3. Hujan dan tangisannya

1.8K 181 6
                                    

"Langit yang cerah berubah menjadi gelap karen hujan akan tiba. Namum kau hanya bisa menapa rintikan hujan yang turun dan isakan itu akan tertutupi oleh rintikan  hujan"
                                           'Aurora Putri G'

Aurora  membulatkan mata lalu menggeleng kepalanya. "Eng-gak kak! Friska bohong. Tadi Friska kesini enggak buat tidu---," jujur ia lalu ucapan nya terpotong.

"Ada apa ini!" tanya Eros sambil menatap Friska yang di peluk erat oleh Raja.

"Itu yah.  Tadi Friska ingin tidur sama kak Rora. Tapi malahan di bentak sama kak Rora," rengek Friska sambil lari memeluk erat Sarah dan menatap Aurora lalu tersenyum kemenangan.

"Apa susahnya ngasih Friska tidur bareng kamu!!" bentak Eros.

"Ini kamar kecil yah! Apa Friska kurang puas di kamarnya sendiri," seru Aurora.

"Dasar anak gak berguna!!" murka Raja dan akhirnya menjambak rambut Aurora dan Aurora hanya tersenyum smrik

"Iya Rora gak berguna! Rora juga tau kalau Rora itu gak kaya Friska. Yang Ayah, Bunda dan Kak Raja banggakan," seru ia  dengan nada tinggi sambil menahan rasa sakit di kepalanya.

"Mau kalian semua apa sih?"  lirih Aurora.

"Mau saya kamu mati. Lalu saya bisa bahagia." tegas Sarah  sambil menatap tajam Aurora

"Bunda mau Rora mati? Bunda tinggal tunggu waktunya aja kok. Gak akan lama lagi Rora mati!"  ungkap  Rora sambil tersenyum miring.

Deg

"Gimana kolo dia beneran tidak ada." batin Friska dan yang lain hanya menatap tidak percaya.

"Iya! bunda akan tunggu kematian mu,"  tegas  Sarah lalu meninggalkan Aurora di dalam kamar dan Aurora membanting pintu.

Aurora  berjalan menuju pintu balkon dan membuka kacanya. Lalu menatap jalan yang sangat ramai di malam hari. Aurora akhirnya duduk dilantai dan menatap langit yang sangat gelap.

"Langit tau kalo ciptaannya sedang menahan rasa sakit. Apa bener kalo aku mati bunda dan yang lain akan senang? Apa bener kalo aku tidak akan bisa bahagia selamanya." lirih Aurora sambil menatap langit yang semakin gelap  dan hujan tiba. Sambaran petir sangat terdengar begitu keras.

"Hujan. kenapa kau selalu datang di saat aku sedang menangis?" tannya Aurora sambil menatap air yang jatuh ke tanah.

Aurora teringat bahwa dirinya tidak boleh kedinginan karena hidungnya akan berdarah lagi, akhirnya Aurora pun masuk lalu mengunci pintu balkon tersebut.

BROKEN (OPEN ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang