Bab 25 : Mocca V.S Mami Helena

463 75 5
                                    

Keributan itu jelas membuat Papa Devano datang membuka pintu, diikuti Mama Devano yang sedang berada di rumah malam itu. Mocca langsung menubruk kaki pria itu.

"Tolong Devano, Papa! Devano sakit, entah apa, pokoknya sakit banget!" Mocca kemudian merangkak memeluk kaki Mama Devano juga. Wanita cantik itu segera berlutut menarik Mocca agar masuk ke dalam pelukannya.

"Kenapa kamu, Sayang? Apa yang sakit? Bilang dengan Mama,"

"Nggak tau, Devano nggak tau! Seluruh tubuh Devano sakit, rasanya mau muntah terus...Aakh!!"

Tiba - tiba Papa Devano menarik  Mocca dari pelukan istrinya.

"Ooh dia tidak sakit!! Anak nakal ini pasti sudah memakai narkoba lagi! Dan sekarang dia sedang kecanduan! Betul kan, Devano?!" Suara Papa Devano terdengar menggelegar mengagetkan Mocca.

Gue? Kecanduan? Maksudnya, sakaw gitu? Di tengah sakitnya, ingatan Mocca seolah berputar kembali. Ooh sial!! Gue baru ingat, ini-ini pasti akibat suntikan Morphine Mami Helena!! Yah, pastilah begitu! Anjrit! Setan!

"Jawab Papa! Benar kan kamu pakai lagi benda laknat itu?"

"Ampun Pa,  Tante Helena yang melakukannya, Pa?! Tante Helena..,"

"Mbak Helena?" Mama Devano terbelalak tapi Papa Devano cuma mendengus.

"Tak mungkin Kakakku menganiaya keponakannya sendiri! Devano pasti mengarang - ngarang cerita ngawur!"

"Sungguh Pa, sungguh!" Mocca mengiba. "Devano tidak ngarang cerita ngawur, Pa!"

Tapi Papa Devano tak percaya, menepis kasar tangan Mocca yang mencoba meraih tangannya. Pria itu kemudian menelepon seseorang, dan tak lama kemudian beberapa pria berbadan tegap berdatangan. Mereka membantu Papa Devano membawa Mocca masuk ke dalam salah satu mobil milik keluarga Dirgantara, yang terparkir berjejer di halaman. Sebuah Toyota Alphard. Dan Toyota Alphard itu pun segera melesat menuju Rumah Sakit.

Mocca tak bisa berpikir jernih, seluruh tubuhnya menggigil menahan sakit yang mendera, dia meringkuk seperti anak kecil dalam pelukan Mama Devano, rasanya seperti hendak mati, rintihan terus keluar dari mulut pemuda itu.

"Bertahan ya Nak, yang kuat, sebentar lagi kita sampai di Rumah Sakit," bisik Mama Devano dengan nada begitu khawatir, membuat Mocca terjengah mendengarnya, dan berusaha memandang wajah wanita cantik itu. Tapi rasa sakit  membuat pandangan pemuda itu sulit fokus.

"Emak?"  Kata - kata itu meluncur begitu saja dari mulut Mocca, tiba - tiba saja dia merasa  sangat membutuhkan Emak, ibu yang selama ini membesarkan dan merawatnya sejak kecil. "Emak, tolong Mocca, Mak.."

"Apa?" Mama Devano terkejut memandang  pemuda dalam pelukannya. "Kamu bilang apa, Sayang?"

"Mocca rindu dengan Emak. Peluk Mocca, Mak, peluk," tangan Mocca menjulur, mungkin maksudnya hendak memeluk, tapi tangannya hanya mampu menyentuh wajah Mama Devano yang tampak terpana mendengar kata - kata  Mocca yang sedang meracau.

"Emak? Mocca? Siapa itu?"

"Ada apa, Angela?" Papa Devano menoleh pada istrinya yang duduk di kursi belakang karena harus memegangi Mocca.

"Devano, Mas. Aku sangat khawatir, dia mulai ngomong yang aneh - aneh, Mas," Mama Devano berkata,  begitu risau.

"Tenangkan dirimu, Angela. Anakmu sedang kecanduan, ya omongannya pasti ngelantur," Papa Devano berusaha menenangkan.

*******

Entah sudah berapa lama, Mocca akhirnya membuka mata, dan menemukan dirinya tidur meringkuk di atas tempat tidur, dalam keadaan tangan - kaki yang terikat.

Aku Bukan DevanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang