Pilihan

6.2K 713 40
                                    

Inilah kisah sahabat jadi cinta yang akan selalu terlihat semu, ketika yang merasakan perasaan hanya salah satu.

~Nana

***

Nana sudah kehabisan kata-kata untuk menamai apa yang di rasakan hatinya. Cukup mengerti selama hidup, bahagia dan derita itu akan silih berganti datang, walau belakangan ini yang Nana rasakan justru tak ada bahagia-bahagianya. Bagaimana bisa bahagia jika melihat kedekatan orang yang di cinta dengan wanita lain?

Pikirannya melayang ketika pulang dari Bandung beberapa waktu lalu, masih segar di ingatan dan sesak hatinya saat di stasiun Gambir, Nona muncul menjemput mereka. Aska tidak bilang apa pun sebelumnya, membuat Nana merasa di jebak harus menahan sesak terus dengar mereka berdua melepas rindu selama di perjalanan, dan Nana duduk di bagian belakang sendirian. Hari itu, Nana masuk ke daftar orang-orang benci kota Jakarta karena macet.

Ujiannya tidak lantas berhenti ketika Nana tahu bahwa perasaannya tak terbalas, justru saat itulah ujian baru di mulai, Nana harus belajar untuk melerai luka. Bagaimana pun caranya, dia harus melupakan Aska. Maka Nana membenarkan pilihannya saat beberapa bulan lalu putuskan ambil kesempatan saat melihat peluang beasiswa di University of Arts London, Inggris tanpa sepengetahuan siapa pun termasuk Mamanya, sementara ini yang sudah mencium gelagat aneh Nana adalah sahabatnya. Dina.

"Lo sibuk banget beberapa hari ini, lagi ada projek besar?" Dina mencari tahu, Nana baru datang dan terlihat kepanasan.

Nana duduk di depannya menatap dina sekilas.

"Masih gerah." lalu dengan ribet menurunkan suhu ruangan. "Nah baru pas!" merasa lebih dingin.

Dia kembali minum Ice Leci. Siang ini matahari terasa terik, Nana baru dari luar mendesah lega begitu segarnya air es berhasil basahi tenggorokan.

"Ah! Segar banget, Din!"

"Dari mana sih? pertanyaan gue belum lo jawab, Beb."

"Oh dari luar ada urusan." Nana jawab tanpa sebut nama tempatnya, membuat Dina tak heran akan sulit sekali membuat Nana terbuka. "Gue nggak lagi sibuk apa-apa, lagi mau istirahat aja, malah kemarin Brand kecantikan LaRose baru gue tolak."

Berita yang membuat Dina melongo, LaRose adalah brand kecantikan berasal dari Paris, kualitasnya nomor satu. "Bercanda lo kayak sultan yang banyak cuan, Na."

"Ih serius, gue lagi mau istirahat."

"Memang permintaan khusus?"

Nana mengangguk, "Gambar yang bakal jadi brand ambassador di kemasan produk terbaru mereka di Indonesia."

"Gila! Lo udah nggak butuh cuan benaran?" lagi-lagi Dina berdecak tak percaya, dia yakin Nana sudah tak waras menolak Proyek nilainya tak sedikit itu.

"Butuh, tapi ya udah lah gue nggak yakin waktunya aja." Nana lalu berdiri, dia kebelet buang air kecil. "Gue ke toilet dulu."

Dina mengangguk, tapi pikirannya sudah ke mana-mana, merasa Nana menyembunyikan sesuatu, apalagi setelah dua minggu lalu pulang dari Bandung, semakin aneh.

"Apa terjadi sesuatu?" gumamnya, lalu dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan saat itulah matanya tak sengaja menangkap sebuah map dengan lambang burung garuda. Map tersebut berada di tas Nana yang terbuka.

Dengan perhitungan matang, dan melihat kamar mandi yang ada di ruangan kerjanya, pintu masih tertutup, berharap Nana masih lama di dalam sana. Dina tahu lancang dan Nana pasti marah, tapi kakinya perlahan mendekat tetap mengambil map tersebut.

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang