Akrab

13 4 0
                                    

Sekuat apapun kita melawan kenyataan untuk tidak terjatuh, tetap aja hati adalah bagian terapuh yang ada dalam diri sendiri, sekeras apapun otak memohon untuk tidak terjatuh, tetap aja ia akan terjatuh, karna itu semestinya.

....



Pagi ini mentari bersinar sangat cerah, sama halnya dengan gadis manis bernama Elvina ini. Senyumnya secerah mentari pagi, senandungnya merdu, ayahnya bahkan sampai terheran heran melihat putrinya yang terlihat ceria dua kali lipat hari ini. Terlihat sangat manis, menularkan senyum pada siapapun yang melihatnya.

"El, kelihatannya kamu senang sekali nak." Sapa ayahnya ketika melihat elvina yang sedang memakai sepatu.

"eh ayah, sudah sarapan belum?"

"kamu ini, kebiasaan sekali ya, ayah nanya malah balik nanya. Ayah baru saja selesai rapih-rapih, jadi belum sarapan, kamu sepertinya sudah mau berangkat?"

"hehe maaf ayah, ayah sarapan dulu gih, iya Elfina sudah mau berangkat, ayah tak perlu mengantar, katanya Anastashya mau naik angkot berdua dengan Elfina."

"Oooh ya sudah hati kalau begitu." Kemudian Elvina mencium tangan ayahnya

"berangkat ya Ayah."

Di depan gerbang rumah Elvina melihat Anastashya malah berangkat dengan Ezra, Elvina melihat kepergian mereka dengan mulut yang menganga sangking terkejut dan kesalnya.

"Dih apa-apan nih, kok ngebatalin janji sih." Geramnya

"Itu skenario gue, biar bisa berangkat bareng lo." Jelas Farel yang ntah sejak kapan ada disebelah Elvina."

"Aaaa sejak kapan lo disitu? Ngagetin aja lo"

" hehe sedari tadi, nih jaket lo, mulai besok lo harus pake jaket, jaket gue udah 4 ikut itu ada di elo, kalau lo mau tau." Ujarnya sembari berjalan kemotor nya

"Hah? Emang? Kok gue baru tau?" herannya sembari mengikuti Farel

"Begonya elo ga hilang-hilang ya."

"Ntar deh gue liat terus gue balikin"

"Ga usah, gue ga minta elu balikin."

"Lah terus?"

"Gue suruh elo pake jaket setiap hari?"

"buat apa?"

" Berangkat bareng gue setiap hari!"

"Trus..."

"Gue ga minta persetujuan elo loh, karna gue ga terima penolakan." Potong Farel

"Padahal gue Cuma mau bilang gue ga punya uang"

"Emang uang buat apa?"

"Buat bayar elo karna jadi tukang ojek gue" jawabnya polos

Dengan kesal Farel menancap gas dengan kencang hingga Elvina memeluknya dengan erat, karna ketakutan. Dalam hati Farel berucap apa-apan anak ini, bisa-bisanya dia sepolos ini, ga paham apaya kalau orang mau PDKT, farel sudah kesal setengah mati, hingga ia sadar pelukan itu terasa sangat kencang, lalu sadar bahwa Elvina ketakutan. Lalu dielusnya tangan mungil yang memeluknya itu, digenggamnya dengan lembut sembari berucap.

"Maaf gue terlalu kencang ya jangan takut gue gabakalan ngebahayain lo"

Ia mulai merasakan pelukannya sedikit melonggar, lalu sepanjang perjalanan mereka larut dalam keheningan, merasakan nyamannya pelukan itu, dengan angin pagi yang menyapu-nyapu kulit mereka, hangat yang menjalar, rasa-rasanya menginginkam waktu untuk berhenti sejenak, untuk merasakan posisi ini lebih lama lagi, berikan mereka jeda sejenak untuk tidak merasakan sakit dari semesta, sebentar saja, sebab bila mereka sedang berdua segala peluh luruh dalam seketika, segala perih seolah-olah terobati. Akankah kisah ini berakhir untuk mereka berdua semesta?

FARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang