13 : Bunga yang Telah Mekar

382 106 29
                                    

Di usia kehamilanku yang kini sudah berada di sembilan bulan, cukup membuatku was-was. Karena dalam hitungan hari lagi, aku akan merasakan kontraksi asli dan berakhir melakukan persalinan.

Aku memang ingin cepat-cepat bertemu dengan anakku, tapi aku takut.

Aku teringat Bunda dan Ayah. Rasanya sedih sekali aku tidak sempat memberitahu rahasia tentang kehamilanku kepada mereka. Aku benar-benar telah melakukan dosa besar.

Aku selalu ketahuan oleh Mas Lucky saat tiba-tiba moodku menurun dan berakhir terdiam. Dia mengetahui bahwa aku masih selalu mengingat-ingat masa laluku yang begitu kelam. Mas Lucky memintaku untuk berhenti memikirkan soal itu karena dia sangat mengkhawatirkan kondisiku, bayi yang sedang kukandung, dan Lingga yang pastinya sudah mulai mengerti dengan situasi di sekitarnya.

Kemarin Tante Ina dan Mayra kembali datang ke sini setelah ditelepon oleh  Mas Lucky bahwa aku mulai kesusahan melakukan kegiatan meskipun di rumah. Bahkan semalam Tante Ina dan Mayra menginap di rumahku karena takut akan ada terjadi hal buruk olehku. Awalnya aku melarang Mas Lucky untuk jangan terus meminta Mamanya untuk kembali datang ke sini jika akan direpotkan olehku. Tapi kata Mas Lucky di usia kehamilanku yang sudah sembilan bulan ini harus selalu ada orang-orang yang menemani. Setelah Tante Ina mengatakan bahwa beliau tidak merasa direpotkan, itu cukup membuatku lega.

"Run, Tante mau ke pasar dulu, ya?" Pamit Tante Ina yang sudah bersiap untuk bepergian. "Mayra masih ada di kamarnya. Kamu kalo perlu apa-apa, tinggal panggil dia aja."

"Iya, Tante. Hati-hati ya."

Setelah mencium tangan Tante Ina, beliau pun segera bergegas keluar dari rumahku dan pergi menuju pasar.

Aku meringis saat merasakan sebuah tendangan yang berasal dari dalam perutku, kemudian aku memberinya usapan lembut.

"Dedek?"

Aku menoleh menatap Lingga yang saat ini juga tengah mengusap perutku yang sudah sangat besar.

"Iya, Dedek. Nanti kamu mau dipanggil apa? Kalo Om tapi kamu masih terlalu kecil." Tanyaku sambil mengusap rambut Lingga.

"Om!"

"Om aja? Beneran gapapa kalo nanti Dedek manggil kamu Om?"

Lingga meganggukan kepalanya sambil tersenyum. Kemudian aku merasa geli saat Lingga memeluk perutku dan terus memberinya kecupan.

"Nanti kalo Dedeknya udah lahir, kamu harus ajak main dia ya, Ga? Kamu harus sayang sama dia, jagain dia. Ya?"

"Oke!" Jawabnya sambil menunjukkan ibu jari.

"Pinter..."

"Mana Mama?"

Aku segera menoleh ke belakang, tampaknya ada Mayra yang baru saja keluar dari kamar, kemudian dia duduk di sofa yang berbeda denganku.

"Tante Ina lagi ke pasar, baru aja pergi." Jawabku.

"Kakak!" Lingga menunjuk Mayra dan mengajaknya bercanda.

"Kenapa, Angga?" Tanya Mayra kepada Lingga yang justru membuatku tertawa.

"Lingga, May..." Koreksiku.

"Ah, iya, Lingga." Mayra tersenyum tipis. "Kak, A Lucky suka warna mint."

Aku menganggukan kepalaku. "Mas Lucky pernah bilang."

"A Lucky gak suka kiwi."

"Iya, pas bikin kue ulang tahun kamu ngasih tau aku kalo Mas Lucky gak suka kiwi."

"A Lucky juga gak suka makan duren."

"Ohh..." Padahal aku suka.

"A Lucky takut sama kecoa."

KONSEKUENSI | ft. Lee Know & Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang