Selenophile.
Lelaki berkharisma itu selalu menatap rembulan. Entah apa yang dipikirkannya. ia tercenung lama, namun 'kegiatan' memandang cressent sudah tak dilakukan lagi akhir-akhir ini. Seorang perempuan berambut panjang mencuri perhatiannya.
Heli...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Daughters of Glass and Dream
Piye ini? 😂 Coba dulu deh ....
*****
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sudah tiga hari, Kagome tidak masuk kerja. Sesshoumaru tahu dari Sango, katanya gadis itu sedang tidak enak badan. Pria itu pun mengangguk. Dalam hati ia kesal kenapa kekasihnya itu tidak memberi kabar?
Kini Sesshoumaru berdiri di depan pintu apartemen Kagome. Setelah memencet bel tidak ada jawaban. Tiga kali pun sama, nihil. Sesshoumaru mulai khawatir. Ia hampir mau mendobrak pintu dengan kakinya, tapi niat itu diurungkan ketika tetangga sebelah kamar Kagome mengatakan, gadis itu sudah pulang ke kampung halaman kemarin sore.
Sekarang ia tancap gas ke Sendai memakan waktu kurang lebih empat jam. Pagi ini tak masuk kantor dulu yang penting baginya Kagome diutamakan.
. . .
Sesshoumaru memberanikan diri mengetuk pintu ke rumah calon ibu mertua. Di tangan kirinya penuh dengan berbagai macam bingkisan. Dari balik pintu muncul lah seorang wanita yang sangat mirip dengan Kagome.
Sesshoumaru membungkuk. "Selamat siang, Nyonya."
"Maaf, anda ini siapa, ya?" Tanyanya sopan setelah tadi membalas salam pria itu.
"Saya Sesahoumaru, CEO Taisho Group," suaranya dalam dan membuat bulu kuduk meremang.
Wanita itu terkejut. "Oh, maafkan saya, perkenalkan saya Hitomi ibunya Kagome. Silakan masuk."
Menurut, Sesshoumaru melangkah menuju ruang tengah. Iris emas itu mengamati keadaan rumah Kagome yang sangat sederhana. "Silakan teh ya." Hitomi duduk di hadapan Sesshoumaru.
"Saya dengar, Kagome sakit?" Tanyanya tanpa basa basi.
"Betul, Tuan Sesshoumaru. Sampai ke sini malam. Badannya panas tadi sudah dibawa ke dokter."
"Kagome baik-baik saja sekarang ia sedang tidur di kamarnya."
"Boleh saya menjenguknya?"
Hitomi mengangguk. "Mari saya antar."
Setelah Hitomi meninggalkan Sesshoumaru sendirian di kamar bernuansa merah muda, Sesshoumaru duduk di tepi ranjang. Ia menatap sang putri tertidur dengan pulas. Mulutnya komat kamit, mungkin ia mengigau atau sedang bermimpi. Kekasihnya ini seperti putri tidur yang disimpan di lemari kaca.
Sesshoumaru mengusap pelan rambut hitam, lalu tangannya turun membelai pipi Kagome. Dadanya naik turun napasnya teratur. "Kagome, cepatlah sembuh, tanpa kau kantor sepi," bisiknya pelan. Sebelum meninggalkan kamar Sesshoumaru mengecup kening hangat Kagome sangat lama. Ia meletakkan boneka anjing putih di samping ranjang. Hitomi mengintip dari celah pintu seraya tersenyum.
. . .
"Terima kasih atas makan siangnya," ucap Sesshoumaru tulus. Ia membungkuk pada sang kakek yang baru saja bergabung dengannya.
"Oh, tidak apa-apa. Maafkan menu hari hanya ini," ujar Kakek. "Ayo kita ke sana."
Mereka bertiga duduk di ruang tv. "Apa Nak Sesshoumaru mau beristurahat dulu? Anda kelihatan lelah."
"Saya baik-baik saja."
"Terima kasih sudah mau menerima Kagome bekerja di perusahaan anda." Kakek dan Hitomi lagi membungkuk dalam.
Sesshounaru mengangguk. "Hn."
"Apakah cucuku merepotkan anda?"
"Tidak. Ia banyak membantu."
"Maafkan Kagome apabila tingkah lakunya kadang enggak seperti perempuan, sesal Hitomi.
"Cucuku itu suka bar-bar."
"Tak apa." Dalam hati Sesshoumaru, kekasihnya itu kalau sudah ngamuk bagai naga menyemburkan api dan meluluhlantakkan kota. Tendang, sikat, bacok, dan tinju.
"Sejak ayahnya meninggal karena kecelakaan Kagome jadi anak mandiri. Ia sering membantuku berjualan dagangan malah ia bawa ke sekolah roti yang ia buat sendiri. Sampi SMA pun ia sudah menjadi tulang punggung kami. Bekerja sambilan bila tidak ada tugas sekolah." Mata Hitome menerawang ke langit-langit.
"Ia tak pernah mau pakai rok. Mungkin rok kerja yg saat ia punya. Mama khawatir, ia waktu kuliah jadi sering berantem sama cowok-cowok yang menggodai Kagome di kampusnya." Tanpa sadar Hitomi tertawa lirih.
'Pantas saja,' ujar Sesshoumaru dalam hati.
"Cucuku itu galak, mungkin dia merasa dia kakak sulung yang menjaga mamanya, aku, dan adiknya. Sekarang sedang sekolah."
Sekarang Sesshoumaru paham kenapa Kagome bertingkah seperti laki-laki. Garang, galak, kalau bicara secepat kereta peluru. Bahkan 'si sialan' itu habis-habisan dibantainya. Sebenarnya gadis itu lemah, ia bersikap seperti itu demi melindungi diri dan keluarganya.
"Maafkan Kagome apabila ia pernah berbuat hal yang memalukan di perusahaan Nak Sesshoumaru." Kakek dan Hitomi lagi-lagi membungkuk.
Hari semakin sore Sesshoumaru pamit undur diri. Di depan pintu ia berkata, "Sampaikan salamku padanya."
Hitomi mengangguk. Ia sangat mengangumi pria tampan dengan memakai setelan jas hitam. Rambut peraknya tertiup angin. "Terima kasih bingkisan untuk kami, Sesshoumaru.
Pria paras rupawan hanya mengangguk.
Sang kakek tersenyum. "Kagome banyak bercerita tentangmu."
Sesshoumaru tertegun. Benarkah? Pasti yang buruk-buruk, deh. Lagipula ia pernah mengusir gadis itu dan malah memecatnya.
"Cucuku yang bar-bar itu cerita, katanya CEO nya tampan, dingin, wajah datar, tapi punya hati yang baik."
Sesshoumaru memantapkan diri mengutarakan keinginannya. Mata kakek dan Hitomi melebar mendengar maksud hati Sesshoumaru. Mereka saling berpandangan lalu sang kakek mengangguk diikuti oleh Hitomi.
"Aku akan jemput Kagome kalau dia sudah sembuh. "
TBC
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.