After you go.

9.9K 963 64
                                    

Happy Reading

***

Pulang dari tempat Dina, sama sekali tak membuahkan hasil apa-apa. Aska masih berusaha berpikir luas, mungkin saja Nana di sana sedang sibuk sesuaikan jadwal kuliah juga kehidupan sehari-hari. Tak mungkiri kalimat yang di tanamkan dalam pikirannya tetap saja sisakan khawatir akan kondisi wanita itu, tinggal sendiri di tempat asing itu tak mudah, akan ada banyak perbedaan terutama budaya dan lingkungan. Meski bagi sebagian orang Indonesia yang berani pilih merantau ke berbagai negara di belahan dunia menjadi tantangan tersendiri, menjadi pengalaman tak terlupakan.

Aska tetap bertekat akan kunjungi tante Ina yang menurut informasi Dina ada tinggal bersama tantenya Nana yang sedang merintis usaha kue. Dulu, dua kali Nana pernah ajak Aska ke rumah tantenya, sampai sekarang Aska masih hafal jalannya. Hari sudah menjelang sore, lelaki itu akan realisasikan besok atau lusa.

Mengendarai mobil untuk pulang, Aska terjebak kepadatan jalanan di jembatan layang Casablanca, Seorang diri seperti ini membuat kenangan seakan menari tepat di depan mata.

Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, tak juga berhasil menidurkan segala kenangan yang tersimpan. Lalu dia melihat mobil di depannya belum bergerak, tangannya terulur untuk hidup kan stereo mendengar lagu-lagu enak menemani suasana. Aska menoleh ke sisi kiri bersamaan dengan panorama senja jadi latar belakang jajaran gedung pencakar langit, jika di abadikan dalam potret akan dapat hasil yang indah.

Sebuah lagu berjudul See you again adalah lagu pertama terasa cocok berhasil semakin mengusik hati lelaki itu.

Segala kenangan semakin jelas terlihat, terlempar jauh pada hari bersejarah dengan wanita bernama Zayna Ruellia.

Jumantara sore kala itu...

Saat itu usia mereka baru delapan tahun, Aska biasanya main dengan anak laki-laki seusianya lagi tak tertarik bermain dengan anak perempuan. Bermain bola atau keliling kompleks naik sepeda. Hari itu sudah sangat sore dan Aska pulang main terlambat, Mamanya sudah cari Aska ke mana-mana. Maka tak heran jika orang tuanya menyambut Aska dengan omelan panjang lebar juga kesal.

"Itu siku sama lutut kamu kenapa luka?" setelah mengomel, Mata Mama yang mengintai tubuh putranya menemukan luka di beberapa tempat.

Aska masih menunduk takut juga merasa bersalah karena main terlalu jauh, dan baru sampai rumah.

"Ja-jatuh Ma." Jawabnya terbata-bata, Mama menghela napas, sudah tak heran anak laki-laki terdapat luka begitu. Apalagi dia biarkan anaknya main di luar.

"Pasti kamu naik sepedanya ngebut? Mama bilang kan jangan ngebut-ngebut, bahaya banyak kendaraan lain!"

"Ng-nggak Ma! Suerrr!" Aska berbohong, jika dia jujur maka Mama tak akan membiarkan Aska main keluar besoknya.

Mata Mama menyipit curiga tanda menangkap kebohongan anaknya.

"Benar Ma, Aska nggak bohong!" Mama terlalu mengenal Aska, Ibu satu anak itu bisa bedakan anaknya sedang berbohong atau tidak.

"Ya udah kamu mandi, nanti lukanya di obati. Lain kali kalau main ingat waktu, sore itu waktunya pulang, mandi dan kerjakan tugas sekolah."

"Iya, ma"

"Sekarang Aska!"

"Iya ini simpan sepeda dulu, Ma." Mama sekali lagi mengingatkan Aska langsung mandi karena sudah sore, sebelum wanita itu masuk ke rumah lebih dulu.

Ketika mengerakkan sepedanya, Aska lihat rante sepeda lepas, dia urungkan gerakan lalu standar sepeda di turunkan dan Aska kecil jongkok untuk membenarkan tepat ketika itu matanya menangkap anak perempuan di seberang rumahnya, Aska mengenalnya selain satu sekolah, satu kelas, juga rumah mereka berhadapan.

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang