Bab 8 : Amarah

971 139 1
                                    

Neysha bunuh diri karena ngirain gue udah meninggal, Ya Tuhan, sulit rasanya gue terima,  Mocca merintih, rasanya begitu sakit, begitu pedih, melihat gadis yang begitu dicintai jatuh dari lantai tiga bangunan sekolah, menyia - nyiakan hidup karena seseuatu yang salah!  

Pemuda itu mengepalkan tangannya, kenapa gue gak mampu mengakui, kenapa lidah ini begitu kelu untuk mengatakan 'Ini gue Ney, gue masih ada untuk lo, walau gue terperangkap dalam tubuh Devano, tapi gue masih menunggu cinta lo kembali,'

Tubuh Mocca menggigil menahan rasa amarah, sedih, frustasi yang sudah begitu memuncak di hatinya. Semua gara - gara ulah licik si Bobbi tengik itu! Seandainya dia tak menyuruh genk - nya menjegal gue saat balapan malam itu, semua ini pasti tak kan terjadi!

Rraagh! Mocca meninju tembok di dekatnya. Gue bisa gila rasanya! Gue gak bisa menunggu besok, gue harus ketemu Bobbi gimanapun caranya!

Anak - anak Warrior begitu kaget melihat Mocca menghadang mereka saat sedang berkumpul di depan markas Warrior.  Sebuah ruko tak terpakai, tak jauh dari Mini Market yang ada di dekat rumah Emak, Mocca tau betul letak markas itu.

Mata - mata anak Warrior terbelalak ngeri menatap Mocca yang notabene adalah Devano. Tentu, karena setau mereka, Devano sudah tewas malam itu.

"MANA BOBBI?!!" Sembur  Mocca saat tak melihat sosok Bobbi di antara anak Warrior.

Gue kagak peduli apa - apa lagi sekarang, kalo mampus ya mampus aja, untuk apa gue hidup kalo Neysha sudah gak ada, sakit ini harus terbalas! Okey, Mocca, tunggu apa lagi lo!?

"Mana Bobbi pengecut?!!" Ulang Mocca, langsung mencekal kerah baju anak Warrior yang berdiri paling dekat dengannya. Gery, seorang anak Warrior berkulit gelap.

"Ssi - Siapa lo?!" Tanya Gery sedikit tergagap.

"Gue Devano, kagak liat lo, Bego?!"

"Bu-Bukannya Devano udah mampus?"

Mocca tertawa mengejek.

"Kenyataan yang lo liat aja," sindir Mocca. "Udah, jangan banyak bacot! Mana Bobbi??! Gue mo ngomong dengan dia!"

"Gak sembarangan lo bisa ketemu Bos Bobbi. Hadepin gue dulu, jing!"

"Apa lo bilang?!"

BUUK!!

Mocca naik pitam, langsung melayangkan tinjunya menghajar Gery.

"Gue bilang gue mo ngomong dengan Bobbi! Jangan halang - halangi gue ketemu dia! Paham gak lo?!!"

Bukan karena Gery loyo atau tak mampu melawan Mocca, tapi karena Mocca menyerang dengan sangat emosional. Seolah melampiaskan gemuruh amarah dan kesedihan yang sudah tak tertahankan, Gery bagai seonggok Sack Tinju dibuat Mocca. Tak punya kesempatan sedetikpun untuk melawan.

Riuh - rendah anak - anak Warrior yang tadinya menimpali pertarungan Mocca dengan Gery, kini berbalik jadi terpana melihat kekalahan Gery. Mereka kemudian saling pandang, 'Gak boleh didiemin ini kayaknya!'

Dengan gerakan isyarat teman - teman Gery, satu demi satu, mulai turun mengelilingi Mocca, membuat pemuda bermata coklat muda  itu terperangah. Anjrit! Mereka mulai maen curang!

"Heh, apa - apaan ini?" Mocca tak gentar. "Mo ngeroyokin gue? Oke, sapa takut! Maju lo semua! Seluruh hidup gue hancur gara - gara kalian, so ayo kita seleseiin semuanya hari ini!"

Pertempuran tidak seimbang itu pun tak terelakan. Mocca kewalahan juga dibuatnya. Diserang dari kiri dan kanan. Gery menyeringai melihat bantuan teman - temannya.

"Rasain lo jagoan tengik!" Ejeknya.

"Pengecut kalian semua!" Mocca mendelik menahan hajaran teman - teman Gery.

Aku Bukan DevanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang