Bab 1

1.4K 186 35
                                    

Bagi yang melanggar hak cipta penulis, akan dituntut secara pidana dan perdata.

Pencipta Wulan Benitobonita

Sinar matahari pagi hari menerangi kawasan Kebun Binatang di Jakarta yang letaknya jauh dari para pengunjung. Terlihat beberapa petugas berseragam hijau dengan ekspresi tegang, berdiri mengelilingi sebuah kandang raksasa yang menyambung langsung dengan kandang harimau.

Tiba-tiba wajah salah satu dari mereka memucat sebelum spontan berteriak, "Harimaunya ngamuk!!!"

Seakan mendapatkan perintah, seorang petugas langsung memutar empat buah kran air hingga titik maksimal sebelum dia pun mengangkat selang seperti ketiga rekannya dan mengarahkan air bertekanan tinggi ke dalam kandang besi raksasa di hadapan mereka.

Bunyi besi terbentur dan aumam harimau lagi-lagi terdengar keras. Seekor harimau betina yang berukuran lebih kecil dibandingkan pasangannya, roboh setelah mendapatkan hantaman tiba-tiba pada pipinya.

"Tambah airnya! Si Bunga bisa mati!" perintah pria pertama sambil terus menyiram wajah seekor harimau Sumatra jantan yang sedari tadi berusaha menggigit leher harimau betina yang sudah terkulai lemas. di pojok kandang.

"Tambah dari mana?! Udah mentok!"

Binatang loreng hitam jingga itu mundur beberapa langkah saat semburan air masuk ke lubang hidungnya. Namun, dia kembali berlari untuk menerjang ketika si Bunga mulai berusaha bangkit berdiri.

"Muka, semprot muka si Bowo!!"

Seorang perempuan berpakaian kasual cerah, dengan rambut hitam sepanjang punggung tiba-tiba berlari mendekati kandang. Wanita berumur dua puluh sembilan tahun itu tanpa takut mengacungkan pistol laras panjang ke antara jeruji besi lalu meletuskan isinya tepat sebelum harimau jantan itu berhasil menyerang sasarannya.

Auman kesakitan terdengar beberapa detik kemudian. Binatang seberat seratus tiga kilogram itu berjalan limbung kemudian jatuh rebah tidak jauh dari pasangannya yang ikut terkulai akibat tembakan berikutnya.

"Dokter Angelina?!" Seruan lega terdengar berbarengan dari keempat pria yang langsung menurunkan selang mereka, sehingga aliran air kini membasahi tanah berumput yang mereka pijak.

Angelina mendengkus kesal. Mata hitam wanita berkulit cerah itu berkilat marah ketika dia menoleh ke arah keempat petugas yang berada di depannya.

"Kan, sudah saya bilang, belum waktunya! Bowo baru saja dicabut giginya! Moodnya masih belum bagus untuk dicampur!"

"Tadi pagi baik-baik saja, Dok. Si Bunga juga sudah sejak kemarin birahi. Bowo juga tadi enggak keliatan agre ...." Pembelaan diri dari pria yang memakai tanda pengenal Mukti seketika lenyap ketika pupil Angelina menyipit, tanda tidak senang. "Maaf, Dok ...."

Angelina berdecak sambil membuang muka. Dia kembali mengamati pasangan harimau yang kini dalam kondisi terbius dengan penuh perhitungan. "Apa mereka sempat nyampur?"

"Sempat, Dok. Bowo mendadak agresif setelah selesai ....."

Aliran air dari selang yang sedari tadi juga membasahi sepatu kets hitam Angelina akhirnya terhenti ketika salah satu petugas berinisiatif memutar tutup keran. Namun, sang dokter bahkan tidak menyadarinya. Otak wanita itu sedang berputar, mencoba menghitung. Keberhasilan kehamilan memang baru akan terlihat beberapa minggu ke depan. Namun, dia secara pribadi sebetulnya sangat optimis bahwa seratus tiga hari lagi, akan lahir Bowo dan Bunga junior.

Helaan napas panjang dikeluarkan oleh Angelina. Dia memang tidak pernah bisa terlalu lama marah kepada seseorang, terlebih para petugas itu memang tidak berniat buruk, hanya terlalu tergesa-gesa.

Menjinakkan Inyiak [ Genma Series #1 ] Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang