Seluruh anak - anak Doppelganger yang tertangkap Kepala Sekolah, mendelik sangar pada sesosok tubuh kurus berkaca mata yang sedari tadi membuntuti Kepala Sekolah saat menggerebek warung kopi. Itu Tedy, Ketua OSIS.
Di belakang Kepala Sekolah, mereka sibuk sembunyi - sembunyi menjotos Tedy, hingga pemuda cupu itu mencicit ketakutan. Tedy boleh disegani oleh siswa - siswi lain di SMA Dewantara karena kejeniusan otaknya atau gelar Ketua OSIS-nya, tapi itu tidak berlaku untuk anggota genk Doppelganger.
Kabarnya Tedy sangat tunduk dengan Devano, entah karena pamor Bapaknya Devano atau apa, tidak jelas juga. Yang jelas kepatuhan Tedy dengan Devano dimanfaatkan dengan baik oleh anggota genk Doppelganger.
"Pasti lo yang ngaduin!" Arkan mendesis garang pada Tedy.
"Su-Sumpah, gue tadinya cuma ngikutin Bilqis yang keluar kelas, merunduk - runduk ke pagar samping, gue gak tau kalo Bilqis lalu nyebrang ke warung kopi mang Jajang..," cicit Tedy tak berani membalas tatapan Arkan.
"Trus sampe Pak Kepsek yang turun langsung gimana ceritanya? Pasti lo yang ngaduin! Lo kan anak kesayangan Pak Kepsek!" Irvan menyambung.
"Maksud gue tadi, ngaduin Bilqis, bukan kalian.,"
"Nah benerkan ngadu! Lagian ngadu tu yang enak dikit kenapa? Ngadu sama guru BP aja kek, ini langsung dengan Pak Kepsek??" Raffa mengomel.
"Mampus lo ntar, digeprek ama bos Devano," ancam Arkan sambil menggedikkan kepala ke arah Mocca yang sedang berjalan di depannya, membuat Tedy yang ceking itu pucat - pasi.
"Iya niyh, Tedy dudul ah lo, gak setia kawan," Bilqis yang ikut dalam rombongan itu, mencubit pinggang Tedy dengan sadis. "Ntar gue suruh Yayang Bebeb mecat lo dari jabatan Ketos, biar tau rasa lo,"
"Diam!" Kepala Sekolah membentak, karena akhirnya terganggu juga dengan kasak - kusuk di belakangnya, membuat semua tersentak dan langsung mengunci mulut masing - masing. "Bapak akan mencatat semua nama kalian, itu akan jadi nilai minus dalam rapor kalian nanti,"
Seorang guru BP, Pak Junaedi, yang dipanggil Kepala Sekolah langsung menangani siswa - siswa bandel itu, sementara Kepala Sekolah masih menahan Mocca.
"Yang lain ikut dengan Pak Juned, sementara kamu Devano, ikut Bapak!" Titah Kepala Sekolah membuat Mocca mengumpat dalam hati.
"Lho tapi saya kan tidak masuk sekolah hari ini, liat baju saya, bukan seragam sekolah kan Pak? Berarti saya bebas. Kok saya ikut dihukum sih Pak?" Mocca mencoba protes.
"Astagfirrullahul'aziim! Justru karena kamu tidak masuk sekolah itu hukumanmu tambah berat, kamu pikir ini hari apa?!!"
"Yah elah Pak, ini kan hari Rabu! Masa Bapak lupa?" Spontan kata - kata itu meluncur dari mulut Mocca, walau sesaat kemudian pemuda itu langsung mendelik, sambil mendekap mulutnya. Begooo!! Kok gue ngomong gitu seh?
"Nah itu kamu tau?! Lalu kenapa kamu dengan tenangnya datang ke sekolah, tidak pakai seragam?? Wah, ini kalau tidak ingat dengan Bapakmu, bisa kena skors dua kali lipat kamu!"
"Aduh Pak, jangan dong! Masa saya yang tamvan ini mau dihukum juga?"
"Saya tidak peduli! Pokoknya sekarang Ikut ke ruangan kerja saya!" Sergah Kepala Sekolah tak sabar, membuat Mocca mengomel dalam hati.
Tapi pemuda itu mulai curiga kenapa cuma dia yang dibawa ke ruangan Kepala Sekolah, sementara yang lain hanya disuruh ke ruangan BP mengikuti Pak Junaedi. Dilihatnya lelaki setengah baya itu sibuk menelepon seseorang saat mereka sudah duduk berhadapan di ruangan kerjanya.
"Iya, Pak. Dia ada di ruangan saya sekarang. Oh, Bapak sudah meluncur kemari? Baik Pak,"
Anjrit, nelepon siapa Pak Kepsek? Jangan - jangan...Mendesir darah Mocca dibuatnya. Yah, pasti, siapa lagi yang ditelepon Pak Kepsek, jelas Papa Devano! Otak pemuda itu langsung berputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Devano
Teen FictionIG : mocca_doppelganger Bebas, kalo mo chat ama Mocca, dm aja ===================================== Kisah kocak tapi mengharukan, bikin baper, seorang badboy anggota genk motor, Doppelganger, bernama Mocca. Mocca bukan ketua genk motor, hanya anggot...