2. Elmira

369 60 1
                                    

Vote dulu baru baca~ enjoy!

---

Elmira menatap pantulan wajahnya di cermin sekali lagi. Dia terlihat sangat menawan. Riasan dan senyumannya sehangat mentari pagi, tapi di dalam dirinya, terdapat jiwa yang dingin.

Sewaktu masih sekolah dan kuliah, julukannya adalah ice princess, kadang-kadang psikopat dingin. Padahal, ia cuma anti-sosial. Ia tidak tertarik kepada siapa pun, berteman, bahkan berkencan.

Orang-orang yang mendekatinya selalu ia dorong jauh-jauh. Ia menganggap, bergaul hanya buang-buang waktu, lagian tidak akan ada yang bisa mengerti dirinya. Entah ini bawaan lahir atau penyakit, tapi yang jelas, Elmira membenci semua orang.

Kecuali satu.

"Udah siap?"

Elmira menoleh kepada seseorang yang berada di mobil bersamanya. Dia mengangguk pelan dan keluarlah mereka dari mobil itu.

Dia menatap lobi mewah sebuah hotel ternama yang baru saja dibangun. Kalau bukan karena orang di sampingnya, ia mungkin takkan pernah bisa menginjakkan kaki di tempat semewah ini. Kalaupun ada orang biasa yang hadir di sini, mereka pasti hanyalah karyawan atau orang yang cukup beruntung seperti dirinya.

Ketika memasuki hall yang sudah riuh dengan tamu-tamu, Elmira tidak bisa menahan ekspresi dingin yang selalu ia tampilkan, ia mulai menatap interior dan para tamu yang rupawan itu dengan wajah cerah.

"Saya akan bawa kamu ke rekan-rekan saya, jangan gugup," kata seseorang di sampingnya.

"Kapan saya pernah gugup?" Elmira balik bertanya.

Wanita cantik itu hanya tersenyum geli melihat Elmira. Dia mulai melangkah sambil mencari-cari seseorang yang dikenalnya.

Deandra Gandakusumah, wanita anggun dan masih terlihat cantik di usia akhir tiga puluhan. Satu-satunya orang yang mengerti dirinya, impiannya, hasratnya. Mereka bertemu ketika Elmira baru lulus kuliah dan menjadi staff junior di perusahaan wanita itu.

Ketika akhirnya Deandra menemukan salah satu koleganya, Elmira mempersiapkan diri. Mereka berbincang-bincang sedikit lalu Deandra memulai.

"Ah, kenalin, ini Elmira. Dia adikku. El, ini Farhan, dia salah satu kolegaku."

"Adik? Kamu punya adik?" Farhan menatap Elmira, menilai gadis itu, lalu mengulurkan tangan. "Farhan."

Dalam sekali lihat dari responsnya, baik Elmira maupun Deandra tahu kalau Farhan bukan pria yang diinginkan Elmira.

"Elmira. Oh bukan, saya sudah dianggap adik sendiri oleh Bu Deandra," kata Elmira ramah.

"Oh gitu, salam kenal Elmira." Farhan balik tersenyum ramah.

Setelah sedikit basa-basi kemudian diakhiri dengan Farhan izin pamit, Deandra menyentuh sikutnya. "Padahal dia speknya bagus," katanya kecewa namun sembari tersenyum simpul.

"Iya."

"Kalau gitu, kamu bisa jalan-jalan aja dulu sendiri. Biar saya ketemu sama kolega saya yang lain. Kalau ada yang cocok, saya akan panggil kamu."

Elmira mengangguk. "Okay."

Lalu tibalah dia di sana, memperhatikan lelaki yang cukup tampan dan menarik. Laki-laki itu sedang mengobrol dengan tiga orang gadis cantik dan terlihat akrab.

Dia memperhatikan gerak-gerik lelaki itu, terlihat jelas dia menggoda para gadis itu dan terlihat bersenang-senang. Dia menoleh mencari-cari Deandra untuk menanyakan lelaki itu tapi Deandra tidak terlihat sama sekali.

Moment of JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang