Hari ini ivanka kembali bersekolah, Gadis itu tengah sibuk mempersiapkan segala keperluan sekolahnya. setelah memakai baju yg pas di tubuhnya, ia pun memakai bedak dan mengoleskan sedikit liptint tak lupa dengan menggerai rambutnya yg curly. “perfect” ucap ivanka memuji pantulan dirinya di cermin.
Ivanka keluar dari kamarnya, tak lupa membawa kunci motor dan handphone yg baru ia dapatkan tadi malam hasil rengekan ketika ia di rumah sakit. Sesampainya di bawah, ivanka hanya memandang datar seluruh anggota keluarganya yg kini tengah berkumpul untuk memulai sarapannya.
“Pagi...”
“Pagi/hm..”
“Pagi mamaku sayang...” Ucap ivanka ceria sambil mengecup pipi olivia singkat.
“Pagi nak.. Ayo sarapan..” balasnya seraya tersenyum.
Ivanka mulai menyantap makanan yg ada di depannya. Ia yg merasa semua mata kini tengah menatapnya hanya bersikap acuh. Baginya sekarang, masalah perut adalah hal yg utama.
“gw gak nyangka kalau ivanka secantik ini” batin rayhan menatap ivanka yg masih sibuk dengan makanannya.
“Percuma berubah penampilan kalo otaknya masih bego” batin jordan sinis.
Ivanka memakan suapannya yg terakhir. “Ma aku pamit kesekolah dulu ya..” ucapnya sambil meminum susunya hingga tandas dan menyalami olivia.
“Kita juga ma pa..” Ucap serempak abang ivanka
“Iya sayang hati² ...”
Hendra yg merasa di acuhkan oleh anak perempuannya menghela nafas pelan. “bahkan kamu gak pamitan sama papa? Sebesar apa papa menyakiti perasaanmu” batin hendra lirih.
Mereka pun menuju garasi dengan posisi ivanka yg memimpin. Ia dengan santainya berjalan dan langsung menaiki motor baru pemberian dari olivia tanpa memperdulikan tatapan para abangnya yg seolah bertanya.
“Ini motor lo dek??” Tanya rayhan tak percaya.
“Hm..” balasnya singkat
“Sejak kapan lo bisa bawa motor?” tanya yose dingin
Ivanka yg mendengar itu memutar bola mata malas. Sejak kapan abangnya jadi sekepo ini ucapnya dalam hati. “peduli apa lo? Ngakuin gw adek aja kalian ogah.. Cih gw juga gak sudi punya abang kayak lo pada.. Karna gw dan kalian gak lebih dari sekedar ‘orang asing” Ketusnya dan langsung pergi mengendarai motornya.
Yose yg mendengar itu hanya diam mematung. Tak pernah ia bayangkan akan mendengar kata kata yg sangat menyakitkan keluar dari mulut manis adiknya. Sebuah tepukan pada bahunya yg membuat ia tersadar dan langsung mengikuti sang abang yg telah lebih dulu meninggalkannya.
🦧🦧🦧🦧🦧
Ivanka tiba di sekolah dan memarkirkan motornya. Karna handphonenya berdering tanda pesan masuk, ia langsung merogoh saku jaketnya. “ck... Kirain doi yg sms pagi pagi... Taunya bapak telkom.. Operator yg paling perhatian dia doang nih... Ngabarin gw hampir tiap jam ngalahin doi... Yg punya operator pakboy kali ya... Bales ah” ucapnya terkekeh pelan.
Berbeda dengan ivanka, para siswa aditama kini memandangnya dengan tatapan penasaran dan memuja.
“Wuih.. Sape tu? Anak baru?”
“Anjim body goals cuy”
“Keren banget kayak bad girl”
“Gw yg mandi pake air tajin kagak sebening itu”
“cantik ni pasti”
“Sampah sari roti kayak gw cuma bisa diem”
“Apalah daya gw yg mirip sempaknya spongebob”
“kakinya mulus jingan.. Beda ama kaki gw yg mirip kulit salak”
Tak lama kemudian para abang ivanka datang dan diikuti anggota geng motornya yg lain. Mereka memarkirkan motornya di parkiran khusus geng alister karena sang wakil jordan aditama merupakan anak dari pemilik sekolah.
“ siapa tu cewek keren bener?” tanya ghali penasaran
“Iy ghal... Kalo cakep gw gebet ah..” Ucap bagas membenarkan
Arzan yg mendengar itu pun menoleh dan ikut memperhatikan wanita yg kini tengah menjadi perhatian penghuni sekolahnya. Dalam hatinya juga mempertanyakan pertanyaan yg sama. Tapi ia terlalu malu untuk mengungkapkan karena hanya akan berdampak buruk pada imagenya yg dingin.
Para abang ivanka yg melihat itu hanya menatap malas. Mereka tau bahwa yg menjadi perhatian adalah adiknya, hanya memilih diam tak bersuara.
Ivanka yg telah selesai dengan handphonenya akhirnya membuka helm yg sedari tadi ia pakai. Banyak cibiran dan pujian yg kini mengarah padanya, tapi tak satu pun dihiraukan oleh ivanka.
“Anjay... Si ivanka kenapa jadi cantik banget gitu” histeris bagas
“hooh.. Makin cantik gila.. Siap siap woy dia kesini mau nyamperin si kutil onta” sahut ghali
“siape kutil onta” tanya bagas tak mengerti
“Jordan” mantap ghali yg mendapat pelototan dari sang empu.
“Iya ya... Si ivanka begonya keterluan.. Kalo gw jadi dia udah gw jadiin tumbal tuh si jordan.. Kasar amat ama adek sendiri” ujar bagas penuh kejujuran.
Ivanka turun dari motornya berjalan memasuki koridor sekolah. Ia menghela nafas malas saat geng alister menatap nyalang memandang ke arahnya. Saat melewati mereka, bagas mencekal tangan ivanka yg membuat langkahnya terhenti.
“Neng ivanka mau kemana?? Gak mau bareng aja ama abang??” Ujar bagas yg masih setia memegang tangannya.
Ivanka memandang cowok itu lekat sambil sesekali melirik name tagnya. Tak dapat di pungkiri bahwa setiap anggota alister memiliki wajah di atas rata rata. “sialan... hobi gw seketika meronta ronta” batinnya menjerit.
Ivanka tersenyum manis saat tau bagas masih memegang tangannya. “Lo megang tangan gw” Tanyanya memiringkan kepala
“e-eh maap neng... ni tangan garcep bener.. salut gw” balas bagas kikuk
“gak papa kok.. Pas banget soalnya.. gw lagi butuh tangan lo” ucap ivanka
Bagas dan para sahabatnya yg mendengar itu terkejut. Pasalnya baru kali ini ivanka berani meminta bantuan terhadapnya pikir semua orang.
“lah emang buat apa... neng mau abang bantuin apa” tanya bagas penasaran
Ivanka yg mendengar itu menggeleng pelan. “bukan bantuan tapi cukup pegang tangan gw.. Biar cinta gw ke elo gak bertepuk sebelah tangan” jawab ivanka dan langsung pergi meninggalkan bagas yg masih diam mematung.
“Anjim... gw baper” umpat bagas mengusap wajahnya kasar
“adek gw kenapa jadi lenjeh”batin lirih abang ivanka
•
•
•
•
Happy reading....
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Miss Perfect (Tahap Revisi)
Teen FictionTerlahir dr keluarga kaya menuntutnya untuk menjadi sempurna. Hingga suatu saat dia lelah kecelakaan pun tak dapat di hindari.. Di sisi lain ada gadis dengan berbagai kekurangan. Di jauhi keluarga karna di anggap bodoh. Selalu di pandang sebelah ma...
