu merasa jahat sekali jika melakukannya, memikirkannya pun sudah membuatnya merasa seperti Orang jahat di luar sana.

Jungwoo yakin, jika kebahagiaannya tidak hanya terletak pada Jaehyun saja. Suatu saat nanti ia akan menemukan yang lebih baik, dan juga bisa mengerti dirinya. Tapi lagi-lagi hatinya menolak keras dengan logikanya. Jungwoo kesal, logika dan hatinya tidak sinkron meskipun dalam satu tubuh.

Grep!

Jungwoo melihat ke arah bawah, lebih tepatnya pada bagian perutnya. Kedua lengan Jaehyun berada disana dan memeluknya, “Aku menemukanmu!”

Jungwoo mendadak membatu kala mendengar suara tawa Jaehyun, ia terdengar bahagia setelah menemukan Jungwoo. Pemuda itu penasaran, apakah Jaehyun juga melakukanya kepada Hye Soo?

“Padahal kamu lagi pegang ponselnya, tapi kenapa pesan sama panggilanku ga diangkat sih, Woo?”

Jungwoo menyingkirkan kedua lengan Jaehyun dari perutnya, Pemuda itu berbalik dan menatap Jaehyun, “Ponselnya aku silent, jadi aku ga tau.”

Jungwoo senang bisa melihat senyum pemuda itu, namun juga ada rasa sakit yang menjalar ke hatinya. Serba salah, Jungwoo tak menyukainya.

Jaehyun memasukkan cemilan ke dalam trolley yang di bawa oleh Jungwoo, “Aku udah ambil cemilan favorite kita, selanjutnya ayo bayar.”

Jaehyun mengambil alih tugas Jungwoo, membawa trolley tersebut menuju kasir. Sementara Jungwoo mengikutinya tanpa bersuara, rasa sakit yang menghentikannya mengeluarkan kata-kata seperti biasanya.

Sembari menunggu Jaehyun yang mengantri membayar belanjaan cemilan mereka, Jungwoo melewati jalan lain sehingga ia menunggu diluar. Jungwoo menyibukkan diri dengan bermain ponsel, entah membuka youtube, twitter, instagram, line, whatsapp, atau tumblr. Ia lakukan untuk mengalihkan perhatiannya dari Jaehyun, namun gagal saat suara Jaehyun terdengar membalas pertanyaan Mbak kasir soal bayar pakai debit atau cash.

Jaehyun melihatnya, kemudian melemparkan senyuman manis ke arahnya. Tentu saja, Jungwoo segera mengalihkan perhatiaannya ke ponsel miliknya. Senyum Jaehyun luntur, lagi-lagi Jungwoo menghindari kontak mata dengannya. Jaehyun sadar, Jungwoo melakukan semua itu ketika dia sedang marah kepada dirinya, atau ada yang disembunyikan olehnya.

Jungwoo segera mengambil belanjaannya ketika Jaehyun sedang membayar belanjaan mereka. Kemudian kedua tungkainya melangkah lebar menuju parkiran. Jaehyun menyusul Jungwoo yang sengaja meninggalkannya.

“Jungwoo tungguin!”

Jungwoo menulikan kedua telinganya, dan berusaha tidak memperdulikan Jaehyun yang mengejarnya.

Selenophile | JaewooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang