7. Bully

1.4K 140 23
                                    

"Aku hanya ingin jadi pelangi yang datang untuk mengindahkan awan yang gelap"
'Aurora Putri G'

Aurora dan Diki masuk ke dalam mobil dan Diki nancap gas dengan santai. Tanpa terasa Aurora tertidur dan Diki menatap Aurora bingung.

"Sebenarnya dia kenapa? kenapa gue di suruh Kak Surya buat jaga dia?" guman kecil Diki akhirnya sampai di parkiran sekolah. Bel masuk bunyi dan Aurora masih tertidur.

"Ra. Auroraaaaa ..........," seru Diki .

"Iss. apa sih lu," gumam Aurora sambil matanya terpejam dan akhirnya terbangun lalu menatap sekeliling. "eh udah samapi ya? kalau gitu gue turun dulu ya kak? makasih kak." Ucap Aurora sambil membuka pintu mobil Diki lalu keluar.

"Dih. aneh banget sih dia," cibir Diki dan menyusul Aurora.

Saat Aurora ingin pergi ke toilet dan Aurora ingin merapikan rambutnya. Friska, Aghata, Zemira dan Sinta datang.

"Heh! anak pungut!" Tajam Friska sambil menjorokkan Aurora.

"Ngapain lu kesini?"

"Gue ke sini mau bilang sama lu? lu jangan Deket-deket sama kak Diki deh!" Seru Friska dengan nada tinggi.

"Iya. Lu itu gak pantes buat siapa siapa ya gak gaes?" Pede Sinta sambil mengibaskan rambutnya.

"Yupss," jawab serempak mereka.

"Heh asal lu tau ya! gue gak pernah Deket deket kak Diki dan gue juga bingung kenapa di bawa gue ke rumah sakit!" Kesal Aurora.

"Alah alesan lu!!" Cibir Friska lalu menjambak rambut Aurora.

"Jambak gue Friska! jambak gue sepuas lu dan tampar gue kalau lu mau!! sekalian juga buat gue mati!!" teriak Aurora karena sudah sangat lelah dengan semua permainan ini.

"Ini pantas buat lu? cewek menjijikan!" Bentak Zemira lalu menampar pipi Aurora.

PLAK

PLAK

PLAK

"Ini balasan dari kita semua. Jadi lu jangan harap bisa lepas dari gue, CEWEK MENJIJIKKAN!!" Teriak Aghata lalu tersenyum miring dan di sudut bibir Aurora berdarah.

"Dan lu? jangan harap juga, gue akan kasih ampun buat lu?! gue akan ngerebut semua kebahagian lu!" Ancam Friska lalu pergi.

Aurora duduk di lantai dengan pakaian yang sangat berantakan, lalu pandangan Aurora ngeblur dan akhirnya memejamkan matanya.

Bila dan Safira mencari keberadaan Aurora, lalu tak sengaja bertemu dengan Diki.

"Kak Diki. Gue mau tannya! kakak liat Aurora gak?" tannya bila panik.

"Tadi sih pas gue balik dari rumah sakit sama dia. Dia langsung pergi, tapi gak tau perginya kemana, kirain gue dia pergi ke kelas." Jelas Diki. Karena baru kali ini dia berbicara panjang lebar, biasannya cuek dan dingin.

"Ra? perasaan gue gak enak Ra." Khawatir Bila melihat Friska cs yang keluar dari arah toilet.

"Eh bentar. Itu bukanya Friska cs ya? jangan jangan!" ucap Safira sambil memandang Diki dan Bila.

"Jangan jangan apa Safira!!" bentak Diki, membuat mereka semua kaget.

"Emmm i-tu kak jangan jangan Aurora ada di toilet." Lirih Safira menunduk dan Diki segera berlari menuju toilet.

"Ra? ayok kejar kak Diki ke toilet." Ujar Bila lari menarik tangan Safira

Diki mencari keberadaan Aurora, lalu Bila dan Safira datang dan ikut mencari .

"Kak Diki! ini ko pintunya kekunci ya kak?" ucap Bila.

"Jangan jangan Aurora di sini kak." Nyakin Safira sambil menatap Diki.

"Minggir kalian! gue dobrak." Pintah Diki lalu mendobrak pintu.

BRAK

Pintu terbuka dan di sana terdapat Aurora yang pingsan, sudut bibir robek dan keluar darah, pipi yang banyak lebanya serta muka pucat pasit dan baju berantakan.

"Bangsat!! siapa yang ngelakuin ini?! " teriak Diki membuat Bila dan Safira saling menatap.

"Astaga Aurora!" teriak Safira.

"Kak. Ayo kak bawa Aurora ke UKS." Panik Bila lalu Diki membawa Aurora ke UKS dengan tergesah-gesah dan di ikuti oleh Bila dan Safira.

"Bil ko gue bingungnya? kenapa kak Diki jadi berubah gitu." Penasaran Safira.

"Iya juga biasanya dia dingin kaya kutub es," bingung bila lalu menyusul Diki dan Aurora.

TBC

BROKEN (OPEN ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang