Empat tahun adalah waktu yang cukup lama untukku bangkit dari segala kesedihan dan keterpurukan yang terjadi padaku saat di masa lalu. Semenjak kepergian Mas Lucky, aku benar-benar merasakan kesepian yang sangat luar biasa, bisa dibilang itu lebih sepi dari saat aku kehilangan kedua orangtuaku.
Saat Ayah dan Bundaku meninggal, satu minggu kemudian aku dipertemukan oleh Mas Lucky yang memiliki seribu kebaikan. Mengenal Mas Lucky membuatku sejenak melupakan semua kesedihanku. Tapi setelah kepergian Mas Lucky hingga empat tahun telah berlalu, aku masih belum juga menemukan orang lain yang mampu memupus kesedihanku.
Satu tahun setelah kepergian Mas Lucky, aku memutuskan untuk menjual rumahku dan pindah tempat tinggal lagi. Terus menetap di rumah itu membuatku selalu memikirkan Mas Lucky. Apalagi saat aku sedang bersih-bersih di halaman rumah, dadaku terus merasa sesak setiap kali melihat rumah Mas Lucky yang sampai satu tahun kepergiannya, tapi belum juga ada yang membeli.
Sejak tiga tahun terakhir sampai sekarang, aku bersama dengan Lingga dan Aeera menetap di sebuah ruko yang cukup besar, bahkan memiliki dua lantai. Alasanku membeli ruko itu karena aku ingin membuat usaha sendiri, mengingat uang peninggalan orangtuaku sudah semakin menipis.
Sudah tiga tahun ini aku membuka usaha toko bunga yang terletak di lantai pertama ruko. Bisa dibilang penjualannya cukup bagus, dan ramai pembeli. Bahkan aku memiliki dua pekerja wanita untuk menjaga tokoku di saat aku sedang sibuk mengantar-jemput Lingga dari sekolah.
Omong-omong Lingga, tahun ini dia sudah masuk sekolah dasar kelas satu. Terkadang aku selalu merasa bangga pada diriku sendiri, karena aku telah berhasil meneruskan tugas Ayah dan Bunda yang membesarkan Lingga, aku berhasil.
Dan Aeera, gadis kecilku itu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke empat tahun saat bulan lalu. Anakku itu sangat pemalu dan tidak banyak bicara. Tapi aku selalu berusaha untuk mengenalkannya pada hal-hal yang baru pertama Aeera lihat.
Semakin besar, kurasa wajah Aeera semakin mirip dengan.....Ayahnya. Terlebih kedua mata sipitnya, persis sekali. Setiap aku sedang menatap kedua mata Aeera, aku seperti sedang berhadapan dengan Haikal. Tatapannya yang terlihat dingin, tapi kemudian menghangat ketika dia sedang gembira.
Entah aku harus bersyukur atau malah sebaliknya, karena hingga sekarang pun, Aeera belum pernah menanyakan perihal siapa dan di mana keberadaan Ayahnya saat ini.
Sekarang ini aku bersama dengan Aeera sedang berada di dalam sebuah mobil taksi untuk menjemput Lingga di sekolahnya. Aeera terlihat begitu semangat, karena saat kami masih di dalam ruko, aku mengatakan kepada Aeera bahwa setelah pulang menjemput Lingga, kami bertiga akan mengunjungi tempat bermain di dalam sebuah pusat perbelanjaan. Rupanya Aeera ketagihan setelah bulan lalu aku pertama kali mengajaknya bersama Lingga.
"Pak, di depan gerbang sekolah berhenti, ya?"
"Siap, Mbak."
Supir taksi itu meminggirkan mobilnya, dan kemudian menghentikannya tepat di depan gerbang sekolah Lingga.
"Makasih, Pak. Ini ongkosnya Pak, lebihnya ambil aja." Kataku sambil memberikan uang kepada supir itu.
"Terima kasih kembali, Mbak."
"Ayo Dek, keluar."
Aku keluar dari mobil taksi lebih dulu, kemudian menggendong tubuh Aeera yang sepertinya sedang ingin kugendong.
"Kita datang tepat waktu, Dek. Teman-temannya Om Lingga udah pada pulang tuh." Kataku pada Aeera setelah melihat gerombolan murid-murid yang tampak keluar bersamaan dari area sekolah.
"Om Ingga mana, Ma?" Aeera bertanya sambil kedua mata sipitnya yang terlihat sibuk mencari keberadaan Paman kecilnya.
"Om Lingga kayaknya masih di kelas, Dek. Tunggu sebentar lagi, ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
KONSEKUENSI | ft. Lee Know & Hyunjin [✓]
FanfictionRencanakanlah semua hal yang diinginkan dengan sangat matang sebelum bertindak. Jika tidak, maka terimalah konsekuensinya. Start : 24/02/2021 End : 17/03/2021