02 : Ini Hasilnya

746 120 60
                                    

Tepat pada pukul tujuh malam, aku dan Haikal keluar dari ruangan bioskop karena film yang kami berdua tonton selama dua jam telah usai. Ini adalah kencan pertama kami setelah kami berdua lulus SMA.

"Temen-temenku lagi pada nongkrong di salah satu restoran di lantai dua, Run." Kata Haikal sambil menatap layar ponselnya. "Kita ke sana yuk?"

Mendengar ajakan Haikal yang begitu aku hindari sejak kami berdua mulai berpacaran kini malah terulang lagi. Lantas aku pun segera menggelengkan kepalaku dengan cepat karena tidak mau.

"Kamu aja deh sana, aku mau pulang aja."

"Mana mungkin aku biarin kamu pulang sendiri? Lagipula ini terakhiran ngumpul bareng sebelum si Felix pindah ke Aussie. Kamu ikut aku ya?"

Aku masih menundukan kepala dan terdiam, aku pun bingung harus menjawab apa.

"Di sana ada cewek-cewek juga, Run."

Aku mendongak. "Siapa?"

"Mika, Fany, sama Adelia."

Sontak aku membulatkan kedua mataku. Ketiga nama perempuan itu benar-benar sangat aku hindari, karena mereka.....

"Hei," Haikal menggenggam kedua tanganku dan memberinya usapan lembut. "Kalo mereka macem-macem sama kamu, aku pasti akan selalu berada di pihak kamu. Kamu berhenti takut gitu sama mereka."

"Tapi Kalㅡ"

"Masalah mereka ngebully kamu itu pas SMA kelas satu, kan? Masa sampe sekarang kamu masih trauma kalo ketemu mereka?"

Mendengar pertanyaan Haikal yang terdengar mengejek, refleks membuatku segera menepis genggaman tangannya.

"Kamu bilang gitu karena seumur-umur kamu belum pernah ngerasain gimana sakitnya dibully, Kal!" Kataku dengan intonasi cukup tinggi, sehingga membuat orang-orang yang berlalu lalang di sekeliling kami saling menoleh kepada kami berdua.

Haikal tampak menghela napas dan kembali menggenggam tanganku. "Run, aku lagi gak mau berantem sama kamu. Dan maaf, kalo aku masih kurang ngertiin perasaan kamu. Tapi tolong sekarang kamu ikut aku ketemu sama mereka, kamu harus bisa melawan rasa trauma kamu. Di sana aku bakalan terus genggam tangan kamu, ngasih kamu kekuatan. Masa Aruna Haira Retania cuma berani sama Haikal Damario Reynaldi doang?"

Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Haikal disertai tawa kecilnya lantas membuatku mencubit perutnya.

"Sebel deh kalo kamu udah ngomong gini." Ungkapku.

Lagi-lagi Haikal tertawa. "Jadi.....mau ya?"

Aku beralih menarik tangan sebelah kanan Haikal dan melihat sebuah jam tangan yang dipakai olehnya.

"Jam delapan pulang."

"Siap!"

Setelah itu Haikal kembali menggenggam tanganku dan kami berdua berjalan menuruni tangga eskalator untuk sampai ke lantai dua.

Sejak aku dan Haikal mulai berpacaran, aku memang selalu menghindari ajakan Haikal untuk ikut nongkrong bersama teman-temannya. Haikal bersama teman-temannya adalah siswa paling populer di sekolah, jadi aku selalu merasa minder jika sedang berada di dekat merekaㅡkecuali Haikal.

KONSEKUENSI | ft. Lee Know & Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang