Dua minggu telah berlalu semenjak aku melakukan tes kehamilan dengan dua testpack sekaligus, untuk mengetahui perihal benar atau tidaknya kejadian yang pertama kali dilakukan olehku dan Haikal saat tiga bulan yang lalu meninggalkan jejak.
Dan kedua testpack itu sama-sama menunjukkan dua garis merah. Itu berarti, saat ini aku memang sedang mengandung darah daging Haikal.
Tapi hingga hari ini pun, kami tidak lagi bertemu. Alasannya karena Haikal sedang terus didesak oleh Ayahnya untuk terus belajar perihal tugas-tugas perkantoran. Namun Haikal terus meyakinkanku, bahwa sebentar lagi dia akan datang ke rumah untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Entah itu kapan, aku masih terus menunggu kabar darinya walaupun aku harus menahan rasa rindu yang kian membesar setiap harinya.
Terakhir kali aku mengalami datang bulan sejak satu minggu setelah kejadian aku dan Haikal bercinta di dalam kamarku. Aku sudah mencari semua informasi mengenai kehamilan dari google, katanya usia kehamilan dimulai sejak hari terakhir datang bulan. Dan aku sudah menghitungnya saat kemarin, bahwa usia kehamilanku saat ini sudah memasuki usia tiga bulan.
Setiap selesai mandi aku selalu berkaca untuk melihat bagian depan perutku. Setelah dilihat dengan seksama, memang sih, perutku sekarang tidak serata dulu lagi. Sebenarnya aku ingin pergi ke dokter kandungan untuk memeriksa kehamilanku, tapi aku takut. Terlebih statusku saja sekarang belum menikah.
Kriuk... Kriuk...
Aku meringis saat merasakan perutku perih karena lagi-lagi aku mendadak lapar. Padahal tiga jam yang lalu aku sudah makan. Atau memang wanita yang sedang hamil akan terus menerus merasa lapar, ya?
Kemudian kedua kakiku membawaku keluar dari kamar dan melangkah menuju dapur untuk makan (lagi). Setelah sampai di sana, aku segera duduk di depan meja makan dan memakan sayur asem dengan tempe goreng dan sambal, aku dan Bunda yang memasak saat pagi tadi.
"Lho, Run? Makan lagi?"
Aku berhenti mengunyah saat mendengar suara Bunda yang tiba-tiba mengejutkanku di saat aku sedang lahap makan.
"Laper." Jawabku sambil tertawa pelan dan kembali melanjutkan makanku.
"Makan mulu, kayak orang lagi hamil aja."
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
"Eh, Aruna! Pelan-pelan dong makannya!"
Bunda menuangkan segelas air putih untukku, dan aku pun segera meneguknya hingga tersisa setengah gelas.
"PAKEEEETTT!!!"
"Hah? Paket? Kamu pesen paket, Run?" Tanya Bunda yang langsung kuberi gelengan kepala. "Atau jangan-jangan salah alamat kali ya? Coba Bunda temuin dulu, deh."
Bunda berjalan menuju halaman rumah, dan aku pun segera menarik napas lega. Tapi tidak lega juga, karena ucapan Bunda yang menjurus kepada kebenaran kini membuatku merasa takut. Bunda pasti bakalan marah banget saat tiba hari di mana Haikal bersama keluarganya datang ke rumah dan Haikal mengatakan yang sebenarnya perihal kehamilanku.
Dan seketika aku kehilangan nafsu makan. Aku pun segera membawa piring ke atas wastafel setelah membuang sisa makanan ke dalam tong sampah.
"Aruna!"
"Iya, Bun?" Aku menoleh dan menghampiri Bunda setelah selesai mencuci tangan.
"Ini paket punya kamu lho, Run. Masa kamu gak inget?" Bunda memberiku sebuah paket berukuran sedang kepadaku. "Itu kamu mungkin pesennya udah lama, tapi baru dikirim sekarang."
Aku masih terdiam melihat setiap inci kardus yang diselimuti oleh plastik hitam itu dan membaca keterangan pada kertas yang tertempel di atasnya. Dan ternyata paket ini memang untukku. Tapi aku merasa tidak memesan paket apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
KONSEKUENSI | ft. Lee Know & Hyunjin [✓]
FanfictionRencanakanlah semua hal yang diinginkan dengan sangat matang sebelum bertindak. Jika tidak, maka terimalah konsekuensinya. Start : 24/02/2021 End : 17/03/2021