Askara Bachtiar

11K 876 6
                                    

Belasan tahun Nana kenal Aska, sampai sekarang dia tidak tahu alasan apa yang mendasari sampai bisa begitu nyaman menjalin persahabatan dengan lelaki yang ia kenal bahkan saat masih memakai seragam putih-merah

"Lagi ngapain sih? sibuk gombali cewek-cewek lo, ya?" Nana memicing curiga pada Aska yang sibuk dengan ponselnya.

"Gombali cewek juga nggak masalah, single, bebas." Aska kemudian menyimpan kembali ponsel pada saku celana begitu pesanan mereka datang.

Nana memutar bola mata, "Player tuh gitu, banyak alasan!" decak Nana mencibir dengan suara lantang.

"Berisik, Na. Suara lo kondisikanlah."

Aska menyentil bibir Nana, "duh sakit, monyong!" wanita itu meringis sambil mengusap bibirnya.

Mereka memang sedang makan di sebuah tenda biru pinggir jalan, memakan Mie ayam-bakso favorit yang berada tepat di seberang sekolah menengah atas mereka dulu. Setelah memenuhi permintaan Nana yang lebih memaksa agar Aska mau menemani dan membayari tiket menonton stand up comedy dari komika favoritnya.

"Lagi mulut lo dari tadi nggak bisa diam!" apalagi tadi saat menonton, Nana tidak pernah menahan diri jika tertawa, dia akan begitu lepas. Aska tidak pernah terganggu, dia juga menikmati. Nana adalah cewek unik yang membuat Aska mencoba hal-hal yang tidak pernah dia pikirkan.

Kalau tidak mengenal Nana, mungkin sepanjang masa remaja sampai dewasa akan monoton, belajar atau paling tidak nongkrong sama teman-teman lelakinya yang sudah pasti tempat nongkrongnya hanya sebatas itu. Aska juga tidak selalu bersama Nana, lelaki itu banyak temannya, sesekali Nana bahkan yang diseret ikut ke kelab malam.

Meski berakhir misuh-misuh, selalu merecoki Aska untuk pulang. Nana bahkan selalu berdecak sebal, tidak habis pikir-apa yang bagus sama tempat bising, ramai, dan bau rokok seperti itu? Belum lagi lampu yang buat dia pusing-keluhnya selalu.

"Lo kalau gue diam mulu, entar mengeluh-mana nih Nana yang cerewet, lo lagi sakit gigi makanya diam gini-Hm, gila! Main sumpel aja mulut gue!" Aska menghentikan dengan menyuapi bakso pada Nana yang sedang menirukan gaya bicara Aska yang selalu mencibirnya saat Nana berubah jadi lebih pendiam.

Aska tertawa melihat pipi Nana yang mengembung mengunyah bakso yang dia paksakan masuk ke mulut wanita itu, belum lagi lirikan mata tajam.

"Heh, jadi cewek coba anggun dikit. Biar nggak jomlo terus."

Susah payah dia menelan kunyahan bakso tersebut.

"Hello! sori ya bapak Askara Bachtiar, coba di ingat-ingat, berapa banyak teman lo yang gue tolak?" Aska bukan tidak ingat, dia bahkan hafal seberapa banyak teman-teman lelakinya, yang sudah jadi korban patah hati oleh Nana.

"Lagi sok jual mahal banget jadi cewek, cari yang bagaimana lagi sih Na?" tanya Aska, Sejauh ini, Aska bisa menghitung dengan sebelah tangan, berapa kali Nana punya kekasih. Dua, saat kuliah. Sudah setelah itu Nana, tidak dekat dan mengenalkan lelaki mana pun lagi padanya.

"Seperti lo lah, yang nggak banyak protes kalau gue minta bayari segala macam." Jawab Nana santai, Aska sudah sangat bosan mendengar gurauan itu.

"Carinya yang udah matang kalau gitu, sama om-om usia lima puluh ke atas saja."

Di cibir begitu Nana malah terkekeh, "ketuaan, kalau Om bentuknya kayak suaminya Raisa gue sih nggak akan tolak."

"Suami orang Na, masih di harapkan aja." Nana kembali tertawa lanjutkan makan lagi sambil terus melempar obrolan yang lebih banyak terdengar gurauan.

***

"Lo perasaan nggak senyum di foto ini! kenapa teman-teman gue banyak yang komentar lo manis, preett!" dengus Nana sambil menunjukkan banyak komentar pada foto yang baru dia post di Instagram pribadinya.

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang