09 : Tujuh Bulan

454 118 49
                                    

"Aruna,"

"Iya, Mas?"

"Daripada jadi fitnah, mendingan kita nikah."

Aku menganggukan kepalaku tanda setuju. "Mas Lucky aja duluan."

"Hah?"

"Ya.....Mas tau sendiri, saya boleh nikah sama dia, kalo anak yang saya kandung ini berjenis kelamin laki-laki."

"Bukan, maksudnya.....nikah sama.....kaㅡ"

"Kakak!"

Aku menolehkan kepalaku kepada Lingga yang kini tengah mengusap kelopak matanya, kurasa dia sedang mengantuk.

"Adek ngantuk?" Tanyaku sambil menggendong Lingga dan memposisikan tubuhnya untuk tidur di sofa. "Adek tidur di sini dulu, ya? Nanti Kakak gendong ke kamar kalo udah selesai makan."

"Om! Dadah!" Lingga melambaikan tangannya kepada Mas Lucky, sampai akhirnya dia memejamkan kedua mata bulatnya.

"Lingga udah terbiasa sama lingkungan barunya, ya?" Tanya Mas Lucky sambil lanjut memakan nasi goreng, begitu pun denganku.

"Iya, Mas. Udah tiga hari ini dia enggak nanyain Ayah sama Bunda lagi. Gak tau saya harus merasa lega atau enggak, tapi.....bagus juga kalo sekarang Lingga udah mengerti dengan kondisi keluarga kami sekarang ini."

"Pasti berat banget jadi kamu, Run. Saya bisa ngerasain sakitnya berada di posisi kamu, ditinggalkan oleh orang-orang yang kamu sayang. Tapi setelahnya kamu begitu mudah untuk bangkit lagi, meskipun kamu harus menahan rasa rindu kamu yang sama sekali enggak diketahui, apakah orang itu merindukan kamu juga, memikirkan kamu, kamu perempuan yang kuat."

Aku tersenyum mendengar semua yang dikatakan oleh Mas Lucky, yang tidak tahu kenapa mampu membangkitkan semangatku.

"Makasih ya Mas, saya merasa beruntung bisa dipertemukan oleh Mas Lucky, yang baiknya enggak manusiawi." Kataku sambil tertawa. "Benar kata Mas Lucky, kalau saya enggak pindah rumah ke sini, saya yakin pasti sekarang nasib saya enggak bakal kayak gini. Karena adanya Mas Lucky juga....semangat saya datang. Pokoknya terima kasih banyak ya Mas, saya enggak bakal ngelupain semua kebaikan yang Mas Lucky berikan ke saya maupun Lingga. Mas Lucky....."

".....sudah seperti seorang kakak tertua bagi kami berdua."

•••

Tujuh bulan usia kehamilanku sekarang. Perutku sudah benar-benar besar, sebesar bola sepakㅡjika diibaratkan. Bahkan celana-celana yang sering kupakai kini tidak ada yang muat lagi, dan berakhir aku memakai baju langsungan selutut setiap harinya.

Di bulan ketujuh ini, aku banyak mengeluhkan mual, nyeuri ulu hati, kram perut, sakit punggung, pinggang, panggul, dan sakit pada rusuk karena pertambahan berat badan.

Sekarang aku mengerti, mengapa setiap anak harus menomorsatukan Ibu. Karena perjuangan saat mengandungnya saja begitu berat, apalagi setelah anak itu lahir dan dibesarkan tanpa meminta imbalan.

Bunda, sekarang aku sedang merasakan apa yang Bunda rasakan saat sedang mengandungku dan Lingga. Aku paham sekarang.

Kemarin Mas Lucky datang membawakan beberapa kantung plastik besar yang berisi berbagai macam sayuran dan daging. Rupanya semua barang belanjaan yang Mas Lucky belikan itu untuk mengadakan acara syukuran tujuh bulanannya kehamilanku.

Pasti bingungkan, kenapa tiba-tiba Mas Lucky berbuat sebanyak itu untuk kehamilanku? Aku saja tidak terpikirkan untuk mengadakan acara tujuh bulanan kehamilanku. Walaupun dulu saat kandunganku masih empat bulan aku ingin mengadakan acara empat bulanan, tapi untuk sekarang memang tidak terpikirkan, karena melihat sekarang aku sudah tidak mempunyai keluarga lagi.

KONSEKUENSI | ft. Lee Know & Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang