Time, Two Part Two

189 40 0
                                    

"Udah adzan ayo antri wudhu, Wildan sama Dino juga udah balik." Mas Satria teriak di pintu loket terus nutup pintu masuk Medipos buat jam istirahat.

Karena tadi loket rame Bang Jae lagi nempelin resi ke paket terus Bang Bian lagi manifest paket keluar. Aku bantuin Bang Jae nempel resi, banyak banget ternyata. Ada 3 olshop yang ngirim paket sekarung lebih. Mana alamatnya beda - beda jadi kita kerja lembur bagai quda. Karena jam 12 siang ada mobil yang jemput paket

Urusan paket udah selesai, Mas Satria lagi cetak manifest paket buat dikirim juga. Paketnya udah dimasukkin ke karung, ini rekor paket terbanyak selama aku PKL disini total ada lima karung bonus 4 kardus gede di troli.

Daebak!

Waktu mobil yang jemput paket dateng, Mas Satria buru - buru angkut karung ke mobil karna udah laper katanya.

Bang Jae sampai ikutan angkat karung, kasian badannya cuma tulang. Aku lihatnya ngilu takut bunyi krek terus patah. Bang Wildan mau ikutan angkut karung tapi diseret sama dia, terus Bang Bian rebut karungnya dan diangkut di punggung.

Wah punggung - punggung manusia kuat (angkat paket).

:::


"Oi Milka-yang keluarin buku absen, udah mau dua minggu kita belum isi absen sama jurnal."

Sehabis sholat dzuhur dan makan siang aku dan Milka duduk di meja diskusi (satu - satunya tempat di kantor yang bisa untuk santai sambil nugas).

Milka ngeluarin dua buku jilidan, enggak - enggak apakah kertas di jilid pantas di sebut buku? Gak tau, suka - suka Reyna aja.

Aku ambil buku absenku (gak, kertas jilidan berisi absen selama PKL), Milka ikut - ikutan buka bukunya. Terus kita buka kalender di handphone dan mulai menandai hari dimana kita berangkat PKL.

"Oke selesai," Milka nutup jilidan absen terus ngangkat kertas Jurnal Harian PKL. "Ini jurnalnya mau diisi kapan? Nyicil sekarang yok, terus minta tanda tanganin selembar sekalian."

"Edan Mil, tangan Mas Satria semutan habis tanda tanganin."

Aku menatap selembar Jurnal Hariannya, buset suram banget gak ada isinya. Waktu kita mau isi jurnal itu, Milka nanya

"Re lo isi apaan nih? Bingung gue."

"Apalagi gue, kemarin gue gak nonton live streaming njir. Gak waras emang, salah sendiri 2 jam di you tube. Tekor kuota gue woi, mana wifi kosan lagi eror."

Yang gak waras bukan live streamnya, tapi emang Reynanya aja yang males.

"Terus isiin apa?"

"Ini yang disuruh isi, misal jam 9 pagi nyapu terus ditulis. Habis itu ngapain terus ditulis, gitu kan?"

"Hah masa sih? Gue tanya Repa kali ya?"

"Gak usah anjir, mereka gak pegang hp sampai jam 5 sore."

"Oh, okeh - okeh..."

Akhirnya aku sama Milka cuma duduk bengong sambil nontonin kertas kosong sampai sepuluh menit.

"Lagi ngapain adek - adek?"

"Astaghfirullah aladzim!" Aku nengok ke samping. "Bang Wildan! Ngagetin tau."

Bang Wildan tertawa renyah, aura positifnya nyebar kemana - mana aku jadi ketulan pengin senyum. "Ngisi apaan dek? Serius amat."

Mengisi hari - hari bersamamu gimana Bang?

Gak Reyna gak mau di keroyok fansnya Bang Wil.

Aku nunjukkin kertas - kertas perlengkapan PKL. Ada jilidan absen, Jurnal Harian, sama Jurnal Budi Pekerti (?) (gak tau harus di isi apa, Milka juga gak tau jadi jangan tanya).

[ Day6 ] EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang