Aku menghentikan langkahku tepat di depan pintu gerbang besar berwarna hitam, dan di balik pintu gerbang itu terdapat sebuah rumah mewah bercat putih yang memiliki tiga lantai.
Aku menundukkan kepalaku untuk melihat wajah Aeera yang tengah terlelap di dalam gendonganku. Aku mengusap kepalanya dan memberi sebuah kecupan singkat, merasa bersalah karena harus membawa Aeera yang baru berusia delapan hari untuk bepergian jauh.
"Mbak Aruna?"
Spontan tatapanku berpindah ke sumber suara, ternyata ada seorang satpam yang menyembulkan kepalanya dari sebuah lubang yang terdapat di pintu gerbang itu.
"Iya, saya Aruna." Jawabku.
"Tuan dan Nyonya sudah menunggu anda di dalam. Silakan masuk." Satpam itu segera membuka pintu gerbang, dan aku pun masuk ke dalam.
Kutatap bangunan mewah yang sudah hampir tujuh bulan ini baru kudatangi lagi, dan bangunan ini juga yang menjadi tempat bertemunya aku dengan kedua orangtua.....Haikal.
Kemudian aku kembali melangkahkan kakiku menuju bangunan berbentuk rumah itu dengan pintu depan yang tampak terbuka lebar dengan seorang asisten rumah tangga yang berjaga di ambang pintu.
"Silakan masuk, Mbak."
"Terima kasih."
Dengan perasaan tidak tenang aku pun masuk ke dalam rumah mewah itu. Dari ambang pintu, aku bisa melihat sepasang suami istri yang tengah menatapku dengan tatapan yang sama saat pertama kali bertemu denganku.
"Saya pikir kamu tidak akan datang." Kata Maminya Haikal dengan senyum kecutnya.
"Saya bukan pengecut seperti putra kalian." Sarkasku dan membuat Mami Haikal tampak berdecak kesal.
"Silakan duduk." Perintah Papi Haikal, lalu kami bertiga pun duduk bersamaan dengan sofa yang berseberangan.
"Siapa namanya?" Mami Haikal bertanya sambil menunjuk Aeera yang masih berada di dalam gendonganku.
"Aeera."
"Bawa sini, saya pengen gendong."
Aku pun kembali beranjak bangun dan menghampiri Mami Haikal, lalu memindahkan Aeera pada gendongannya. Mereka berdua menatap Aeera dengan senyum tipisnya. Sedangkan aku kembali duduk setelah seorang asisten rumah tangga menaruh tiga gelas minuman dingin di atas meja.
"Coba kalau anak kamu laki-laki, kamu bisa tinggal di sini." Kata Papi Haikal yang membuatku bertanya-tanya.
"Kenapa Om dan Tante sangat menginginkan cucu laki-laki?" Tanyaku yang masih penasaran dengan keinginan mereka.
"Karena jika Haikal memiliki seorang putra, maka anak kalian nantinya akan meneruskan semua yang telah dikembangkan oleh Haikal, dan akan mengelola semua kekayaan yang diturunkan dari kakek buyutnya."
Sudut bibirku terangkat setelah mendengar sebuah jawaban basi dari mulut Papinya Haikal yang sering aku lihat di sebuah sinetron televisi.
"Apa Haikal tau bahwa saya sudah melahirkan anaknya?" Tanyaku.
"Tidak."
"Kenapa tidak diberitahu?"
"Memangnya untuk apa juga kami memberitahukan kepada Haikal jika dia tidak memiliki seorang putra?"
"Mau anak kami laki-laki ataupun perempuan, tapi tetap saja Haikal berhak tau, karena Aeera adalah darah dagingnya. Meskipun kedua orangtuanya tidak bisa bersama, setidaknya Aeera harus tau bahwa dia memiliki seorang Ayah." Jelasku.
"Dan kamu akan meminta anak saya untuk menikahi kamu?"
"Saya sudah menegaskan sebelumnya. Apa kurang jelas?"

KAMU SEDANG MEMBACA
KONSEKUENSI | ft. Lee Know & Hyunjin [✓]
Fiksi PenggemarRencanakanlah semua hal yang diinginkan dengan sangat matang sebelum bertindak. Jika tidak, maka terimalah konsekuensinya. Start : 24/02/2021 End : 17/03/2021