Suara klakson dari berbagai macam kendaraan tak henti-hentinya mengeluarkan bunyi yang begitu memekakan telinga, dikarenakan di depan sedang ada sebuah lampu merah yang masih menyala. Tak lupa juga dengan banyaknya asap dari knalpot mobil dan motor, ditambah cuaca pada siang hari ini begitu terik karena matahari tepat berada di atas kepalaㅡatau lebih tepatnya sekarang jam sudah menunjukan pukul dua belas siang, aku baru saja meliriknya dari jam tangan yang tengah kupakai di tangan sebelah kiriku.
Semua orang di jalanan ini begitu terlihat emosi, begitupun dengan seorang pengendara motor yang kini tengah memboncengku. Sepanjang perjalanan dia tak henti-hentinya mengabsen setiap nama binatang dengan nada bicaranya yang begitu kesal.
"Anjing! Ini lampu kapan ijonya, sih?! Dari tadi ketemu terus sama lampu merah!"
Dan entah untuk keberapa kalinya tanganku tergerak untuk mengusap bahu si pengendara ituㅡberniat untuk menenangkannya.
"Sabar dong, Kal. Kamu kayak baru ngelewatin jalan ini aJAAAAAA! ASTAGA, HAIKAL!"
Refleks membawa kedua tanganku memeluk punggung sang pengendara, karena tanpa aba-aba dia langsung meng-gas motornya begitu lampu merah di depan sudah berubah menjadi hijau.
"Kamu sengaja, ya?!" Aku mengulurkan pelukanku karena sekarang sang pengendara bernama Haikal itu sudah kembali menormalkan laju motornya.
Dan bukannya menjawab, dia malah tertawa.
"Ngetawain apa?! Emang lucu?!" Semprotku. "Kalo tadi aku jatuh, gimana hah?! Kamu mau cepet-cepet kehilangan aku?!"
"Ya ampun, Aruna.....ngomongnya." Tangan kiri Haikal mengusap lututku dengan begitu lembut. "Maaf deh, tadi aku terlalu kesel. Tapi peluk aku lagi dong, biar rasa kesel aku reda."
Tanganku tidak kembali memeluk punggungnya, tapi tanganku malah tergerak untuk memukul helm yang tengah dipakainya.
"Aaw!"
"Keenakan!" Kataku yang mulai kesal, dan itu malah membuat Haikal tertawa.
Kemudian kami kembali terdiam dengan suasana jalanan yang tidak semacet tadi. Semilir angin pun kini terasa menyapa permukaan kulit kami berdua, karena sebelumnya tidak terasa akibat padatnya kendaraan yang penuh mengerubungi kami. Kurasa, rasa kesal Haikal yang datang sejak keluar meninggalkan sekolah kini telah pergiㅡkarena laki-laki itu sekarang hanya diam dan tidak banyak bicara kasar seperti sebelumnya.
Hingga tak terasa, kini motor ninja berwarna merah yang dikendarai oleh Haikal telah berhenti tepat di depan rumahku. Aku pun segera turun dari motor Haikal dan melepaskan helm yang sudah tiga puluh menit lamanya menutup kepalaku.
"Masuk dulu, yuk?" Ajakku pada Haikal.
"Ngapain?" Dia balik bertanya dan membuatku menatapnya jengah.
"Minum sekalian istirahat-lah..." Jawabku sedikit kesal. Ah, ternyata sekarang aku yang mudah kesal. "Aku gak bisa biarin kamu pulang sekarang sebelum perasaan kamu bener-bener tenang. Dan kamu sadar gak? Tadi tuh kamu nyeremin banget tau! Kamu jadi kayak bukan Haikal Damario Reynaldi pacar aku!"
Seperti yang kuduga, Haikal meresponnya dengan cara dia menyubit kedua pipiku sambil tertawa.
"Maafin aku lagi, ya? Aku kalo kesel emang suka refleks marah-marah gitu." Jawabnya.
"Asal jangan marah-marah sama aku aja." Kataku yang membuat dia lagi-lagi tertawa. "Udah, ayo masuk. Bunda lagi pergi jenguk Tante aku di rumah sakit, jadi di rumahku gak ada siapa-siapa."
"Emang kalo gak ada siapa-siapa, kita mau ngapain?" Senyuman Haikal yang terlihat seperti Om-Om hidung belang membuatku bergidik ngeri. Aku lupa jika otak Haikal mudah menyerap hal-hal apapun yang terdengar sensitif.
KAMU SEDANG MEMBACA
KONSEKUENSI | ft. Lee Know & Hyunjin [✓]
FanficRencanakanlah semua hal yang diinginkan dengan sangat matang sebelum bertindak. Jika tidak, maka terimalah konsekuensinya. Start : 24/02/2021 End : 17/03/2021