So, Four Part Two

123 28 1
                                    

"WAKTU KALIAN TINGGAL SEPULUH MENIT!"

Bang Dino berdiri di depan meja tempat mereka masak, tangannya dilipat depan dada dengan wajah sangar. Sedangkan aku dan Milka duduk di sofa depan TV. Capek ngikutin Bang Dino sok jadi juri Medichef.

Bang Bian yang cuma manasin rendang komen, "gak usah sok kerad lo. Baju masih dicuciin emak!"

Bang Dino meliriknya, "ya bener sih." Terus duduk disampingku, dia maunya terima beres.

Meanwhile yang ulang tahun lagi masak nasi.

Karena gabut Bang Dino ngajak aku sama Milka main ular tangga di hapenya, yang kalah traktir siomay hari Senin. Soalnya sekarang hari Sabtu, Kang Siomaynya gak lewat.

"Rey bantuin dong..."

Aku gak nengok, udah jelas siapa yang manggil. Paling mau ngrepotin, soalnya gak ada kata tolong.

"YHAAA DI PEANUTIN..." ledek Bang Bian, orangnya sibuk mindah rendang ke piring kosong. Udah gitu sisa bumbunya dia makan duluan, curang lo Bang.

Aku gak nanggepin mereka berdua, sibuk ngitung peluang keluar dadu angka 6.

"Rey... please..."

Kalo gini Reyna gak bisa nolak. Sok imut lo Bang, udah tau muka lo jatuhnya melas.

"Perlu apa Bang?"

Dua tangan Bang Jae sibuk semua, tangan kanannya pegang capitan sedangkan tangan kirinya angkat teflon.

"Tolong deketin piringnya."

Ni orang kalo di cekek insya allah halal, KAN BISA LO TARUH DULU TEFLONNYA TERUS GESER PIRINGNYA BUJANK

"Dah." Aku balik badan mau lanjut main, tapi ditahan sama Bang Jae. Suruh ngapain?

NARUH TEFLON KE WESTAFEL ASDOCUEBEMRND

:::

"Udah beres masaknya?"

Kemana aja Mas kok baru nongol? Sibuk menghilang dari peradaban dia.

Masak udah beres, meja udah diberesin, masakan udah jejeran di meja. Kurang apa? Kurang ajar aku di kerjain mulu sama Bang Jae.

Biar suasananya makin nyaman kita gelar tikar di halaman belakang, udah kayak piknik kan. Tinggal pasang suara burung sama angin sepoi - sepoi.

Mas Satria tepuk tangan, mengapresiasi masakan tiga bujangnya. "Selamat sore semua, makasih buat Jae, Bian, sama Wildan yang udah buang waktunya buat masak semua ini─

Bang Dino menyela, "maaf Mas, Bang Bian dikecualikan. Dia cuma manasin soalnya."

Bang Bian gak terima dikatain gitu, "seenggaknya ada usahanya ye bocil. Gak kek lo cuma melototin kita pas masak."

"Usaha apaan, orang cuma joget gak jelas."

"Itu namanya pemanasan cil, lo kagak pernah senam apa gimana?"

Bang Jae angkat suara. "Lo berdua diem apa gue mute?"

"Serem ah dikit - dikit di mute."

Mas Satria melanjutkan bicaranya, "udah ya gak usah banyak ngomong, mari kita mulai acara syukuran sore hari ini. Makasih semuanya! Kalian hebat udah persiapin ini, keren gue suka!"

Semua kembali bertepuk tangan, saat tepukan mereda kita baru sadar.

"Lah kuenya mana?"

"Telpon Echa, telpon gercep!"

Ternyata oh ternyata Kak Echa gak bisa masuk karena gerbang samping dikunci sedangkan kita semua di halaman belakang gak ada yang denger.

:::

[ Day6 ] EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang