06 : Tetangga yang Peduli

476 116 73
                                    

"Pindah ke rumah yang itu?" Tanya laki-laki itu yang kemudian aku angguki. "Kita jadi tetanggan dong."

Dahiku mengernyit. "Tetangga?"

"Iya, depan rumah kamu adalah rumah saya."

"O-ohh....." Kedua mataku beralih menatap sebuah rumah yang berada tepat di depan rumahku.

"Nama saya Lucky, nama kamu siapa?" Laki-laki bernama Lucky itu mengulurkan tangan sebelah kanannya, aku pun membalas uluran tangannya.

"Saya Aruna." Setelahnya aku melepaskan jabatan tangan kami. "Saya manggilnya Mas Lucky aja, ya?"

"Boleh!" Jawabnya disertai senyuman yang menyejukkan. "Kalo adek kecil ini namanya siapa?"

"Dek, ayo salim sama Omㅡeh, apa Mas juga ya?"

"Om!" Jawab Lingga cepat.

"Iya, ini Om Lucky. Kalo kamu namanya siapa?" Tanya Mas Lucky lagi sambil mengusap puncak kepala Lingga yang kini kugendong.

"Ingga..." Jawab Lingga malu-malu sambil memeluk leherku.

"Jingga?"

"Lingga, Mas..." Jawabku.

"Oh... Lingga? Namanya unik, ya?" Mas Lucky tertawa sambil menggelitiki dagu Lingga dengan jari tangannya.

"Hm... Mas Lucky, saya sama Lingga mau masuk ke rumah dulu, ya? Saya belum kasih ongkos buat supir mobil boxnya."

"Iya, Run. Nanti kalo kamu butuh bantuan atau apa, jangan sungkan-sungkan buat minta bantuan ke saya. Kalo Lingga mau main ke rumah Om juga boleh kok."

"Makasih ya, Mas. Kalau begitu.....permisi."

Aku dan Lingga pun segera berjalan menuju teras rumah, dan di sana sudah ada seorang supir dan satu anak buahnya yang tampak beristirahat.

"Barangnya sudah dimasukan semua, Pak?" Tanyaku.

"Sudah, Neng."

"Ongkosnya jadi berapa ya, Pak?"

"Dua ratus lima puluh ribu, Neng."

"Oh iya, sebentar." Aku mengambil dompet dari tas selempangku, dan mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribuan kepada Pak Supirnya. "Lima puluh ribunya buat beli rokok."

"Wah, terima kasih, Neng. Nanti kalo ada barang yang perlu diangkutin lagi, panggil saya lagi Neng."

"Siap, Pak. Terima kasih kembali..."

Pak Supir dan anak buahnya pun kembali masuk ke dalam mobil box dan pulang meninggalkan rumah baruku.

Ah, iya, rumah baru.

"Lingga, ini rumah baru kita!" Kataku sambil masuk ke dalam rumah yang begitu berantakan.

"Kotol!"

"Iya, kotor. Kamu main dulu ya, sama mobil-mobilan. Kakak mau beres-beres dulu. Pokoknya kamu jangan keluar dari rumah." Aku menurunkan tubuh Lingga dan mengambil beberapa mainan Lingga dari dalam tas. "Kakak tinggal beres-beres dulu ya..."

"Oke!"

Kedua pandanganku menatap seluruh isi ruangan rumah yang begitu kotor. Sepertinya aku harus cepat-cepat membersihkan rumah ini sebelum malam datang.

•••

"Lingga! Kamu masih di situ, kan?!" Teriakku dari dapur agar Lingga yang sedang berada di ruangan utama mendengar suaraku.

"Iyaaa!"

Aku bernapas lega, karena Lingga masih duduk anteng bersama dengan mainan-mainannya.

Mungkin karena aku sedang mengandung, jadinya aku mudah lelah. Padahal belum ada setengah jam aku membereskan barang-barang, tapi aku sudah kelelahan.

KONSEKUENSI | ft. Lee Know & Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang