"Hey, itu anak Doppelganger!!" Teriakan sangar Bobbi Ketua genk Warrior membuat Mocca gelagapan langsung mundur, kembali masuk ke dalam Mini Market. Bisa mati konyol gue, sendirian melawan 10 orang? Yeah, walau gue jago kung fu tingkat dewa, tapi...
"Boss! Dia kabur masuk Mini Market!" Teriakan kedua, Mocca langsung merogoh saku celana jeansnya, mengambil handphone. Buru - buru membuat pesan suara yang langsung dikirim ke grup WA Doppelganger.
"Gue diserang, depan mini market!"
Otak Mocca berputar cepat, gue harus kabur lewat pintu belakang Mini Market ini, soalnya menunggu anak - anak Doppelganger datang, gue udah keburu jadi dadar gulung, dihajar Warrior. Tapi gimana motor gue yak? Mana ada sticker Doppelganger di motor, sial! Batin Mocca panik.
Emak bisa ngamuk kalau motor itu rusak. Soalnya selain belinya kreditan, tabungan emak untuk beli oven besar untuk perlengkapan jualan kuenya, ludes demi bayar DP motor permintaan anak Emak yang paling tamvan ini, halah, anak durhaka gue ini, Mocca menepuk jidat.
Kak, mau kemana?" Gadis petugas Kasir bertanya melihat Mocca mondar - mandir panik dalam Mini Market.
"Mana pintu belakangnya? Mana?"
"Pintu belakang? Ngapain Kak? Biasanya pembeli lewat pintu depan...,"
"Yah elaah apa lo kagak liat, nooh di depan, rame preman - preman mo bakar Mini Market ini, tau gak ?!" Teriak Mocca sembarangan.
"Apa?! Mo bakar Mini Market? Mampus gue dipecat Bos kalo Mini Market ini dibakaar!"
"Makanyaaa dudul, mana pintu belakaaang?!"
"Itu, lewat sana, Kak!"
Mocca bersiap melompat kabur ke arah pintu belakang sesuai petunjuk, tapi bajunya ditarik oleh Kasir Mini Market.
"Kaaak!"
"Apaan sih tarik - tarik baju gue?"
"Bantuin gue gotong mesin kasir dong?" Si Kasir tampak panik saat menyadari Mocca benar, melihat 10 pemuda yang tampak sangar menggebrak pintu Mini Market-nya.
"Busyeet, bujubune, sontoloyo ! Bodooo! Itu derita lo!" Sembur Mocca tak sabar, menjeblak pintu belakang, tepat saat anak - anak Warrior berhamburan masuk ke dalam Mini Market.
"KAK MOCCAAAA!!" sebuah jeritan histeris membuat Mocca tak jadi kabur lewat pintu belakang.
"Vava?" Wajah Mocca langsung pucat pasi, melihat Vava yang baru masuk ke Mini Market langsung diringkus anak - anak Warrior. "Ngapain lo nyusul gue ke sini, anak bodooh!!"
"Abis Kakak kelamaan beli es krimnya, jadi gue susul! Lagian emak titip minta dibeliin roti," Kata Vava memelas, ditarik tangannya dengan Bobbi ketua genk Warrior.
"Jadi ini adek lo? Baguss! Ini jadi lebih mudah!" Kata Bobbi menyeringai.
"Apa mau lo?! Cepat lepasin adek gue!"
"Barter! Sebagai gantinya, Doppelganger harus mengaku kalah dari Warrior! Pasang pengakuan itu di medsos! Biar semua tau!!"
"Itu..Itu gak mungkin!"
"Gak mungkin? Berarti adek lo tinggal nama!!" Anak - anak Warrior langsung heboh tertawa mengejek, menimpali ultimatum Bos mereka, Bobbi.
"Setaan! Pengecut lo, maen curang!! Ayo, kalo berani kita keluar, ke lapangan sebelah!"
"Kak Mocca, jangan Kak, mereka banyak, Kakak sendiri!" Jerit Vava ketakutan.
"Jangan takut, Va! Kakak lo ini jago Kung- Fu tingkat Dewa! 10 orang gak masalah buat gue!" Mocca berusaha membuat suaranya segarang mungkin, padahal sebenarnya, bahkan jempol kaki Mocca pun sudah menggigil ketakutan.
"Songong lo, badan lo sebesar kelingking, sok nekad melawan kita?" Bobbi meludah. "Tapi baiklah, jika itu permintaan terakhir lo!"
Anak -anak Warrior tertawa mengejek lagi, berbondong - bondong keluar dari Mini Market bersama Mocca, juga Vava. Mereka menuju ke lapangan bola yang ada di sebelah Mini Market. Dalam hati Mocca berdo'a 100 kali, semoga dia masih hidup saat anak Doppelganger tiba. Pemuda itu melirik Vava yang digiring anak - anak Warrior. Tenang Va, sampe tetes darah terakhir gue akan ngelindungin lo!
Bobbi Ketua genk Warrior ternyata cerdik, pemuda yang memakai anting di telinga kirinya itu, tidak mau tampil lebih dulu. Dengan gerakan isyarat, disuruhnya beberapa temannya maju lebih dulu.
"Heh, gue gak mau ngelawan dia, dia dan dia! Gue mau elo, Bob!" Mocca menunjuk Bobbi, yang cuma menyeringai licik. " Maju lo, pengecut!"
Buuk!!
Bukan Bobbi yang maju, tapi ayunan tinju anak - anak Warrior yang disuruh maju oleh Bobbi, yang menghantam tubuh Mocca, hingga pemuda itu terbungkuk kesakitan.
Buk! Buuk!!
Mocca dengan segenap kemampuannya melawan 3 - 4 anak Warrior yang mengepungnya. Walau jelas lawan tidak seimbang. Tapi Mocca tak gentar. Vava hanya bisa menangis melihat Kakaknya dikeroyok.
Suara ribut klakson motor yang tiba - tiba sudah mengepung, justru membuat Mocca menarik napas lega. Itu ciri khas genk Doppelganger, membunyikan klakson motor, jika sedang mengepung musuh. Thanks God, akhirnya! Selamat juga gue! Mocca sambil meringis, mengusap darah yang mengucur dari sudut bibirnya.
"Maju semua! Curang harus dilawan curang !" Terdengar suara Devano menggelegar, yang segera disambut riuh - rendah 20 anggota genk Doppelganger yang menyerbu genk Warrior.
Di antara keributan itu, Mocca cepat menarik Vava keluar dari lapangan bola itu.
"Pulang lo cepat! Tapi ingat, jangan ngomong macem - macem dengan Emak! Awas kalo lo ngomong!" Mocca mengancam Vava yang tanpa ba - bi - bu langsung kabur.
Tentu saja, kemenangan ada di tangan Doppelganger, 10 lawan 20. Tapi seperti kata Devano, curang harus dilawan curang. Warrior menyerang saat anggota Doppelganger sedang sendiri, dalam hal ini Mocca, plus ditambah drama penyanderaan adik Mocca pula.
"Nyari gara - gara banget gak sih Warrior? Belum jera kena bogem gue rupanya," Guntur mengusap - usap kepalan tangannya.
"Kemarin nekad nyerang bos Devano pas lagi sendirian, sekarang si Mocca,"
"Bener - bener gak gentle nerima kekalahan, sok belagu, nantang Doppelganger balapan, puuah!" Dido meludah. "Bos Devano dilawan? Valentino Rossi aja kalah, apalagi cuma sekaliber Bobbi,"
Yang lain langsung cekakak - cekikik kayak genderuwo kesasar, melirik Big Boss mereka, Devano, yang duduk menyendiri, sambil mengepulkan asap rokoknya, di sudut warung tempat mereka beristirahat setelah menghajar Warrior. Boss mereka memang tak pernah banyak bicara, tapi sekali bicara, siapapun bakal angkat bendera putih mendengar kata - katanya, menusuk, langsung ke intinya, tak pernah ada basa - basi.
"Banci tetap banci, men! Gak liat lo si Bobbi pake anting segede gaban, udah kayak ondel - ondel? Yeah, gitu dah kelakuan tuh lenong bocah!" Raffa buru - buru mengalihkan percakapan, karena melihat Devano tak merespon canda mereka.
"Eh, Mocca Latte! Kok bengong lo? Dah kesambet anting si Bobbi lo?" Dido menjotos Mocca yang tampak bengong di sampingnya.
"Iya, ngapain lo, Moc?"
"Motor gue..," sahut Mocca lemas.
Semua baru sadar kalau motor Mocca ringsek dibuat anak Warrior, dan masih terparkir rebah di halaman Mini Market. Segarang - garangnya Big Boss Devano, Mocca justru lebih takut dengan kegarangan emaknya, yang sudah pasti akan marah besar jika melihat motor yang dibeli penuh pengorbanan itu hancur.
Sudah malam, saat Mocca akhirnya mengendap - endap masuk rumah lewat pintu belakang. Tapi mana pernah yang namanya Mocca beruntung, begitu berhasil menyelinap masuk dapur, emak ternyata sudah berdiri gagah menunggunya di depan pintu, lengkap dengan sapu ijuk di tangan.
"Darimana aja kamu?" Emak mendelik sangar.
"Eh ada Emak toh?" Mocca cengengesan pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Devano
Teen FictionIG : mocca_doppelganger Bebas, kalo mo chat ama Mocca, dm aja ===================================== Kisah kocak tapi mengharukan, bikin baper, seorang badboy anggota genk motor, Doppelganger, bernama Mocca. Mocca bukan ketua genk motor, hanya anggot...