Siapa?

82 26 43
                                    

Happy Reading, Dear
.
.
.

"Tunggu. Satu lagi. Setelah gue narik lo ke sini, jangan beranggapan kalau gue tertarik sama lo. Jangan kepedean! Gue cuma kepo aja sama apa yang bakal dilakuin sama cewek aneh dan sok berani di depan gue ini."

Binar terdiam untuk beberapa saat. Bahkan tidak pernah terpikir olehnya tentang hubungan semacam itu. Ia hanya ingin membantu Alvi dan membuktikan bahwa dirinya memang benar-benar tulus.

Gadis itu mengalihkan pandangannya pada sebuah bunga kenanga yang tumbuh bebas di depan perpustakaan. Menurut berita dari mulut ke mulut, bunga itu tetap subur walau tak pernah dirawat. "Kak. Semakin dewasa, aku nggak pernah lagi kepikiran tentang uang atau ketertarikan pada lawan jenis seperti yang Kakak maksud. Melainkan kematian yang semakin dekat."

Hening. Tak ada sahutan. Keduanya seolah merasakan dampak dari semua kalimat yang Binar ucapkan. Merasa bahwa topik pembahasan mulai melenceng dari tujuan awal, Alvi memutar bola matanya malas.

"Lo udah ngebuang sepuluh menit berharga gue. Bisa nggak, sih, ngomongnya yang cepet? Gue nggak sesabar itu buat nungguin lo ngomong. Gue cabut," tukas Alvi setelah melihat sebuah jam berwarna hitam di pergelangan tangan kanannya.

Karena tak ingin menyia-nyiakan kesempatannya, Binar berdiri dan menghadang Alvi dengan merentangkan kedua tangan. Ia menghela napas pelan sebelum menyerahkan sebuah buku yang sedari tadi tak lepas dari genggamannya.

Sembari mengamati sodoran buku itu, Alvi terkekeh. Ia menyugar rambutnya ke belakang. "Lo ngasih buku ke gue? Wah, berani banget nih cewek. Dengerin gue, pasang telinga lo baik-baik. Buku pelajaran yang katanya bermanfaat aja nggak pernah gue baca, apalagi buku dongeng nggak jelas lo itu. Nggak mikir asli."

"Kak, dengerin aku dulu! Tulisanku ini benar dan nggak mengada-ada! Aku mohon, sekali ini saja percaya pada tulisan ini," pinta Binar sembari menyodorkan bukunya lebih dekat pada Alvi.

Meski enggan, Alvi tetap menerima buku itu dengan malas. Ia menatap Binar sekilas sebelum membaca beberapa paragraf di hadapannya. Sesaat kemudian, tawanya terdengar keras.

Cowok itu melempar bukunya pada Binar begitu saja. Salah satu sudut bibirnya terangkat ke atas. "Ngayal mulu lo! Dasar cewek aneh!"

"Ingat, Kak. Penyesalan selalu datang di akhir."

"Dan lo pikir gue peduli? Nggak!"

***

Setelah perdebatan panjangnya dengan Alvi, Binar memutuskan untuk menenangkan diri di salah satu bilik toilet. Matanya terpejam seiring dengan napasnya yang perlahan mulai normal. Aku harus tenang. Terlalu gegabah akan membuat semua yang kulakukan menjadi sia-sia, batinnya.

Binar keluar dari toilet tatkala mendengar suara bel masuk. Ia hampir saja mencapai koridor gudang sebelum tiga orang kakak kelas berdiri menghalangi langkahnya. Karena berpikir bahwa dirinya menutup jalan mereka, Binar sedikit menyingkir ke arah kanan. Namun, ketiganya hanya memutar bola mata jengah.

"Ada apa, Kak? Ehm, ada perlu sama aku?" tanya Binar sopan setelah menyadari tatapan mereka tertuju padanya. Saat itu, ia benar-benar tak tahu harus melakukan apa. Gadis itu bahkan jarang berinteraksi kecuali dengan orang yang tubuhnya pernah mengeluarkan sinar putih.

Salah satu dari mereka melangkah mendekati Binar. Serilia Intani. Itulah nama yang sempat Binar lihat di bet nama di seragam bagian kanannya. Kakak kelasnya itu mengibaskan rambut sebelum menyedekapkan tangan. Bibirnya menyunggingkan senyum sinis. "Lo Binar, 'kan? Cewek nggak tahu diri yang dengan beraninya masuk ke kehidupan Alvi?"

Binar mengernyit. Masih tak menyadari bahwa dirinya menjadi pihak yang sedang dituduh sebagai orang ketiga. Ia hanya diam, tak berniat menyuarakan kebingungannya.

"Gue nggak tahu apa tujuan lo ngedeketin Alvi. Entah itu lo mau cari sensasi, ketenaran, duit, gue gak peduli sama sekali! Tapi yang perlu lo tahu, gue nggak suka lo deket sama cowok gue!" ujar Serilia sembari mendorong bahu Binar kasar. Ia mendengus begitu mendapati gadis itu terjatuh dengan mudah. Tanpa melakukan perlawanan.

Dari semua ucapan Serilia, Binar hanya menyahut dengan polos, "Kakak pacarnya Kak Alvi, ya?"

"Apa omongan gue tadi kurang jelas? Gue satu-satunya cewek Alvi. Jadi, gue nggak mau lo ada di deket Alvi! Meskipun hanya satu meter, gue nggak terima!" tukas Serilia setelah Binar berdiri dan membersihkan debu yang menempel di rok abu-abunya.

Sedikit keceriaan mulai terlihat di wajah Binar. Ia menatap Serilia antusias dengan senyum merekah. Gadis itu berdeham singkat sebelum berucap, "Kalau Kakak emang pacarnya Kak Alvi, dia pasti percaya sama omongan Kakak. Aku minta tolong, kasih tahu Kak Alvi kalau nyawanya dalam bahaya! Dia akan celaka kalau sampai nekat ikut balapan."

Serilia menoleh dan menatap kedua sahabatnya bergantian. Merasa tak percaya saat respons Binar tak sesuai dengan ekspetasi yang selama ini ia bayangkan. Ia hanya berniat meminta gadis itu untuk menjauhi Alvi. Namun, Binar justru membahas hal yang lain.

"Wait. Are you sure? Lo nyuruh gue? Seorang Serilia yang dipuja-puja sama cowok Yumahes? Gila, ya, lo!" ketus Serilia sembari melotot kesal. Menurutnya, menghadapi Binar sama seperti berbicara dengan seorang bayi yang tak tahu menahu soal apapun.

Melihat kakak kelasnya itu marah setelah mendengar ucapannya, Binar hanya mengedikkan bahu. "Kenapa? Kalau Kakak emang pacarnya Kak Alvi, Kakak pasti mau ngelakuin semuanya demi dia. Kecuali kalau Kakak ngaku-ngaku."

Kemarahan Serilia semakin membuncah. "Apa lo bilang?" amuknya sembari mengangkat tangan. Namun dua detik sebelum ia berhasil menyentuh pipi Binar, seseorang lebih dulu menahan dan menghempaskan tangannya begitu saja. Serilia sudah berniat memarahi pelakunya. Sayang, bibirnya sontak terkatup rapat begitu melihat cowok jangkung yang berdiri di sampingnya dengan tatapan tajam.

***

Terima kasih sudah membaca❤
Yang mau krisar, yuk kirim di sini. 📩
Kira-kira, siapa nih cowoknya? Kepo ga? Kepo ga?

Malang, 8 November 2020

Malang, 8 November 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Lutfiatul

Writing a Destiny (Completed) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang