Selenophile.
Lelaki berkharisma itu selalu menatap rembulan. Entah apa yang dipikirkannya. ia tercenung lama, namun 'kegiatan' memandang cressent sudah tak dilakukan lagi akhir-akhir ini. Seorang perempuan berambut panjang mencuri perhatiannya.
Heli...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Seorang pemuda berumur dua puluh lima melenggang memasuki lantai sepuluh. Rambut cepaknya terlihat masih basah. Maniknya berwarna emas. Sepertinya, dari gayanya saja petantang petenteng layaknya boss besar. Tanpa mengetuk pintu ia membuka dengan lumayan agak keras.
"Yo, Bro!" Pemuda berpakaian setelan merah, kemeja putih duduk di sofa tanpa disuruh.
Sesshoumaru melirik sekilas. Ia menandatangani berkas-berkas yang akan dikirimkan hari ini melalui fax ke kantor Osaka Group.
"Kenapa kau kesini?" Nadanya tak senang begitupun raut wajahnya.
"Ho, memangnya enggak boleh aku kesini menjenguk kakakku?"
"Aku bukan orang sakit yang harus kau jenguk, Inuyasha," sindir Sesshoumaru.
Inuyasha mengedarkan pandangan ruangan yang terlihat minim perabotan. Namun, ada sesuatu yang membuatnya tergelitik. Di meja kerja Sesshoumaru ada pot bunga mawar segar yang masih basah.
"Kau bawa bunga? Tumben?" Kekeh Inuyasha.
Sesshoumaru melirik objek bunga mawar segar. "Itu asisten keuanganku yang bawa. Namanya Higurashi Kagome. Ia selalu menaruh bunga itu tiap hari. Kau benar, mejaku terlihat 'sepi'.
Sesshoumaru menatap sofa cokelat yang diduduki adik tirinya menghilang tiba-tiba. Wajah pria penerus Taisho Group itu panik. Pasti ia ke ruangan HRD mengincar Kagomenya. Kagomenya! Menelpon ke ruangan sekretarisnya.
"Miroku! Awasi adikku, ia ke ruangan HRD!"
"Ngapain dia kesana?"
"TENTU SAJA MENGGODA KAGOME, BODOH! CEPAT KESANA!" Serunya kesal. Ah, dia jadi menyesal telah menyebut nama gadisnya.
~~
Inuyasha membuka pintu ruang HRD secara kasar. "Mana yang namanya Higurashi Kagome?"
Kagome yang sedang bersiteru menghitung pengeluaran di balik layar monitor mendongak. 'Ada apa, sih? Siapa dia?' gumam gadis manis itu dalam hati.
"Ada apa, ya?" Shippo berjalan menghampiri adik tiri sang CEO. "Kau tidak diperbolehkan masuk kesini tanpa seizin Tuan Sesshoumaru."
Inuyasha menatap sosok lebih pendek darinya. "Hei, kau kerdil! Minggir aku mencari nama Higurashi Kagome."
"Ada apa anda mencariku?"
Inuyasha memutar tumitnya. Manik emasnya terpaku pada sosok makhluk manis sedang berdiri di balik meja kerjanya. "Kau Higurashi Kagome?"
"Ya, ada apa, ya?"
Pemuda sedikit slenge'an berjalan menghampirinya. "Ho, kau ya yang menaruh bunga mawar di ruang kakakku?"
Alis hitam Kagome bertemu di tengah. "Memangnya ada apa, ya? Itu bukan urusan anda."
Inuyasha merasa tertantang, sikap gadis ini membuatnya terganggu. "Kau apanya kakakku?"
Kagome makin tak mengerti. Ini orang ngapain sih? Datang-datang dobrak pintu. Sungguh tak sopan pemuda ini. Daripada meladeni orang ini lebih baik meneruskan pekerjaan yang sempat tertunda.
"Hei! Jawab pertanyaanku!"
"Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu. Lagipula itu bukan urusan anda." Tanpa menoleh Kagome terus mengetik. Ah, tadi sampai dimana ya? Uh, gawaaat!
"Jangan mengabaikanku!" Inuyasha mencengkeram pergelangan tangan Kagome. Ia tak suka dicuekin. Ia melirik beberapa staf HRD mulai berbisik-bisik.
Tanpa disadari sepasang manik emas mencorong tajam. Kedua tangan terkepal. Ia geram. Adiknya menyentuh gadis incarannya. Walau itu hanya tangan tetap saja tidak boleh seorangpun menyentuh gadisnya. Sesshoumaru hampir kehilangan kontrol, dikarenakan Kagome.
Jiwanya tersesat oleh gadis kuil kini bekerja di bawahnya. Hatinya dulu dingin kini tergerak oleh jerit sakit Kagome. Baru saja ia hendak masuk, bahunya dipegang oleh Miroku. Pria berkuncir rendah menggeleng.
"Kita tunggu saja."
Sesshoumaru melirik Miroku, lalu mengangguk. "Hn."
Di ruang HRD ....
"Sakit! Kau menyakitiku!" Jerit Kagome, ia berusaha melepaskan pergelangan tangan dicengkram Inuyasha.
"Kau telah mengurangi kesenanganku. Kakakku itu sekarang agak berubah. Dan itu karena kau!" Tanpa sengaja telapak tangannya menyenggol tombol 'delete'. Otomatis semua kerja keras Kagome terhapus.
Wajah gadis tadinya panik kini berubah panik sekaligus marah. Ia menjerit sekencang-kencangnya. "Kau apakan tadi?"
Inuyasha terpaku. Aduh, enggak sengaja ke delete. Gimana dong? Itu kan urusan dia, bukan urusan aku.
Wajah Kagome merah padam karena amarahnya sudah di atas ubun-ubun. "KAU! KELUAR KAU DARI SINI! MENGGANGGU KERJAANKU DAN KINI LAPORAN KEUANGAN YANG AKU BUAT SUSAH PAYAH HILANG SEKEJAP!!"
"A-aku minta maaf, tadi enggak sengaja." Hati Inuyasha agak menciut. Gadis ini sangat berbeda. Tak takut sama sekali terhadapnya.
"KELUARRR!"
"Beraninya kau mengusirku! Kuadukan kau pada kakakku!"
BODO AMAT! AKU ENGGAK PEDULI DAN AKU TIDAK TAKUT! POKOKNYA KELUAR KAU ATAU AKU YANG AKAN MENENDANGMU!" Kagome menjerit sangat keras sehingga beberapa staf administrasi langsung ke TKP (Tempat Kejadian Perkara).
Sesshoumaru tidak tahan mendengar jerit Kagome. Wajah gadis itu kesal bercampur sedih. Maka, ia berinisiatif menghampiri keduanya. "Keluar kau, Inuyasha!" Desisnya tajam. "Lepaskan tanganmu!"
"Jadi dia ya yang mengurangi kesenanganku!" Kagome terkejut. Yang dimaksud orang ini ternyata Sesshoumaru.
"Maksudmu apa?"
"Aku tak bisa lagi menggodamu." Wajah Inuyasha langsung kena bogem mentah dari Sesshoumaru. Sedangkan ia mendapat tamparan cap lima jari di pipinya. Cengkraman nya lepas.
Sesshoumaru dan Kagome saling menoleh. Mereka bertatapan. "Kalian kompakan ya menonjok wajahmu! Awas kalian berdua!"
"Lebih baik anda keluar sebelum Kagome mengamuk layaknya singa lapar tak diberi makan dan mengobrak abrik ruangan ini." Sango langsung menggiring adik tiri Sesshoumaru menuju lift.
Di pintu elevator, Sango dan Inuyasha mendengar dengan sangat jelas. Kagome masih mengamuk karena staf bagian administrasi masih disana. Jeritan nelangsa akibat adik tiri Sesshoumru kepencet tombol delete.
"Dia memang seperti itu, ya?" Inuyasha sudah masuk lift.