Gue bodooh, goblook! Kenapa juga gue gak bisa nahan diri? Mocca memukuli jidatnya. Gue rindu dengan Emak, gue gak tega ngeliat kondisinya seperti itu, tapi..Ooh, shiit!!! Kenapa juga Vava harus denger gue ngomong dengan Emak?
Bisa ruwet kalo gue nyeritain soal gue reinkarnasi. Gue sendiri kagak ngerti kenapa gue bisa jadi Devano? Gimana gue ngejelasinnya dengan Vava? Shit, pusing gak sih?
"Waah, Devano? Benar juga informen Mami Helena, si Devano ada di Rumah Sakit ini! Dasar punya sembilan nyawa lo! Padahal kabarnya kecelakaan, eeh ternyata masih hidup aja lo!" Sebuah suara berat menegur Mocca yang sedang begitu galau, menyusuri lorong Rumah Sakit, setelah meninggalkan Vava begitu saja di kamar rawat inap Emak. Mocca tersentak menatap orang itu.
"Siapa lo?"
Anjir, siapa gue? Lo nanya siapa gue?" Orang itu, seorang pemuda, terbelalak pada Mocca.
Dari penampilannya, jelas pemuda itu bukan anak sekolah. Rambut gondrong, bergaya ala anak punk, berusia sekitar 20-an. Dan dia tidak sendiri, di kiri - kanannya ada dua orang lagi yang berpakaian senada dengannya. Teman Devano yang mana lagi ini? Mocca mengangkat alisnya.
"Anggap gue amnesia," sahut Mocca sembarangan. "Tapi sekarang, minggir lo, gue mo lewat!"
"Eh, udah berani lo bilang minggir dengan gue? Asal lo tau, kemarin lo mohon - mohon, sampe nyium kaki gue saat lo butuh, sampe nyodorin gue duit berjuta - juta, apa itu juga lo amnesia??"
"Kayaknya iya," Mocca pura - pura tak peduli, walau sesungguhnya jantungnya mulai berdegup kencang, siapa dia? Kenapa Devano sampe nyembah - nyembah ke dia?
Pemuda itu mulai mencium sesuatu yang tak beres dengan teman Devano ini. Teringat malam itu Devano pernah O.D, berarti ni orang pasti pengedarnya!
Otak Mocca berputar cepat, dirabanya iphone yang ada di saku celananya. Tanpa mengeluarkan iphone itu, ditekannya tombol 'Call', terserah nomor siapa yang connect, yang pasti nomor terakhir yang pernah diteleponnya, tentu saja. Oh, shit, nomor Dido, Mocca mengutuk. Bagus banget, secara mereka masih bertengkar. Mau gak ya Dido menjawab panggilan telepon gue?
"Wah, wah, kayaknya Mami Helena harus tau ini," kata pemuda punk itu, dengan gerakan isyarat menyuruh kedua temannya bergerak. "Bawa dia ke tempat Mami Helena!"
"Heh! Apa-apaan ini?!"
Sebelum Mocca menyadari sepenuhnya apa yang terjadi, dua teman si pemuda punk itu sudah mencengkram lengan Mocca, dan membekap mulutnya.
Jelas Mocca menjadi sangat terkejut, sekuat tenaga pemuda itu memberontak, berusaha melepaskan diri dari cengkraman teman - teman si Punk itu. Mo nyulik gue, tunggu dulu, men! Ilmu Kung Fu gue udah tingkat Dewa, men! Kemaren barusan belajar dari Naruto!
"ARRRGGH!" pemuda yang membekap mulut Mocca tiba - tiba berteriak keras seperti Tarzan kesasar, karena Mocca menggigit tangannya kuat - kuat.
Bekapannya terlepas. Satu terjangan liar a la Mocca, membuat teman - teman si Punk itu terhentak ke belakang. Tanpa ba - bi - bu, Mocca tak menyia - nyiakan kesempatan itu, langsung kabur.
Berlari bagai dikejar setan, menabrak apa saja yang ada di depannya, teriakan para petugas Rumah Sakit yang melarangnya berlari - lari di lorong Rumah Sakit tak dihiraukan Mocca. Bagus ada petugas , semoga mereka menghalangi pemuda - pemuda Punk yang sedang mengejarnya itu.
"Devano!! Berhenti lo!!" Teriakan liar pemuda - pemuda punk di belakangnya, membuat Mocca tergesa masuk kembali ke kamar rawat - inap Emak.
"Hey, ngapain balik lagi, Kak?" Vava bertanya kaget, melihat Mocca mondar - mandir panik, nyaris terpeleset jatuh di dalam kamar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Devano
Teen FictionIG : mocca_doppelganger Bebas, kalo mo chat ama Mocca, dm aja ===================================== Kisah kocak tapi mengharukan, bikin baper, seorang badboy anggota genk motor, Doppelganger, bernama Mocca. Mocca bukan ketua genk motor, hanya anggot...