07 : Betah

425 116 61
                                    

"Eh?! Mama?!"

"Kejutaaaaannnn! Kaget ya?! Aduh.....bujang lapukku... Kapan kamu kawin, hah?!"

"Aaw! Mama! Sakit, Ma!"

Masih berdiri di depan mobil Mas Lucky, aku tertawa geli menyaksikan seorang ibu yang memeluk anaknya, namun kemudian sambil memeluk, ibunya memukul bokong sang anak sambil melontarkan sebuah pertanyaan yang sangat dihindari oleh hampir semua kaum jomblo di dunia.

"Apa sih, Ma?! Nikah dulu kali!"

"Maaf Bu, belom bayar." Kata seorang pengemudi ojol yang baru saja mengantarkan Mamanya Mas Lucky.

"Eh, iya. Ky, bayarin dong."

"Dateng-dateng langsung meres." Mas Lucky tampak berdecak sebal, namun tetap saja dia merogoh uang dari dompetnya lalu memberikannya kepada pengemudi ojol itu.

"Mas Lucky, saya pulang sekarang ya? Makasih banyak udah nganterin ke rumah sakit." Kataku pada Mas Lucky yang baru saja berbalik badan padaku.

"Eh, iya, lupa! Kamu kan masih ada di sini. Kenalan dulu yuk sama Mama saya." Mas Lucky merangkul bahuku dan membawaku berhadapan dengan Mamanya yang tampak kebingungan menatapku dan Lingga bergantian.

"Siapa, Ky?"

"Ini Aruna, Ma, tetangga barunya Lucky. Tuh, rumahnya di depan."

"Aruna, Tante." Aku bersalaman dengan Mamanya Mas Lucky.

"Marina, panggil aja Tante Ina." Balas Tante Ina. "Ini siapa, Run? Masa anak kamu? Enggak mungkin, kan?"

"Ini adek aku, Tante. Namanya Lingga." Jawabku. "Ayo Dek, cium tangannya Tante Ina."

"Aduh.....pintarnya." Tante Ina mencium pipi Lingga. "Orangtua kalian ada di rumah?"

"Sudah meninggal, Tante. Makanya kami pindah rumah ke sini."

"Hah? Innalillahi... Maaf ya, Tante enggak tau."

"Enggak apa-apa, Tante."

"Oh iya Ma, Mama istirahat di dalam dulu aja ya? Lucky mau bantuin Aruna masak di rumahnya. Soalnya hari ini Lucky gak masak, jadinya kita makan barengan aja."

"Eh, Mas Lucky temenin Mamanya aja di rumah. Saya bisa masak sendiri kok... Nanti kalo udah jadi, saya anterin makanannya ke rumah Mas Lucky."

"Enggak bisa gitu dong, Run. Kita kan beli bahan-bahan masakannya patungan, terus masaknya di kamu, masa saya gak ikut bantuin masak? Gak fair, dong!"

"Tapi masa Mamanya Mas Lucky baru dateng malah ditinggalin."

"Enggak apa-apalah... Mama saya kan bukan bayi lagi. Iya kan Ma?"

Tante Ina malah tertawa sambil memukul lengan Mas Lucky. Hal itu tentu membuat kami berdua bingung.

"Baru kali ini Mama liat kamu sedeket ini sama cewek. Mama kira kamu homosapiens."

"Ma! Itu mah manusia purba!"

"Ya pokoknya Mama ngira kamu itu demen batangan deh!"

Kali ini aku yang tertawa.

"Udah kamu bantu Aruna masak aja. Nanti kalo udah mateng, kamu tinggal telepon Mama, terus Mama nyamperin kamu di rumahnya Aruna. Kita makan sama-sama di rumahnya Aruna." Pungkas Tante Ina. "Boleh kan, Run?"

"Boleh banget dong, Tante. Saya malah seneng kalo kita makan bareng-bareng." Setujuku.

"Ya udah, saya mau masukin mobil saya dulu ya? Kamu duluan aja dulu ke rumah kamu, nanti saya nyusul habis bukain pintu buat Mama."

KONSEKUENSI | ft. Lee Know & Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang