Kita-Prolog

27.5K 1.7K 37
                                    

Bandara Soekarno-Hatta.

"lo akan pulang pas gue married nanti, kan?" Aska, mencoba mencari tahu raut wajah perempuan itu-Zayna Ruellia-sahabatnya.

Nana, wanita cantik itu menggeleng kecil membuat rambut hitam panjang dengan bagian bawah mengikal yang diikat satu ikut bergerak, dengan senyuman tipis sekali dan tatapan mata yang hangat. "nggak bisalah, awal di sana gue sibuk beradaptasi dan banyak hal." Selama dua tahun, Nana akan menghabiskan waktu mengejar gelar magister di London.

Aska merasa itu jawaban mengecewakan. Namun, tetap dukung apa pun keputusan temannya itu. Membiarkan wanita itu berbalik saat pemberitahuan keberangkatan terdengar. Tetapi, Aska bergerak cepat menahan tangannya.

Nana menoleh dan tersenyum, "Aska, Waktu berjalan lho. Nanti gue nggak sempat pamit sama yang lain." katanya segera melepaskan tangan Aska. Lalu beralih pada wanita ayu dengan rambut sebahu, yang sejak tadi setia berdiri di samping Aska. Tampak serasi sekali.

"Gue doakan lancar ya pernikahan kalian, harus langgeng sampai tua bersama. Nona, harus sabar menghadapi Aska yang gila kerja." candanya. Lalu mengulurkan tangan menjabat Nona, sebelum kembali beralih pada Aska yang berwajah datar tanpa senyum sedikit pun.

Pesawat akan berangkat, Aska tidak menunda lagi. Dia menarik tangan Nana, mengajaknya menjauh dari yang lain.

"Sebentar.." Nana memandang Nona, yang mengangguk memaklumi dan tidak keberatan mereka berbicara berdua saja. Berjalan pelan menjauhi mereka, Aska menggenggam tangan Nana dengan erat.

"So..." Aska mulai mengeluarkan suara. "Akan lama sekali, kan?"

"Hanya dua tahun." Bagi orang yang terbiasa bersama, dua tahun bukan waktu sebentar.

Nana berusaha menahan tanggul air mata yang sebentar lagi pasti jebol, menarik sudut bibir guna menguatkan hati, bahwa ini yang terbaik untuknya. Nana tidak ingin Aska melihatnya menangis. Mereka tepat berada di depan gerbang keberangkatan. Langkah mereka terhenti dan berhadapan.

"Jaga kesehatan. Bye." Nana berniat mengulurkan tangan untuk mengelus bahu pria itu, justru dibuat terkejut saat Aska malah menarik tangannya hingga Nana berdebar saat dekapan hangat itu diterimanya.

Aska tak ragu memeluknya erat.. erat sekali... dia merasakan Aska mencium ubun-ubun kepalanya. Dia pasti akan merindukan napasnya, wangi tubuhnya, suaranya dan setiap detik yang dihabiskan bersama...

"lo yang harus sehat terus, Na. Di sana jangan cari pacar bule. Cintai produk lokal." Katanya dengan sedikit gurauan, sedetik kemudian diakhiri dengan menyematkan lagi kecupan manis kali ini di keningnya.

Nana tersenyum, menarik napas dalam-dalam. "see you later..." ini sudah saatnya, wanita itu menghitung detik-detik terakhir keberadaannya di Indonesia.

"I hope we'll meet again.." kata lelaki itu lagi.

Nana malah menoleh pada Nona, di belakang sana yang sedang menatap mereka. "So.. You lucky. Huh? Hm.. dia cantik dan baik." Katanya berbisik memberi pendapat tentang wanita yang Aska pilih.

Tetapi, Aska tak menanggapi. Sekali lagi malah memeluknya. "kabari gue selalu." Bisiknya ditelinga Nana, yang membuat Nana justru bertambah sedih. "Kalau sudah selesai harus cepat balik ke sini.. lebih baik di sini, rumah kita sendiri." Katanya mengutip salah satu lirik lagu.

Mereka tertawa bersama sebelum Nana menjauh dan beralih ke Dina--sahabat terbaiknya yang lain, dan keluarganya yang sudah berkumpul di belakang mereka berdua. Waktunya memang sedikit lagi.

"Its oke, Nana. bule lebih baik yang penting nggak menyakiti lo." Hibur Dina dengan ucapan tersirat, mengusap punggung Nana dalam dekapannya. Lalu Nana segera berpamitan pada kedua orang tua dan keluarga lainnya. Menyeret koper, serta menyandang tas dibahu. Mulai berjalan menjauh dari semua orang yang menjadikannya pusat pandangan.

Ini saatnya, untuk terakhir kali Nana akan melihat sosoknya. Aska terlihat tanpa sadar juga berjalan mengikuti, tepat saat Nana berhenti melangkah, Aska juga berhenti dan terus menatap ke arahnya. Nana berusaha tersenyum dan melambaikan tangan. Kembali melangkah dan menghilang darinya..

Dengan pilihan ini, selain harus berjauhan dengan orang tua, keluarga, dan sahabat. Akhirnya yang membuat Nana terisak, dia tahu dalam hidup akan ada satu orang yang membuatnya jatuh cinta, tanpa sebab, alasan, pertanyaan atau bahkan balasan...

Satu orang itu adalah Askara Bachtiar

to be continued...

Ini cerita baru banget belum pernah di revisi, jadi maafkan jika banyak Typo dan lain-lain.

Thank You and enjoy...

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang