Mocca mengusap hidungnya, galau, membaca pesan WA itu. Gue pewaris tunggal semua perusahaan Papa Devano? Perusahaan yang menjadi incaran Mami Helena?
Gue gak tau ada permasalahan apa dalam keluarga Dirgantara hingga suami Mami Helena dijerumuskan ke dalam penjara oleh Papa Devano, padahal Mami Helena adalah Kakak tertua Papa Devano, seharusnya dia memiliki bagian warisan yang lebih besar dari Papa Devano. Tapi kenapa Papa Devano memenjarakan suami Kakaknya sendiri? Dan mengambil alih semua perusahaan?
Yah elah, kenapa gue jadi terjerat dalam masalah keluarga kaya ini yak? Waktu gue jadi Mocca dan tinggal bersama Emak dan Vava, kami kagak pernah pusing - pusing mikirin perusahaan, harta warisan, beuh boro - boro harta warisan, rumah aja masih ngontrak, motor aja belinya karena kredit-diiit, Mocca menggaruk - garuk kepalanya yang tidak gatal. Iya gue tau, suka gak suka - jika gue kagak nyungsep di tubuh Devano - gue aslinya Stefano Dirgantara.
Mocca memandangi pantulan wajahnya pada cermin yang ada di pintu lemari pakaian. Hebat lo, sekarang, jadi anak orang kaya lo, dan karena Devano udah kagak ada, jika kelak gue dewasa, seluruh kekayaan keluarga Dirgantara adalah milik gue!
Busyeet, ajigile, ngimpi apaa lo, Moccaaa? Bisa jadi the most wanted lo kalo di sekolah! Semua cewek - cewek bakal nempeeel dengan gue, tinggal gue pilih! Pemuda itu cengengesan, setengah ge-er, setengah pusing dengan masalah yang sedang membebani pikirannya kini.
Mocca memandangi foto Papa dan Mama Devano yang ada di iphone yang sebenarnya milik Devano itu. Ternyata kayak gini tampang orang tua kandung gue yang sebenarnya. Mocca menghela napas. Teringat Papa Devano yang sudah memukulinya dengan ikat pinggang. Sakit masih terasa di punggungnya. Dan Mama Devano yang jarang di rumah.
Bunyi iphone menyentakkan pemuda itu dari lamunannya. Mocca mengangkat alisnya. Dari Dido. Kenapa Dido menelepon gue malem - malem gini? Semoga bukan karena disuruh Papa Devano. Dengan jantung berdegup, Mocca menekan tombol OK.
"Ngapain lo nelepon gue malem - malem gini?"
"Bro! Kemana aja lo? Thanks God, lo ngejawab telepon gue!"
"Lho kenapa? Emangnya gue pernah gak ngejawab telepon lo?"
"Guntur bilang lo diculik ama orang - orangnya Mami Helena, Tante lo..,"
"Kok Guntur bisa tau ?" Mocca terbelalak mendengar kabar itu.
"Guntur gak sengaja nguping percakapan anak Warrior di Cafe, Bro!"
"Apa?!"
"Sekarang lo dimana, Bro? Kok lo bisa..., "
"Tenang Bro, gue kan jago Kung Fu, mana bisa si Mami itu nyulik gue!" Mocca bermaksud menenangkan Dido yang terdengar sangat khawatir.
"Serius Bro?"
"Dua rius! Emangnya kenapa?"
"Jangan becanda Dev! Asal lo tau Guntur sampe masuk Rumah Sakit gara - gara itu!"
"Apa?! Sampe masuk Rumah Sakit?!"
"Guntur bentrokan dengan anak Warrior gara - gara ketauan nguping percakapan itu!"
"Anjir! Yang bener lo?!"
********
"Kakak beneran pulang ke rumah ya? Jangan kabur lagi, kasihan Orang tua Kakak pasti sedang kebingungan nyari Kakak," kata Vava saat Mocca mengambil motor Kawasaki Ninjanya yang tempo hari memang tertinggal di rumah Emak pagi itu. "Kakak juga harus masuk sekolah ya, Kak?"
"Iya - iya, siyap Bos!"
"Ih Kakak,"
"Eh lo, gak sekalian gue anter ke sekolah nih?" Tawar Mocca. "Mumpung searah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Devano
Teen FictionIG : mocca_doppelganger Bebas, kalo mo chat ama Mocca, dm aja ===================================== Kisah kocak tapi mengharukan, bikin baper, seorang badboy anggota genk motor, Doppelganger, bernama Mocca. Mocca bukan ketua genk motor, hanya anggot...