Happy Reading, Dear!
.
.
.
Sejak turun dari motor dan berlalu dari pelataran parkir, tak sekali pun senyum di bibir Alvi memudar. Wajah yang sebelumnya selalu dihiasi tatapan datar, kini berubah seolah penuh dengan cinta. Seluruh siswa yang berpapasan dengannya tak kuasa menahan keterkejutannya.Tak hanya mereka, ketiga sahabat dekatnya pun merasakan hal yang sama. Jika saja Afga berhenti menahan Saka dan Desta untuk bertanya, keduanya sudah pasti akan meminta penjelasan atas sikap Alvi.
"Nanti dia pasti cerita. Udah, jangan ganggu Alvi terus!"
Satu kalimat itu terus diucapkan Afga begitu Saka dan Desta hendak mempertanyakan alasan dari senyum merekah yang ditunjukkan Alvi. Bagi seluruh siswa Yumahes, lengkungan di bibir cowok itu benar-benar hal yang langka. Biasanya, satu-satunya alasan yang membuat Alvi bisa tersenyum mungkin saat dia berhasil menaklukkan musuh.
“Udah, ah! Bibir gue gatel tahu rasanya kalau nggak nanya ke dia! Gue nggak mau dengerin lo, pokoknya gue mau tanya sama Alvi kenapa dari tadi terus mesam-mesem,” cetus Saka seraya menatap Afga tajam.
Atas perintah dari cowok itu juga, Desta menahan Afga yang mencoba menghentikan Saka. Keingintahuan yang sudah tertanam di diri mereka tak lagi bisa ditahan lebih lama lagi.
“Al! Jujur sama gue. Kenapa dari tadi lo senyum terus? Kesambet, 'kan lo? Jujur, ya! Intinya jujur!” desak Saka sambil berdiri menghadang Alvi yang berniat melanjutkan langkahnya menyusuri koridor utama.
Alvi hanya tersenyum. Lalu membalikkan tubuh Saka sebelum merangkulnya dan kembali berjalan. “Alvi! Gue serius, ya! Gue kepo berat nih! Rasanya mulut gue gatel kalo over kepo gini,” ucap Saka tak sabaran.
“Lo! Gue udah nggak kuat nahan Afga, tapi lo malah ngelawak!” protes Desta sambil melepaskan Afga dari cekalannya. Ia mendengkus kemudian bersedekap dada.
Keempatnya bergegas masuk ke dalam kelas. Begitu Alvi sudah duduk di kursinya, tanpa sadar pandangannya tertuju pada seorang gadis yang tengah berjalan bersama Bu Arlita. Senyumnya semakin lebar tatkala gadis itu juga membalas tatapannya.
Tingkah Alvi tak luput dari Saka yang saat ini sibuk mengamatinya. Cowok itu mengikuti arah pandangan Alvi. Bibirnya berkedut pelan. “Biasa aja kali ngelihatin Binarnya. Udah kek cewek lo aja,” sindir Saka yang disambut gelak tawa Desta.
Sementara Afga hanya menatap datar ketiganya, Desta menggeleng-geleng sembari meneruskan tawa. Kemudian, ia berucap, “Lo sarkas banget, Sak. Ya ampun.”
“Dia emang cewek gue.”
Mata ketiga cowok itu sukses membulat saat kalimat itu lolos dari bibir Alvi. Kabar tersebut benar-benar mengejutkan. Untuk pertama kalinya, Alvi menjalin hubungan dengan seorang gadis. Itu pun bersama dengan Binar yang sebelumnya sangat Alvi benci.
Manik mata mereka seketika tertuju pada Alvi. Saka lebih dulu menyahut, “Lo … lo nggak bohong, 'kan? Lo beneran udah nggak jomblo? Udah fix sama Binar? Ya, ampun! Ya, ampun! Gue nggak nyangka.”
“Ini lo nggak ngarang, 'kan, Al? Binar kok mau sama lo? Dia yang nembak lo, 'kan, pasti?” tanya Desta seraya menaik-naikkan sepasang alisnya.
Saka memicing lalu berdecak. “Nggak lah. Nggak mungkin. Binar itu pendiam banget nggak, sih? Menurut gue nggak mungkin tiba-tiba dia bilang suka sama Alvi terus ngajak pacaran. Alvi, pasti Alvi yang nembak dia,” balas Saka mengutarakan pendapatnya.
Sementara kedua cowok itu sibuk berdebat, Afga mendekati Alvi dan duduk tepat di samping kanannya. Netra tajam sekaligus datar itu sama sekali tidak mengganggu Alvi yang tetap memfokuskan pandangannya ke luar kelas.
“Jadi lo udah jadian sama Binar?” tanya Afga yang hanya disambut dengan anggukan singkat Alvi.
“Lo yang nembak dia?”
“Iya. Gue yang ngajak dia pacaran. Kemarin, di taman.”
Saka yang tak sengaja mendengarnya mendadak diam dan menghentikan perdebatan. Ia memfokuskan pandangannya pada Alvi dengan mulut terbuka karena terlalu terkejut. “Jadi ... beneran lo yang nembak Binar?”
Suara keras Saka berhasil mengambil alih seluruh perhatian siswa di kelas. Mereka yang sebelumnya acuh tak acuh sontak melupakan kegiatannya. Tontonan itu terasa lebih baik dari pada aktivitas yang tidak begitu penting.
“Itu mereka benci jadi cinta gitu?”
“Nggak terima rasanya tuh cewek aneh yang berhasil ngegaet Alvi.”
“Mending sama gue kemana-mana.”
“Gila! Gila! Gila! Binar pake apaan, sih? Ck! Tahu gitu gue aja yang punya kemampuan itu. Nanti gue bisa lihat takdir Alvi terus pacaran deh sama dia.”
Gumaman serupa terdengar di seluruh sudut kelas. Mereka berbisik dengan wajah kesal. Gadis-gadis di ruangan itu tampak tak terima begitu mengetahui adik kelas yang sering dicela justru bisa menaklukkan Alvi.
Alvi hanya melirik sekilas lalu kembali tersenyum setelah mengingat peristiwa kemarin. Terlebih saat ia berhasil meyakinkan Binar untuk merajut hubungan dengannya. Semua itu membuatnya benar-benar bahagia.
Selain itu, dengan membuat Binar menjadi pacarnya, amarah Cakra pasti akan terbakar sedemikian rupa. Alvi yakin jika cowok itu juga menyukai Binar secara diam-diam. Bibirnya semakin merekah lebar mengingat sekali lagi ia bisa merenggut kebahagian Cakra.
“Nggak nyangka gue kalau lo akhirnya nggak jomblo lagi. Apalagi ini, 'kan, first love, haha,” tukas Desta sembari menahan tawanya.
“Gue syok!” timpal Saka sembari memegang dadanya.
Alvi mendengkus. Tingkah Saka yang sangat berlebihan membuatnya sedikit muak. Mungkin menghabiskan waktu dengan pacar barunya akan memperbaiki sedikit mood-nya.
Akhirnya ia beranjak berdiri lalu mendekat ke arah kaca yang terletak di samping pintu. Tangannya sibuk merapikan rambut. Memastikan bahwa penampilannya terlihat sedikit rapi daripada biasanya.
“Mau ke mana lo?” tanya Afga saat Alvi hampir saja keluar dari pintu.
Alvi menoleh. Menyentak seragamnya yang tidak dimasukkan ke dalam celana dengan pelan sembari berucap, “Pacaran.”
***
Thank you yang sudah bacaa.
Maaf gais, lama update-nya.😭
Semoga part ini menghibur kalian, yaa.
Yang mau krisar boleh yuk di sini.📩Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian, yaa!
Jangan lupa follow ig dan tiktok aku @lutfi_ayyy
Stay tune terus baca next chapter❤️Malang, 24 Februari 2021.
-Lutfiatul
KAMU SEDANG MEMBACA
Writing a Destiny (Completed) ✅
FantasySebuah ucapan atau tulisan pasti saling berkaitan. Lantas, jika salah satunya terwujud sebagai takdir, apakah ada cara untuk menghentikannya? *** Binar, seorang siswi SMA yang kerap dijauhi oleh seisi sekolah karena sebuah rumor. Tangan yang selalu...