Bab 15

811 153 6
                                    

Karya ini dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta no.28 tahun 2014. Bagi yang melanggar, akan dikenakan pidana sesuai aturan yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Benitobonita

Ramaik menoleh. Makhluk yang dicap gembel oleh Fonda itu mengamati Angelina dengan ekspresi datar.

"Ha-hai, lagi." Angelina memaksakan senyum. Wanita itu merasa seperti orang bodoh, berdiri di dekat kandang sambil membawa cukuran janggut baru.

Tidak ada jawaban dari Ramaik. Namun, tidak lama kemudian, matanya melihat ke benda yang dipegang wanita itu dan dengkuran tipis panjang seketika terdengar dari bibirnya yang melengkung samar.

"Eng, iya ...," balas Angelina seketika. "Ka-kamu belum cukur. Ja-jadi ...."

"Astaga, Dokter! Bisakah Anda berhenti tergagap di depan binatang itu!"

Auman protes pun terdengar. Angelina seketika beringsut mundur. Namun, kali ini, Ramaik tidak menabrakkan tubuh pada jeruji. Mata manusianya menatapi plester pada kening Nixon dan senyum makhluk itu mengembang.

Angelina sontak menarik napas cepat. Jantung wanita itu lagi-lagi berdebar semakin cepat. Dia menyukai apa yang dilihatnya.

"Oh, lucu, ya?"

Suara benda beradu besi membuat Angelina memekik kaget. Ramaik bangkit berdiri. Dia mengaum marah saat kursi plastik yang seharusnya diduduki Nixon baru saja menghantam sisi jeruji tempat makhluk itu duduk.

"Rasakan, Kucing Kudis!"

"Pak Nixon!" pekik Angelina kalap. Wanita itu ikut berdiri dan jeritannya kini hampir bisa mengalahkan auman inyiak yang berada di belakangnya. "Berhenti mengganggunya!"

"Dokter! Anda tidak adil! Kenapa hanya saya yang ditegur?! Kucing Kudis itu yang memulai duluan!" Nixon dengan murka menunjuk keningnya yang benjol. "Lihat! Ini ulah siapa?!"

Dengkuran panjang dan halus menggantikan auman Ramaik. Mata Angelina seketika menyipit malas. Inyiak nakal itu memang sengaja menimpuk kepala Nixon dan sekarang sedang tertawa.

Akan tetapi, dikarenakan Nixon berada di luar kandang dan Ramaik di balik jeruji, maka atas dasar keadilan, Angelina memutuskan untuk membiarkan makhluk itu menikmati sedikit kesenangan. Maka dia bertolak pinggang dan membela pasiennya.

"Itu ulah Anda sendiri! Apabila Anda sejak awal tidak mengganggunya, dia tidak akan bersikap agresif kepada Anda. Jadi, berdiri saja di sana, jangan ganggu dia."

"Tindakan Anda sangat tidak profesional," gerutu Nixon. Namun, pria besar itu akhirnya berkata, "Cepat selesaikan pekerjaan Anda, Dokter. Saya tidak mau kehilangan seluruh jam makan siang saya."

Angelina mengabaikan omelan Nixon. Dia memutar tubuh dan tatapan wanita itu seketika bertumbukkan dengan manusia kucing yang masih mendengkur puas.

Angelina menarik napas dalam-dalam. Wanita itu kemudian mengembuskannya perlahan sambil menarik kursi plastik menjauhi jeruji besi.

Dia kemudian merunduk cepat untuk meraih cukuran janggut dan mencoba menarik perhatian Ramaik yang masih sibuk menikmati perbuatannya.

"Ramaik!"

Pandangan Ramaik sontak berpindah. Makhluk itu menelengkan kepala. Dia menatapi cukuran yang digenggam oleh Angelina dengan pandangan bertanya-tanya.

"Cukur," balas Angelina sambil menyentuh dagunya sendiri. "Apa bisa?"

Dengkuran pelan terdengar dari Ramaik. Bibir makhluk itu melengkung tipis dan dia menjulurkan tangan keluar dari antara jeruji untuk meminta cukuran dari tangan Angelina.

Menjinakkan Inyiak [ Genma Series #1 ] Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang