KITA

6.8K 720 27
                                    

Berbeda dengan pagi saat akad, acara resepsi di selenggarakan malam hari di ballroom besar masih ada satu tempat dengan tempat akad. Nindy masih berusia muda, tapi suaminya yang usia terpaut sepuluh tahun justru membuat mereka terlihat serasi. Sedikit Nana tahu, keduanya kenal sejak kecil, suaminya anak dari sahabat orang tuanya, bukan karena perjodohan tapi keduanya memang saling jatuh cinta. Pernikahan di rancang begitu matang dan sempurna, layaknya pernikahan modern sekarang, pernikahan-pernikahan impian.

Nana dan Aska setelah kejadian semalam, awalnya Nana sendiri bingung harus bersikap seperti apa, tapi melihat Aska berdiri di depan kamar dengan cengiran lebar dan tidak merasa bersalah, Nana bersyukur lelaki itu tidak mengingat apa yang terjadi kecuali cerita dari Randy, kakak sepupunya kalau Nana lah yang mengantar ke kamar.

Lupakan...

Nana berusaha melupakan kejadian semalam, resepsi di adakan jam tujuh malam.

Nana baru selesai bersiap. Menatap pantulan dirinya di cermin. Pilihan malam ini memakai gaun kebaya modern berwarna Maron, bagian atas gaun mengikuti lekuk tubuh sementara di bawah lutut agak mengembang, panjang sampai menyapu lantai. Bagian lengan panjang, memiliki model sabrina hingga memperlihatkan bahunya. Sementara rambut panjangnya di tata di satu sisi, riasan wajah natural justru membuat Nana merasa tidak berlebihan.

Mengambil Clutch berwarna hitam, salah satu tas favoritnya meski harus menguras tabungan saat begitu ingin memilikinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengambil Clutch berwarna hitam, salah satu tas favoritnya meski harus menguras tabungan saat begitu ingin memilikinya.

Lain dengan Aska yang justru terdiam lama menatap Nana malam itu.

Resepsi modern party, buat suasana jadi lebih menyenangkan terlebih tidak berdesakan karena pasangan pengantin tersebut tidak mengundang banyak tamu. Nana merasa Aska lebih banyak diam dan memerhatikan dirinya, tapi, tidak menjauh dari sisinya.

Ternyata pengantin akan ada sesi dansa, sebelumnya pembawa acara minta para tamu yang masih lajang untuk berdiri di depan karena Nindy akan melemparkan buket bunga.

"Na, nggak ikut?" tanya Aska yang melihat Nana tak tertarik.

Nana menggeleng kecil, "Nggak percaya mitos."

"Buat senang-senang aja." Tak di sangka Aska malah berdiri, mengulurkan tangan. "Ayo!"

Nana mengerjap tidak percaya, "Seriously?" Aska tak sabar dengan menarik tangannya, memaksa untuk ikut berdiri diantara beberapa tamu lain.

Nindy yang melihat Nana dan Aska ikut serta tersenyum lebar, "malas ah, lo aja gue balik ke meja."

Nana berbalik, dia melangkah meninggalkan perkumpulan tersebut, Aska mengikuti, segera menahan tangannya. "Na, tunggu sebentar!"

Tepat saat itu tidak mereka sadari bahwa pembawa acara sudah menghitung mundur "Kita hitung sama-sama ya... satu... dua... tiga!" Nindy membelakangi para tamu melempar buket bunganya terlalu kencang, mengarah ke arah Aska dan Nana.

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang