14. Berpapasan

142 27 3
                                    

"Ren, si Elmira ini bener-bener parah kayaknya." Jo menceletuk.

Rendra, yang saat ini sedang chatting dengan Elmira sambil rebahan di kasur langsung terdiam.

"Gue juga kadang kasian sama dia. Tapi untung katanya dia nggak pernah pacaran. Kebayang nggak sih kalau dia ketemu cowok brengsek trus dimanfaatin seenaknya."

Hari sabtu itu, Rendra sengaja tidak bertemu dengan Elmira karena sekali lagi, menuruti saran Jo. Akhirnya dia hanya menghabiskan waktu bersama Jo di apartemennya. Kebetulan, Gista hari ini pergi bersama temannya yang tinggal di Bandung, jadi Jo kesepian.

Menurut Jo, malam minggu dan sang pacar tidak bisa datang untuk berkencan merupakan hal yang harus dipertanyakan. Rendra beralasan dia lelah dan ingin tidur seharian. Namun, belum tentu Elmira akan percaya alasan itu.

"Mergokin cowoknya semobil sama cewek lain, bukannya ditanya malah nanyain status." Jo heran sendiri. "Pertanda bagus sih kalau dia terima lo dan gak mau kehilangan lo, tapi heran juga gue."

"Kalau gitu, gue harus tetep jadi kayak gini ya sampai dia muak, habis kesabaran, dan berencana mutusin gue?"

"Yup."

"Kalau ternyata dia nggak muak-muak?"

"Nikahin lah. Gila aja lo mau nungguin dia muak sampe bertahun-tahun."

Menikah. Kata-kata itu berputar-putar di benak Rendra. Dia ingin menikah. Rencananya adalah menikah tahun depan.

Kalau sampai Elmira tidak memutuskannya sampai tahun depan, dia akan melamar gadis itu. Meskipun dia akan diputuskan sebelum tahun depan, dia akan membongkar semuanya dan tetap akan melamar gadis itu.

Kemanapun rencana ini akan membawanya, Rendra tetap akan melamar Elmira tahun depan. Mereka akan saling mengenal sepanjang tahun ini dan menurutnya itu sudah cukup.

Jika semuanya lancar, mungkin dia akan membawa Elmira menemui keluarganya di Jakarta akhir tahun ini.

Ponselnya bergetar, balasan dari Elmira. Gadis itu berkata dia akan berbelanja ke supermarket sekarang karena ada sesuatu yang dia butuhkan sekarang, mumpung belum masih sore.

Rendra mengetikkan balasan. Hati-hati sayang

"Mulai sekarang lo jangan keseringan chat dia deh," Jo kembali berbicara.

Meskipun tatapannya mengarah ke televisi, tapi sepertinya isi kepala bocah itu memikirkan masa depan Rendra.

"Hah, kenapa?"

"Bukan gitu deh. Maksud gue, coba lo sedikit lebih lama pas bales chat dia. Lo online, tapi bales chat lama. Ada apa tuh?"

Rendra bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk. "Jo, serius deh. Lo nggak lagi nyelingkuhin Gista kan?"

"Bangsat. Ya nggak lah!"

"Kenapa lo kepikiran aja ide-ide jadi brengsek kayak gitu? Gue curiga lo main belakang jadinya."

"Ren, kalau gue main di belakang Gista, gue sekarang dah nyari cewek lah ngapain juga nonton tayangan gak jelas sambil mikirin hubungan lo sama Elmira."

Iya juga, Rendra berpikir dalam hati. "Awas lo kalau berani nyakitin dia."

"Iya bawel ah. Kenapa sih emangnya? Kalau gue nyakitin dia, lo mau gantiin gue pacarin si Gista?"

"Gila apa lo."

"Abis protektif banget sama cewek gue."

"Kalian berdua sahabat gue. Gue juga bakal bilang hal yang sama kalau gue liat Gista berniat bikin lo patah hati."

Moment of JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang