I Can't

5.9K 651 20
                                    

Baca ini sambil play lagu di atas.
Original song by Bonnie Raitt – I Can't Make You Love Me.

***

Aska berbeda, itulah yang di rasakan Nana setelah kemunculan bersama Nona di apartemen beberapa waktu lalu. Perubahan demi perubahan terasa kental, meski sekuat hati ia coba melapangkan hati untuk terlihat biasa saja di depan sahabatnya itu. Nana bahkan tidak marah walau kecewa karena Aska sebelumnya tidak cerita apa-apa padanya.

Dari cerita singkatnya, tidak sengaja Aska satu pesawat saat waktu kembali ke Makassar yang terakhir kali di antar Nana, lalu komunikasi semakin terjalin dan cinta sebelumnya berguguran kembali bersemi diantara mantan tidak terlupakan tersebut.

Nana tahu, Aska tidak pernah bisa benar-benar move on dari Nona, wanita berparas ayu dengan karier terlihat sangat cemerlang. Nona bekerja di sebuah bank swasta, setelah kembali mengejar sekolah magister membuat kariernya kian meningkat di usia yang masih muda, mereka seusia. Wanita dengan smart brain and beautiful face, itu adalah mantan terindah Aska. Mereka pacaran cukup lama, tiga tahun sebelum memutuskan berpisah baik-baik karena Nona sekolah di luar negeri.

"Na... Nana Astaga! gue panggil-panggil juga." Nana tertangkap melamun, siang ini mereka baru saja selesai lunch di ruangan Dina.

"Oh sorry, Din. Gue lagi ke pikiran sama ke-kerjaan." Alasannya, meski Dina tahu ada yang tidak beres sudah sebulan belakangan ini, wanita itu terlihat banyak melamun.

"Lo tahu Aska udah punya pacar?" tanya Dina kembali mengulang pertanyaan sebelumnya yang tidak di dengarnya.

"Ya? Hm... tahu." Nana enggan membahas ini.

Dina memberi tatapan curiga, Nana bahkan tidak mau membalas tatapannya, terlihat sibuk mengotak-atik ponsel. Dina memberikan ponsel miliknya pada Nana, layarnya memperlihatkan postingan baru dari Aska—foto kebersamaan dengan Nona.

"Ini bukannya mantan dia?"

Susah payah Nana berusaha terlihat biasa, alasannya melamun juga karena melihat foto itu, meski tanpa caption apa pun di bawahnya.

"Iya, sama Nona. Mereka balikan." Dina terkesiap melihat nada sedih di suara Nana, wanita itu tidak berhasil menutupi perasaannya.

"Na?"

"It's oke Din, I'm fine." Katanya meski matanya sudah berkaca-kaca. Dina menarik napas dalam-dalam, lalu meletakan ponsel di meja. Memilih diam karena Dina pun bingung harus mengatakan apa.

"Aska lolos lisensi, bulan depan dia pindah tugas, ke Jakarta. Harusnya gue happy, dia bakal dekat. Cuman gue—gue merasa percuma, karena yang gue rasa kita bakal makin menjauh dalam artian lain." Katanya terdengar asa di ujung kalimatnya.

Dina tidak bergeming, "Lo nggak coba ngomong?" Tanya Dina hati-hati.

"Ngomong apa?"

"come on Na! Jangan coba menutupinya lagi dari gue. Na, stop! Apa yang mau lo buktikan dengan terus mengelak? Karena mata lo nggak bisa bohong!"

Nana mengalihkan tatapan, menunduk dengan memainkan jari-jari tangannya. "Buat apa? bukannya gue sudah tahu jawabannya?"

"Tapi, setidaknya lo akan merasa lega—"

"That's not a reason to say, Itu hanya akan merusak hubungan pertemanan gue sama Aska, Din. Gue sudah sangat terlambat. Aska nggak pernah punya perasaan lebih selain menganggap gue sahabatnya. No more than that." Pertahanan Nana hancur tidak tersisa di depan Dina, tidak bisa memendam lebih dalam.

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang