Bukan Aku

7K 769 31
                                    

Berusaha untuk baik-baik saja saat ini justru buat Nana malah terlihat bodoh. Demi menepati janji untuk datang dalam rombongan pihak sahabatnya, Aska atau seperti katanya yang minta ia dampingi ke kediaman keluarga Nona.

Malam itu jadinya Nana hanya di temani Dina karena Mama berhalangan hadir, ada acara lain dengan tantenya. Nana sudah berpikir hampir gunakan alasan itu untuk menghindar dari acara malam ini yang pasti akan semakin membuat Nana terluka.

Sayang, membayangkan Aska kecewa lalu besok akan datang dengan segala pertanyaan, buat Nana urungkan niat tersebut dan pilih datang.

Nana menghela napas panjang, Dina di sampingnya memasang wajah datar setelah berusaha kuat untuk menahan kepergian Nana, pada akhirnya Dina tak tega biarkan Nana pergi sendiri.

Malam ini Nana tetap berhias cantik dan pantas dengan pilihan dress hitam koleksi dari Moda Operadi berbahan Polyester sangat sempurna melekat di tubuh indahnya. Rambut Nana digelung ke atas membiarkan beberapa helai rambut terjatuh di sisi wajahnya, menambah kesan manis dengan riasan wajah natural.

Acara sudah dimulai, Nana lebih banyak menunduk setelah Nona datang lalu Aska berdiri untuk menyampaikan lamaran secara langsung di depan semua orang yang hadir.

"Na—" bisik Dina yang lebih tertarik memastikan Nana.

"Gue nggak apa-apa din."

"Yakin? Kalau lo gak sanggup kita keluar" bisik dina, dia sadar Nana tak akan nyaman. Nana tak setuju, mana mungkin mereka keluar saat masih acara berlangsung bahkan baru mulai, posisi mereka duduk di depan akan curi perhatian saat berdiri.

Nana mengulas senyum tipis demi sahabatnya itu tak menyeret keluar. "Gue senyum malah, lihat kan? gue happy bisa saksikan Aska tunangan."

"Mulut dan hati sering bertentangan" Nana hanya memaksa, dina yakin.

Alasan lain Nana hadir malam ini karena Nana jelas tak akan hadir di pernikahan Aska nanti, berharap hadirnya hari ini cukup buat Aska lihat dukungan dan restu darinya sebagai sahabat.

Dina tak bicara lagi, Nana bersyukur. Mereka lalu terhanyut bersama para tamu di dalam ruangan itu, fokus ikuti rangkaian acara. Nona dan Aska jelas sangat cocok di hari istimewa ini mereka sangat serasi dengan kebaya Purple modern panjang dengan bordir di atas tule transparan, bawahnya memakai songket senada dengan kemeja tenun berlengan panjang yang dipakai Aska dipadukan celana bahan berwarna hitam.

Aska sangat berbeda malam ini, meski formal malah makin buatnya berkarisma.

Tak sanggup berlama-lama, Nana kembali menunduk. Aku bahagia meski yang berdiri di samping Aska bukan aku. bisik hati Nana menguatkan dirinya sendiri dan bersabar melewati ini.

Ini benar-benar gila, orang lain belum tentu sanggup menjadi Nana. Apa memang begitu arti dari Cinta harus merelakan dan tak memiliki.

"Astaga!" Entah apa yang terjadi, suara pekikan Dina dan beberapa tamu lain menarik Nana untuk mengangkat kepala, menemukan semua mata sudah menatap ke arahnya. Nana mengerutkan kening, lalu menoleh pada Dina.

"Kenapa din?" bisiknya.

"Cincin jatuh"

"Ja-jatuh, cincin siapa?" Nana seperti orang yang lupa kalau dia sedang menghadiri pertunangan Aska. Belum sempat dengar jawaban Dina, Nana terkejut saat Aska sudah berdiri di depannya.

Nana mendongak. "Aska?"

Nana semakin bingung, Aska tersenyum kecil lalu dia berjongkok.

"Cincinnya berhenti di dekat kaki lo, Na." katanya, Nana otomatis melihat benda di maksud Aska, cincin itu benar-benar di dekat kakinya, sangat dekat.

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang