THREE

8K 613 106
                                    


I AM really×not BAD.


Anggi menatap sinis Sherina. Gadis itu melipat kedua tangannya didepan dada, dengan logat tubuhnya yang angkuh ia juga berjalan pelan mengelilingi Sherina.

"Seneng ya lo udah ditolongin Gavin kayak tadi. "

Ya, Anggi melihat momen dimana Sherina adalah satu satunya gadis yang bisa sedekat itu dengan Devan.

Tidak sembarang orang yang bisa Gavin dekati dengan mudah. Gavin memang tidak memilah milih orang untuk ia tolong. Kebanyakan gadis hanya mencari muka untuk bisa ditolong langsung oleh sang empu. Itulah alasan mengapa Gavin enggan menolong seorang wanita.

Sherina menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak ingi berdebat dengan Anggi saat ini namun lagi dan lagi Anggi selalu memotong langkah kakinya.

Anggi benar benar tidak menyangka dengan kejadian tadi yang ia lihat dengan kedua matanya.

"Gue nggak nyangka She. Ternyata nasib lo lebih beruntung ya daripada gue. "

Kali ini Anggi berhasil mendapatkan tatapan tidak suka dari Sherina. Sang empu menatapnya dalam dalam, Sherina benar benar tidak suka mendengar ucapan Anggi kali ini.

"Aku nggak salah denger Nggi? Kamu bilang nasib aku lebih baik daripada nasib kamu? "

"Aku selalu berharap begitu. Banyak orang orang yang bisa berada diposisi kamu sekarang. Tapi takdir berkata lain, perkataan kamu itu udah menunjukkan kalau kamu bukan orang yang bisa bersyukur. "

Sherina beranjak pergi. Ia sedikit mendorong tubuh Anggi untuk menyingkir dari jalannya saat itu.

Sherina tidak menghiraukan sang empu yang sudah berkoar koar. Ia terus berjalan dan menerobos masuk dari cegatan cegatan Anggi.

"She gue belum selesai ngomong! Iiiih cupu brani banget si lo. " decak Anggi menatap kesal punggung Sherina yang mulai menjauh.

Dari balik dinding kamarnya, Marisa bisa mendengar percakapan Anggi dan Sherina. Kedua gadis itu berbicara tepat didepan kamar orang tuanya.

Marisa memegang dadanya yang mulai sesak. Tubuhnya melemas, semenjak perceraian dirinya dengan Mario, Marisa bisa merasakan kesedihan kesedihan yang Sherina simpan sendiri selama ini.

"Maafin mama sayang,"

***
Akhirnya Sherina bisa merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Gadis itu tersenyum kecil mengingat saat Gavin mengulurkan tangan untuknya.

Sherina tahu ini adalah hal biasa, bahkan sangat biasa. Tapi ucapan Anggi benar, Sherina sangat beruntung karna bisa sedekat tadi dengan Gavin.

Dingin, tidak tersentuh, sensitif namun baik. Sherina jadi senyum senyum sendiri memikirkan karakter Gavin.

"Yaampun She apaan sih lo nggak boleh mikirin dia terus. " gumam Sherina kepada dirinya sendiri.

Ia mengacak frustasi rambutnya karna nama Gavin berhasil memenuhi pikirannya.

Sherina meminum cokelat hangat yang ia dapat dari mbok Imah. Gadis itu duduk santai, melihat rintik hujan sore yang mulai berjatuhan.

I AM really×not BAD [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang