6. Rumah sakit

1.5K 147 9
                                    

"Tuhan selalu tahu apa aja yang hambanya butuhkan"
'Aurora Putri G'

Diki menacap gas sangat tinggi dan tidak memikirkan kendaraan lain. Lalu akhirnya dia sampai di rumah sakit dan Diki langsung menghampiri suster yang tengah membawa bangkar dan langsung di masukkan ke dalam IGD.

Diki menunggu di luar. Setelah setenga jam doktor pun keluar.

"Kak sur-ya? kenapa kakak nanganin cewek tadi? bukanya kakak yang nanganin penyakit seperti sinusitis akut dll. Tapi kenapa Kakak nanganin cewek itu." Tannya Diki sambil nada tinggi.

"Kamu kenal cewek yang ada di dalam?" Lirih Surya.

"Dia bukanya Aurora. Lalu kenapa Kakak yang meriksa dia?" Bingung Diki.

"Ouh iya soalnya dokter yang lain lagi ada rapat dan adanya kakak. Jadi kakak yang nangani." Bohong Surya.

"Terus gimana? keadaan dia kak?" Khawatir Diki.

"Dia cuma kelelahan doang."

"Ouh, kalau gitu Diki masuk dulu Kak." Percaya Diki sambil memegang kenop pintu.

"Iya jaga dia ya? lu jaga dia dari kejauhan aja, jangan sampai dia tau lu selalu merhatiin dia dari kejauhan." Pintah Surya sambil menepuk pundaknya lalu meninggalnya.

Diki masih mikir. "kenapa Kak Surya suruh gue jaga dia? ini sebenernya ada apa sih. Gue bingung sendiri argghhh." Gunam Diki sambil menjambak rambut frustasi.

Diki masuk dan menatap Aurora yang menatap Diki datar.

"Ngapain kakak bawa gue kesini?" cuek Aurora.

"Masih untung lu gue tolongin!" dingin Diki.

Aurora hanya menatap datar Diki. "Kak gue mau ke sekolah Kak.
Gue gak mau ada disini," rengek Aurora sambil melepas infusnya.

"Lu masih lemas! jangan macam macam lu! buat pergi ke sekolah." Ketus Surya.

"Gue gak papa kak. Ayo bawa gue ke sekolahan." Paksa Aurora sambil menarik tangan Diki.

Diki akhirnya menuruti dan memutar bola mata malas.

"Oke kita ke sekolah, tapi lu harus ambil obat dulu di ruang dokter." Pasrah Diki lalu di angguki oleh Aurora.

"Oke, tapi kakak tunggu di luar aja!!" Tegas Aurora.

"Oke,"

Mereka menuju ruang Dokter Surya dan Diki menunggu di depan ruangan tersebut.

"Kakak tunggu sini. Jangan nguping!!" ancam Aurora lalu menatap sinis Diki.

"Iya. gue gak akan ngintip," malas Diki sambil memutar bola matanya.

Aurora akhirnya membuka kenop pintu dan melihat Surya yang tengah mengetik sesuatu di laptopnya.

"Kak? Gimana keadaan aku kak?" penasaran ia.

"Keadaan kamu semakin memburuk dan sinusitis akuat itu memakin membesar. Kemungkinan besar Indra penciuman kamu akan terganggu, terus kalo kamu kambuh pipi kamu akan bengak, entak telinga atau punggung kamu. Kalau tidak segerah di oprasi kamu akan susah bernafas dan kamu juga akan kambuh terus setiap terkena sinar matahari sama kedinginan." Jelas Dokter Surya.

"Terus aku harus gimana kak?" panik Aurora.

"Kamu harus rajin minum obatnya dan setelah obat itu habis kamu segerah cek up lagi." Jelas dokter Surya.

"Oke kak. Kalau aku gak lupa kak heheh." Pasrah Aurora sambil tersenyum kikuk.

"Terus gimana? apa keluarga kamu ada yang tau tentang penyakit ini?" tanya Dokter Surya.

"Aku tidak mau keluarga aku tau tentang penyakit ini kak, aku juga tidak akan mau merepotkan Ayah, Bunda dan Kakak." Lirih Aurora.

"Kenapa? apa ada masalah dengan kehidupan kamu?" tanya penasaran Dokter Surya.

"Ya seperti itu lah kak, tapi kakak janji jangan kasih tau tentang penyakit aku ya kak?" ucap memohon Aurora.

"Oke. Kakak akan janji ke kamu," yakin Dokter tersebut lalu mengacak-acak rambut Aurora dengan gemas. "oh iya. Kenapa kamu bisa sama Diki." Penasaran Surya.

"Loh kok, Kakak tau namanya?" bingung Aurora.

"Iya dia adik kakak. Tapi tenang saja, kakak gak akan kasih tau penyakit kamu itu." Janji Surya sambil tersenyum.

"Oke kak makasih, kalau gitu mana obatnya kak? aku mau ke sekolah lagi." Minta Aurora mengerti.

"Ini obatnya. Di minum ya Aurora? kalau tidak di minum saya akan kasih tau penyakit kamu ke Diki! biar dia kasih tau ke orang tua kamu!!" Pintah Surya.

"Ih apaan sih kak , sukanya main ancaman deh," kesal ia sambil mengambil obat tersebut dan keluar sambil menghentakkan kakinya.

Surya yang melihat tingkah Aurora begitupun hanya menggeleng kepala. Lalu Diki segerah bangun dari duduk nya.

"Lama amat sih lu, ambil obat aja kaya orang penting amat." Ketus Diki.

"Yee sabar sih, ya udah yuk pulang ke sekolahan." Ajak Aurora lalu diangguki oleh Diki.

TBC



Jangan lupa beri vote dan komen sebanyak dan komen yang membuat author semangat terus buat cerita nya

BROKEN (OPEN ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang